VISI.NEWS | BANDUNG – Jawa Barat menghadapi ancaman ledakan sampah yang serius, terutama di kawasan Bandung Raya, karena pengelolaan limbah yang buruk oleh warganya. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Jawa Barat, Herman Suryatman, setelah meninjau lokasi Oxbow Cicukang di Kabupaten Bandung pada Selasa (28/1/2025).
Herman menyoroti kondisi memprihatinkan Oxbow Cicukang yang dipenuhi tumpukan sampah, sebagian besar berasal dari wilayah Bandung Raya yang akhirnya bermuara di sungai mati sepanjang kurang lebih satu kilometer tersebut.
“Karenanya kepada warga Bandung Raya, saya Sekda Jabar mohon pada semuanya agar kelola sampah (dengan baik) dari sekarang. Kalau tidak, maka akan terjadi ledakan sampah, dan itu tidak boleh terjadi,” kata Herman.
Herman mengingatkan warga Bandung Raya untuk mulai mengelola sampah dengan baik, karena jika tidak, ledakan sampah akan terjadi dan menimbulkan dampak buruk. Masalah sampah, menurutnya, harus diatasi sejak tingkat rumah tangga dengan menerapkan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle). Ia menyebutkan bahwa jika pengelolaan sampah dilakukan dengan baik di rumah tangga, kantor, dan tempat usaha, setidaknya 50 persen masalah sampah bisa diselesaikan.
“Di tingkat lingkungan rumah tangga, 30 persen bisa ditangani. Hanya tersisa 20 persen residu yang akan dibuang ke tempat pembuangan akhir,” ujar Harman.
Herman juga menekankan pentingnya pengelolaan sampah yang terukur agar kapasitas Tempat Pembuangan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Sarimukti dapat mencukupi hingga 2027. Selain itu, pembangunan TPPAS Legok Nangka yang direncanakan beroperasi pada 2028 diharapkan dapat menangani masalah sampah secara berkelanjutan.
Saat ini, pembersihan sampah di Oxbow Cicukang tengah dilakukan, dengan sekitar 200 ton sampah berhasil diangkut dari area 300 meter persegi. Namun, masih ada 700 meter persegi area lainnya yang diperkirakan mengandung sekitar 650 ton sampah. Pembersihan sisa sampah ditargetkan selesai pada pertengahan Februari 2025. Pemerintah setempat juga telah mengajak sejumlah komunitas lingkungan untuk terlibat dalam proses pembersihan tersebut. @ffr