Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَام أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ, اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ, وَاشْكُرُوْهُ عَلَى مَا هَدَاكُمْ لِلإِسْلاَمِ، وَأَوْلاَكُمْ مِنَ الْفَضْلِ وَالإِنْعَامِ، وَجَعَلَكُمْ مِنْ أُمَّةِ ذَوِى اْلأَرْحَامِ. قَالَ تَعَالَى : يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ كُلُوْا مِمَّا فِى الْاَرْضِ حَلٰلًا طَيِّبًا ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Menjadi keniscayaan bagi kita semua untuk menguatkan ketakwaan kepada Allah swt agar kehidupan kita senantiasa sesuai dengan syariat dan ajaran agama. Dengan takwa kita akan senantiasa memiliki komitmen untuk menjalankan segala perintah Allah dan meninggalkan hal-hal yang dilarang-Nya.
Di antara wujud ketakwaan kepada Allah adalah senantiasa mencari dan mengonsumsi rezeki halal dan menghindari rezeki haram bagi diri dan keluarga kita. Allah swt berfirman:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ كُلُوْا مِمَّا فِى الْاَرْضِ حَلٰلًا طَيِّبًا ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
Artinya: “Wahai manusia, makanlah sebagian (makanan) di bumi yang halal lagi baik dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya ia bagimu merupakan musuh yang nyata,” (QS: Al-Baqarah: 168). B
Ayat ini mengingatkan seluruh manusia untuk senantiasa mengonsumsi makanan halal dan tidak boleh memperturutkan hawa nafsu. Sering kita mendengar istilah (H3) Halal, Haram Hantam. Ini merupakan bentuk kerakusan dan kemauan setan yang kita semua dilarang untuk mengikutinya.
Dalam ayat ini ditegaskan bahwa jika kita memperturutkan hawa nafsu dengan memakan apa saja, kita sama saja telah mengikuti langkah-langkah setan yang merupakan musuh nyata bagi manusia.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Di antara cara untuk menjaga diri dari memperturutkan hawa nafsu dengan memakan apa saja, Islam telah mensyariatkan ibadah yang bernama puasa. Selain puasa-puasa sunnah yang dapat dilakukan setiap saat, Islam pun mewajibkan umatnya untuk berpuasa sebulan penuh yakni puasa di bulan Ramadan.
Puasa bulan Ramadan ini adalah salah satu ibadah yang dilakukan oleh umat Islam sebagai bentuk pengabdian kepada Allah swt. Selain meningkatkan ibadah, puasa Ramadan juga mengajarkan untuk lebih memperhatikan aspek kehalalan, kesehatan, dan nutrisi dari makanan yang kita konsumsi.
Oleh karena itu, dalam khutbah ini, khatib ingin menyampaikan materi tentang pentingnya makanan halal khususnya pada puasa bulan Ramadan.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Sebagai seorang Muslim, kita harus memahami bahwa makanan halal memegang peran yang sangat penting dalam kesehatan dan keberkahan kehidupan kita. Makanan halal adalah makanan yang diproses dan diolah dengan cara yang sesuai dengan ajaran Islam, dengan menjaga aspek kesucian dan kebersihan dari makanan tersebut. Selain itu, makanan halal juga tidak mengandung bahan-bahan yang haram yang jenisnya sudah ditentukan dalam hukum Islam.
Bulan Ramadan menjadi momentum penting bagi umat Islam untuk memperhatikan aspek halal ini. Hal ini karena bulan Ramadan identik dengan dua buah kegiatan ibadah yang tak lepas dari makanan dan minuman yakni buka puasa dan sahur. Saat berbuka puasa, lazimnya kita mempersiapkan aneka makanan untuk mengobati rasa lapar dan dahaga. Tidak jarang kita makan berbagai jenis makanan sampai sering merasa kekenyangan.
Begitu juga saat sahur, kita sering mempersiapkan diri untuk menjaga stamina dengan makan sahur berbagai aneka makanan dan minuman. Kita harus memastikan makanan yang kita makan saat malam hari di bulan Ramadan adalah makanan halal dan bersih dari segala jenis bahan yang haram. Makanan halal akan membantu menjaga kesehatan tubuh kita selama berpuasa, karena makanan halal cenderung lebih sehat dan bersih dari bahan-bahan yang tidak sehat.
Selain itu, memakan makanan halal juga merupakan salah satu bentuk ibadah kita kepada Allah swt. Ketika kita memakan makanan halal, kita membuktikan bahwa kita taat dan patuh terhadap ajaran Islam.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Setidaknya terdapat 5 manfaat yang bisa kita petik dari mengonsumsi makanan halal, baik halal secara dzatiyah atau wujud fisiknya maupun halal dari aspek asal muasal atau cara mendapatkannya. Faedah yang pertama adalah mampu menjadikan kita lebih semangat dalam beribadah.
