NAMANYA Kuala Kencana. Letaknya di tengah belantara Papua, persisnya di Timika, Kabupaten Mimika, yang menjadi pusat eksplorasi emas, perak dan tembaga oleh PT. Freeport Indonesia. Kuala Kencana pun diperuntukkan sebagai tempat permukiman bagi ribuan karyawan atau pegawai yang bekerja di perusahaan tambang asal Amerika tersebut.
Meskipun dibangun sebagai tempat permukiman, Kuala Kencana tidak sama seperti perumahan, kamp pekerja atau asrama. Kuala Kencana lebih menyerupai kota kecil yang megah dan modern di tengah lebatnya hutan Papua—yang bagi sebagian warga Indonesia merupakan kawasan tertinggal.
Baca juga
Freeport Tidak Transparan Kelola Dana CSR
Begitu memasuki gerbang Kuala Kencana, yang dijaga 24 jam oleh petugas security PT. Freeport, akan terbentang jalan aspal yang mulus, lebar, bersih dan terawat menuju ke kawasan kota mungil yang jaraknya bisa mencapai 3-5 kilometer. Di setiap persimpangan jalan terdapat rambu lalu lintas dan juga lampu merah, tetapi tanpa ada polisi pun para pengguna jalan di sana taat berlalu-lintas.
Pada saat jam-jam kerja, ketika para penghuni sedang beraktivitas di sejumlah site atau tambang, kawasan Kuala Kencana cukup sepi. Hanya ada satu dua kendaraan yang lewat, seperti kendaraan proyek PT. Freeport yang berjenis SUV atau bus karyawan yang berkeliling menaik-turunkan penumpang.
Selama menyusuri jalanan menuju kawasan permukiman Kuala Kencana, ada pemandangan yang kontras, yakni jalan aspal yang mulus dengan padang rumput hijau dan terawat yang membelah belantara hutan Papua yang sangat lebat. Jalan yang kedua sisinya diapit hutan belantara ini diresmikan oleh Presiden waktu itu Pak Harto tahun 1995 dan sampai sekarang masih mulus.
Selain kualitas aspal yang mumpuni, kontur jalan yang lebih tinggi dibanding permukaan tanah memungkinkan air tidak bisa berlama-lama di atas aspal sehingga jalan senantiasa kering dan tidak mudah rusak. Hal ini didukung dengan sistem drainase yang baik, bahkan hujan selebat apapun tidak pernah ada cerita membanjiri kawasan Kuala Kencana.
Wartawan VISI.NEWS Mohammad Hasyim dalam kunjungan ke Kabupaten Mimika pada pertengahan September 2021 merasakan pemandangan yang sangat berbeda saat berada di luar dan di dalam Kuala Kencana. Di luar Kuala Kencana, jalan aspalnya masih banyak yang berlubang, sebagian belum beraspal, sedangkan bagitu masuk Kuala Kencana jalanan begitu mulus dan terawat.
Di luar Kuala Kencana, tidak hanya jalanannya yang tidak terawat, tetapi tidak ada fasilitas umum seperti pedestarian. Sedangkan di dalam Kuala Kencana pedestarian disediakan dengan sangat baik dan rapih, cocok untuk digunakan para pejalan kaki ataupun sebagai jogging track.
Menurut GovRel (Goverment Relations) PT. Freeport, Mordekhai, Kuala Kencana memang didesain sebagai Kota Mandiri bagi para pegawai PT. Freeport. Oleh sebab itulah Kuala Kencana tidak hanya menyediakan tempat tinggal tetapi juga sekolah, tempat peribadatan, pusat perbelanjaan bahkan sarana olahraga mulai dari lapangan volley, tenis hingga golf.
Kata Mordekhai, Kuala Kencana didesain oleh arsitek dari Spanyol sehingga bangunan-bangunan rumahnya beraksen Eropa. Rumah-rumah itu dibangun untuk tempat tinggal para pegawai PT. Freeport, baik pegawai lokal maupun asing, dengan model layaknya rumah di daratan Eropa, yakni tanpa pagar dengan pekarangan hijau yang luas.
Untuk memenuhi kebutuhan para penghuninya, Kuala Kencana menyiapkan fasilitas-fasilitas umum di setiap blok atau sektor, seperti taman bermain, shelter bus, masjid dan gereja, tempat perbelanjaan, perbankan hingga alun-alun.
Taman bermain disediakan di berbagai blok dan cukup lengkap, tetapi pada hari-hari kerja relatif tidak ada yang menggunakan karena anak-anak jarang keluar rumah kecuali pada akhir pekan ketika orang tua mereka libur.
Shelter bus ini tersedia hampir di setiap blok tetapi tidak selalu terisi karena hampir semua pegawai di sini memiliki sarana transportasi sendiri, kecuali yang menggunakan bus antar-jemput karyawan.
