Search
Close this search box.

Lebih Dekat dengan Deni Ramdani Sagara, Mantan Pejabat Singkat Wabup Tasik (6/Habis): Langsung “Lari” Mengejar 42 Hari

Deni Ramdani Sagara ketika tengah berdinas./visi.news/budi s. ombik

Bagikan :

Catatan Budi S. Ombik

VISI.NEWS – Penantian yang cukup panjang, dalam waktu satu tahun lebih, pelantikan wakil bupati Tasikmalaya akhirnya tiba.

Sebelum Deni bersedia dilantik menjadi wakil bupati, jauh-jauh hari dirinya melakukan diskusi, pertemuan kecil, dengan sejumlah sahabat dekat. Termasuk di antaranya salah seorang awak media yang menjadi sahabatnya. Dari masukan yang diterima, akhirnya Deni sagara siap dilantik.

Tepat hari Rabu tertanggal 10 Februari 2020 pagi, Deni Ramdani Sagara diambil sumpahnya oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.

Pengambilan sumpah dalam situasa virus pandemik, dilakukan di Gedung Negara kebanggan rakyat Jawa Barat, Gedung Sate dengan disaksikan sejumlah pejabat Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Tasikmalaya.

Prosesi pelantikan pun usai. Deni langsung “lari” mengejar waktu yang tersisa, 42 hari.
Agenda utama yang dijadikan program kerjanya, adalah silaturahmi.

Deni membagi waktu untuk bisa beradaptasi dengan masyarakat. Dalam menopang programnya itu, Deni harus rela kehilangan waktu untuk keluarga.

Waktu 42 hari dijadikannya agenda kerja yang harus terealisasi. Dengan tidak mengesampingkan lobi-lobi antar instansi di lingkungan pemerintahan Kabupaten Tasikmalaya.

Dalam waktu singkat tersebut, Deni melakukan blusukan ke setiap wilayah, pesantren, bahkan ke rumah warga sekalipun.

“Saya harus menginap di rumah warga yang berdinding bilik dan beralaskan tikar bahkan bambu,” kata Deni.

Hal itu tidak menyurutkan untuk tetap berkomitmen dalam bekerja. Malah lebih meningkatkan ritme kerjanya. Waktu tidak menjadi batasan, siang atau malam. Deni tetap membangun komunikasi langsung dengan masyarakatnya.

Hingga larut malam, Deni masih blusukan bahkan menyapa warga yang tengah bertugas ronda.

“Saya tidak tahu bahwa yang ngobrol sama saya adalah wakil bupati kita,” kata Abdul Latig warga Pancatengah dalam obrolannya dengan awak media beberapa waktu lalu.

Baca Juga :  Duh! Dua Pria Lanjut Usia di Cimahi, Tega Cabuli Cucunya Sendiri yang Sudah Yatim

Nada-nada Sumbang

Waktu singkat 42 hari menjabat wakil bupati, banyak yang menyoroti. Baik yang pro ataupun kontra. Cibiran sana sini datang mengkritisi jabatan yang singkat, sesingkat- singkatnya. Bahkan ada di antaranya yang mengatakan apalah 42 hari untuk bekerja sebagai wakil bupati?

Nada-nada sumbang yang keluar dari berbagai kalangan, bahkan koleganya sekalipun, Deni tetap maju pantang mundur.
Jurus yang digunakan dalam 42 hari kerja sebagai wakil bupati, dimanfaatkannya untuk sosialisasi serta menampung aspirasi masyarakat.

Deni tidak berbicara waktu terkait jabatan yang diembannya. Akan tetapi yang menentukan dan berhak memberikan penilaian adalah masyarakat.

Deni beranggapan, masyarakatlah yang bisa merasakan sikap dari seorang pemimpinnya. Mereka tidak tahu, seberapa lama jabatan yang diemban. Atau sehebat apa program yang ditawarkan.

Akan tetapi, masyarakat lebih merasakan dampak dari seorang pejabat yang jadi pemimpinnya.

“Saya berusaha melaksanakan tugas negara. Supaya masyarakat tahu bahwa di tengah -tengah mereka, negara hadir,” ungkap Deni di sela-sela waktu senggangnya kepada VISI.NEWS.

Deni Ramdani Sagara menerima jabatan wakil bupati tersingkat, merupakan torehan tinta dalam sejara pejabat negara di Indonesia.

Dirinya tidak memikirkan waktu atau kejar target kerja. Akan tetapi lebih memfokuskan bagaimana masyarakat tahu bahwa sosok pejabat negara ada dan hadir di tengah rakyat.

“Itulah yang menjadi fokus saya. Karena masyarakat belum paham masalah ini,” tuturnya.

Melangkah dari Masjid

Detik demi detik langkah wakil bupati Tasikmalaya tersingkat ini terus berayun. Jurus -jurus dalam mengemban amanah selama 42 hari “diketrukkeun”.

Deni Ramdani Sagara melangkah dengan pasti, seiring dengan sumpah jabatannya saat pelantikan. Tanpa ada keluh kesah. Mengerjakannya dengan sepenuh hati.

Dengan menggelorakan salat subuh berjemaah di masjid dan menyampaikan tausiah kepada warga, itu sebagai tanda bahwa dia ingin mengawali kegiatan hariannya dengan melangkahkan kaki dari masjid.

Baca Juga :  10 Manfaat Minyak Ikan untuk Kesehatan

Tak heran, dukungan datang bukan hanya dari kalang kiai, ustaz, atau alim ulama lainnya, tetapi para politisi pun angkat jempol.

“Sampai ada yang bilang ke saya. Jangan terlalu ke depan. Tolong tahan dulu,” akunya.

Pembuktian itu bukan tanpa alasan. Hasil blusukan tanpa membatasi waktu, membuat masyarakat menyadari bahwa sosok pejabat tinggi negara di wilayah Kabupaten Tasik, hadir dan ada.

“Abdi mah nembe terang ayeuna. Sugan teh pejabat negara dikawal ketat. Ari ieu mah teu nyirikeun (Saya baru tahu sekarang. Dikira pejabat negara dikawal ketat. Yang ini tidak menonjolkan diri),” ungkap Latif, salah seorang warga Kecamatan Cikatomas.

Meski begitu, Deni Ramdani Sagara mengaku tidak membangga-banggakan dirinya ketika orang menilai dia sukses menjadi wakil bupati tersingkat.

Bahkan dia berharap, kegiatan yang dilakukannya itu bisa ditiru oleh pejabat negara lainnya. Bukan hanya di lingkungan Kabupaten Tasikmalaya, tetapi di tempat lainnya di nusantara.

Diakui Deni, dirinya pernah ditawari untuk masuk top skor sebagai pelaksana negara yang sukses dalam waktu 42 hari.

“Ada sebuah institusi swasta mengusulkan masuk The Guinness Book of Records,” kata Deni.

Jawaban dirinya cukup simpel dan sederhana, “Itulah kerja sebagai pengayom masyarakat.” (habis)

Baca Berita Menarik Lainnya :