Jika asupan tubuh kita berasal dari makanan halal, maka insya Allah kita akan merasa ringan dan penuh semangat melaksanakan ibadah. Sebaliknya jika yang terbiasa dimakan merupakan makanan yang haram, maka jiwa dan raga akan malas beribadah.
Kedua, makanan yang halal akan menjadi faktor diterimanya doa-doa kita. Hal ini diungkapkan Nabi Muhammad saw dalam haditsnya saat Sa’d bin Abi Waqash meminta kepada Rasulullah saw agar doa-doa yang dipanjatkannya dapat terkabul.
Rasulullah saw menjawabnya:
يَا سَعْدُ، أَطِبْ مَطْعَمَكَ تَكُنْ مُسْتَجَابَ الدَّعْوَةِ، وَالَّذِي
نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، إِنَّ الْعَبْدَ لَيَقْذِفُ اللُّقْمَةَ الْحَرَامَ فِي جَوْفِهِ مَا يُتَقَبَّلُ مِنْهُ عَمَلَ أَرْبَعِينَ يَوْمًا
Artinya, “Wahai Sa‘d, perbaikilah makananmu, niscaya doamu mustajab (dikabulkan). Demi Zat yang menggenggam jiwa Muhammad, sesungguhnya seorang hamba yang melemparkan satu suap makanan haram ke dalam perutnya, maka tidak diterima amalnya selama 40 hari.” (HR At-Thabrani).
Ketiga, makanan halal menjadi sebab dikaruniai keturunan yang saleh dan salehah. Hal ini disebutkan dalam Kitab al-Ghunyah karya Syekh Abdul Qadir al-Jilani yang mengingatkan para suami untuk menjaga makanannya dari yang haram dan yang syubhat agar anaknya jauh dari jangkauan setan saat kehamilan istrinya.
Dengan melakukan hal tersebut, anak akan lahir sebagai anak yang saleh, berbakti pada kedua orang tua dan taat kepada Tuhannya. Semua itu karena berkah menjaga makanan dari yang haram dan syubhat. Keempat, makanan halal bisa menjernihkan hati kita yang bisa melebur segala penyakit hati serta dapat memunculkan berbagai jawaban atas segala kegundahan yang sering dialami.
Dalam hadits yang diriwayatkan Abu Nu’aim Rasulullah bersabda:
مَنْ أَكَلَ الْحَلَالَ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً، نَوَّرَ اللهُ قَلْبَهُ وَأَجْرَى يَنَابِيْعَ الْحِكْمَةِ مِنْ قَلْبِهِ عَلَى لِسَانِهِ
Artinya, “Barangsiapa yang memakan makanan halal selama 40 hari, maka Allah akan menerangkan hatinya dan akan mengalirkan sumber-sumber ilmu hikmah dari hatinya pada lisannya.” Kelima, makanan halal mampu menjadi obat dari berbagai penyakit lahiriyah dan batiniyah.
Dalam Kitab Tanbîhul Mughtarrîn, seorang ulama menyebutkan: “Kalau saja kami memiliki uang satu dirham dari yang halal, tentu akan kami belikan gandum yang akan kami tumbuk dan kami sajikan untuk kami. Setiap orang sakit yang dokter tidak mampu mengobatinya, maka kami obati dengan gandum yang kami dapatkan dari uang halal, lalu ia pun sembuh dari penyakitnya saat itu juga.”
Maasyiral muslimin rahimakumullah
Dengan mengetahui faedah-faedah makanan halal ini, maka sudah seharusnya kita senantiasa memperhatikan asupan makanan kita saat berbuka dan sahur. Ramadhan harus menjadi momentum untuk menguatkan budaya halal yang memang saat ini juga sedang digalakkan oleh pemerintah melalui sertifikasi produk makanan halal.
Pada kesempatan ini, kami juga mengajak kepada seluruh umat Islam khususnya para produsen makanan untuk memastikan aspek kehalalan makanan yang diproduksi sehingga masyarakat umum bisa menikmati makanan yang halal. Demikian khutbah kali ini, semoga bermanfaat bagi kita semua.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْن
Khutbah II
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْاَحَدِ الصَّمَدِ الَّذِيْ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِالْإِتِّحَادِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ دَعَانَا بِحُبِّ الْبِلَادِ. الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ الَّذِيْ أَرْسَلَ لِلْعَالَمِيْنَ اِلَى يَوْمِ الْمَعَادِ أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللٰهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللٰهُ تَعَالَى اِنَّ اللٰهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللٰهِ اِنَّ اللٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللٰهِ اَكْبَرُ
@mpa/nu/h muhammad faizin