– Daei mengatakan bahwa bakatnya bermain sepak bola dan prestasi yang ia raih selama berkarir itu semua berkat ibu yang telah melahirkannya.
VISI.NEWS – Secara harfiah, Daei banyak berkorban untuk bisa mencetak banyak gol bersama tim nasional Iran. Jadwal tim nasional Iran yang tidak menentu dan terbilang cukup berantakan, membuat ia tidak jarang absen dari agenda klub, termasuk ketika ia membela klub sebesar Bayern Munchen. Negara selalu menjadi prioritas utama Daei.
Pemain kelahiran 21 Maret 1969 tersebut, baru tercium bakatnya sebagai pesepak bola saat ia membela tim universitasnya, di usia 20 tahun. Kemudian bergabung dengan Taxirani, klub divisi kedua.
Di musim pertamanya, Daei langsung menjadi pencetak gol terbanyak dengan 14 gol. Daei kemudian naik kelas ke divisi pertama. Membela tiga klub dalam enam musim, Daei keluar sebagai pencetak gol terbanyak liga dalam lima musim.
Pada pertengahan 1993, ia menjalani debutnya. Kurang dari empat bulan, Daei sudah meraih penghargaan pencetak gol terbanyak dan pemain terbaik di kejuaraan pendahuluan Kualifikasi Piala Dunia.
Pada 1996, dengan delapan gol, Daei menjadi pencetak gol terbanyak Piala Asia. Dalam 60 pertandingan pertama untuk Iran, Daei mencetak 40 gol.
Tahun berikutnya, tepatnya pada Juli 1997, Daei meninggalkan Iran. Ia bergabung dengan Arminia Bielefeld yang baru promosi ke Bundesliga 1. Seperti yang sudah-sudah, Daei tidak bertahan lama di Bielefeld. Ia hanya membela die Arminen selama semusim.
Perjalanan karir Daei berlanjut ke Bayer Munchen. Presiden Bayer Munchen pada saat itu, Franz Beckenbauer, menginginkan Daei untuk bergabung. Menurutnya, Daei adalah seorang penyerang kelas dunia.
Pindahnya Daei ke Bayern Munchen menjadikannya sebagai pemain Asia pertama yang bermain di kompetisi Liga Champions. Andai keajaiban Camp Nou 1999 tidak terjadi, Daei pasti sudah tercatat sebagai pemain Asia pertama yang menjuarai Liga Champions.
Ali Daei memutuskan pensiun pada tahun 2007. Selama bermain di level klub, Ali Daei memainkan 287 pertandingan dan mencetak 152 gol.
Ali Daei adalah predator di depan gawang lawan. Namun, di balik itu ia adalah seorang yang sangat religius dan ramah. Ia selalu menyerahkan semua kepada Tuhan.
Ketika ditanya mengapa kariernya di klub tidak sementereng di timnas, Daei mengatakan semuanya telah diatur oleh Tuhan dan saya hanya bisa berserah diri dan selalu berusaha.
Selain itu ia merupakan pemain yang sangat menghormati ibunya. Sebelum pertandingan ia selalu meminta restu dari ibunya. Daei mengatakan bahwa bakatnya bermain sepak bola dan prestasi yang ia raih selama berkarir itu semua berkat ibu yang telah melahirkannya.
Sosok pekerja keras dan rendah hati juga lekat pada dirinya. Ketika ditanya soal rahasianya bisa tampil luar biasa bersama Iran dan bermain di 12 kesebelasan, ia mengatakan,
“Saya telah mengabaikan banyak hal menyenangkan untuk fokus latihan dan kecintaan saya terhadap sepak bola merupakan hal yang membuat tidak ada lelah untuk berlatih”.
Pensiun sebagai pemain, Daei memilih untuk menjadi seorang pelatih. Dari tahun 2006 hingga tahun 2017 lalu ia telah melatih enam kesebelasan, termasuk menjadi pelatih tim nasional Iran pada 2008.
Kini Daei memiliki perusahaan manufaktur jersey sepak bola sendiri yang membuat jersey untuk klub liga utama Iran, beberapa kesebelasan divisi dua dan untuk tim nasional.
Ia pun terbilang sebagai seorang dermawan dengan memberikan bantuan amal. Salah satunya dengan mengadakan pertandingan amal yang menghadirkan pemain kelas dunia seperti Roberto Baggio ke Iran. @fen/sumber: minanews.net