Tidak hanya itu, untuk memenuhi kebutuhan pendidikan para penghuninya, Kuala Kencana juga mendirikan sekolah baik tingkat dasar, menengah, atas bahkan sekolah kejuruan di bidang pertambangan.
Di alun-alun Kuala Kencana, terdapat Masjid Raya Baiturahman Kuala Kencana yang berhadap-hadapan dengan Gereja Betlehem Kuala Kencana dan di tengahnya terdapat monumen Kuala Kencana.
Selain Masjid Raya Baiturrahman Kuala Kencana, ada juga masjid-masjid kecil atau biasa disebut Musholla di beberapa blok. Namun untuk sholat Jumat atau sholat yang memerlukan jamaah yang banyak hanya Masjid Baiturrahman yang digunakan oleh umat Muslim di sana.
Pada saat sholat Jumat, para pegawai PT. Freeport dari sejumlah site atau lokasi tambang datang beramai-ramai baik menggunakan kendaraan pribadi maupun bus perusahaan. Maka masjid yang bisa menampung sekitar 500 jamaah itu dalam waktu singkat penuh meski dengan prokes yang ketat.
Sama seperti di masjid raya lainnya, Masjid Raya Baiturrahman juga memiliki DKM atau Dewan Kemakmuran Masjid yang pengurusnya terdiri dari para pegawai PT. Freeport. Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, dengan latar belakang bahasa dan budaya yang berbeda pula, namun menganut mazhab yang dapat diterima umat Muslim secara luas.
Fasilitas lainnya yang hadir di Kuala Kencana adalah alun-alun sebagai tempat berinteraksi, bersosialisasi dan tentunya menghirup udara segar karena terdiri dari hamparan padang rumput hijau dengan ornamen dan monumen khas Papua, dikelilingi air mancur.
Di kawasan Alun-alun Kuala Kencana juga terdapat Kantor Manajemen PT. Freeport dengan didukung fasilitas perkantoran yang canggih, seperti perangkat kerja yang modern, jaringan internet dan wifi yang cepat hingga kantor perbankan untuk melayani transaksi keuangan.
Semua kebutuhan kerja juga sudah difasilitasi dengan baik di lingkungan perkantoran ini, termasuk tempat makan dan cafee untuk makan atau nongkrong dan kongkow-kongkow dengan rekan kerja.
Untuk melengkapi kebutuhan rumah tangga, ada pula Primo Supermarket yang menyediakan berbagai kebutuhan pokok, pakaian, perlengkapan rumah tangga, perangkat elektronik hingga perlengkapan olahraga seperti sepeda.
Primo supermarket ini tidak terlampau besar tetapi mampu menampung semua kebutuhan pokok sehari-hari layaknya hypermarket di perkotaan. Bahkan menariknya supermarket ini tidak hanya menjual makanan dari merk-merk lokal tetapi juga import seperti makanan dan minuman dari Amerika.
Soal kehalalan? Pengelola supermarket ini sepertinya paham karena Indonesia merupakan negara dengan populasi umat Muslim terbesar di dunia maka mereka memisahkan antara makanan halal dan non-halal. Tertera tulisan besar untuk memisahkan mana makanan dan minuman yang bisa dikonsumsi oleh umat Muslim dan mana yang dilarang.
Soal harga, supermarket ini juga tidak terlampau sadis atau menggetok angka seenaknya ke pembeli. Selain sudah tertera di setiap kemasan barang, harga yang dicantumkan juga tergolong wajar. Semisal harga snack yang jika dibeli di minimarket yang menjamur di Indonesia seharga Rp 10ribu maka paling tinggi juga Primo Supermarket memasang harga Rp 12ribu. Cukup masuk akal untuk membeli snack di supermarket yang ada di tengah hutan!
Dan yang menarik dari supermarket ini adalah ragam barang yang dijual. Mereka tidak hanya menjajakan makanan dan minuman melainkan juga pakaian branded, perangkat elektronik seperti televisi LCD dari berbagai merk sampai keperluan olah raga seperti sepeda.
Yang terbayang di benak pengunjung saat itu, segala kebutuhan hidup di Kuala Kencana sudah terpenuhi. Aneka hiburan ada, mau alat olah raga juga ada. Tinggal beli saja. Tidak perlu lagi berpikir pergi ke luar Kuala Kencana untuk kebutuhan atau aktivitas sehari-hari.
Jadi konsep pembangunan yang disediakan di Kuala Kencana ini memang benar-benar terintegrasi. Semua sudah ada di sini. Dari mulai bangun tidur di rumah, makan-minum, bekerja, belajar, bermain dan menikmati hiburan hingga beristirahat kembali tersedia di kota mandiri ini. Benar-benar konsep one stop living yang diibaratkan sebagai “surga kecil” di belantara Papua!***