Search
Close this search box.

Lesbumi Jabar Gelar Pameran pada 1-8 Pebruari 2023 di Bandung, Bukan Hanya Lukisan Kaligrafi

Bagikan :

Lembaga Seniman dan Budayawan Muslimin Indonesia Jawa Barat (Lesbumi Jabar, rencananya menggelar pameran seni rupa bertajuk “Wathoniyah, Islamiyah, Basyariyah dalam Bingkai Perupa Nusantara” pada 1-8 Pebruari 2023 di Gedung PWNU Jawa Barat, Jalan Terusan Galunggung No. 09 Bandung.

Menurut Ketua Lesbumi Jawa Barat Dadan Madani, pameran akan menampilkan karya seni dan budaya dari berbagai daerah di Jawa Barat. Rencananya akan dibuka oleh Ketua PWNU Jabar, KH Juhadi Muhammad  dengan pengantar kurasi Acep Zamzam Noor, Isa Perkasa, dan Hawe Setiawan.

Acep Zamzam Noor sebagai salah satu kurator, menyampaikan hasil kurasinya untuk pameran Lesbumi Jawa Barat ini. Katanya, sebagai sebuah sub-kultur posisi pesantren memang unik. Pesantren mempunyai sistem kehidupannya tersendiri yang dijalankan secara ketat baik oleh para santri maupun masyarakat sekitar. Pesantren juga mempunyai hirarki khusus yang berbeda dan berada di luar hirarki formal kekuasaan. Hal ini nampak dalam kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya meski tentu saja tidak berarti bahwa pesantren berdiri terpisah atau lepas sama sekali dari ikatan-ikatan umum dengan masyarakat luas. “Bahkan dalam banyak hal pesantren tetap mempunyai banyak pertautan dengan kehidupan masyarakat luas di sekitarnya itu, hingga antara pesantren dan masyarakat sekitar mempunyai hubungan timbal balik. Demikian juga kaitannya dengan kehidupan tradisi maupun seni budaya yang berada di lingkungannya,” ungkapnya.

Bagi umumnya pesantren, katanya, kesenian bukanlah hal yang tabu, bahkan menjadi bagian yang tak terpisahkan. Sastra, musik, teater dan seni rupa sudah lama hidup dan berkembang di pesantren. Secara langsung maupun tidak langsung sastra diajarkan lewat kitab-kitab yang berkaitan dengan tata bahasa hingga tak mengherankan jika banyak santri yang kemudian suka menulis puisi atau cerita. “Musik, meski tidak diajarkan secara langsung di pesantren, hadir sebagai bagian dari ekspresi para santri lewat genre tagoni, kasidah dan belakangan hadroh serta nasyid, demikian juga halnya dengan seni teater. Seni-seni pertunjukan ini paling tidak tampil pada moment-moment tertentu seperti peringatan hari-hari besar Islam. Lalu seni rupa juga bukan hal yang asing bagi para santri, tradisi menulis indah atau kaligrafi sudah lama hidup dan berkembang di pesantren-pesantren. Salah satu pemicunya adalah adanya lomba kaligrafi yang berjenjang dari tingkat daerah hingga nasional, antara lain dalam ajang MTQ,” ucap Acep Zamzam.

Baca Juga :  LP Ma'arif NU Latih dan Perkuat Literasi Digital Guru Madrasah Kota Depok

Seni rupa di pesantren dalam perkembangannya, ungkap Acep Zamzam lebih lanjut, tentu saja bukan hanya kaligrafi, tapi juga seni rupa pada umumnya, terutama lukisan dan desain. Sebagian pesantren bahkan secara rutin mengadakan lomba melukis di antara para santri, selain lomba kaligrafi. Benih-benih ketertarikan terhadap seni rupa pada sebagian santri terus berkembang, tidak sedikit santri yang kemudian melanjutkan pendidikan formal seni rupa di perguruan tinggi, banyak juga yang memilih belajar di sanggar atau komunitas. “Ketertarikan para santri juga berkembang ke bidang desain, misalnya desain grafis. Di era digital seperti sekarang ini santri-santri juga punya keterampilan memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk membuat desain-desan poster kegiatan baik di pesantrennya, di sekolahnya, di sanggarnya, di komunitasnya maupun di tempat lain, dan hasilnya cukup memuaskan,” ujarnya.

Mengawali tahun 2023 ini, kata Acep Zamza, Lesbumi Jawa Barat memulai kegiatannya dengan mengadakan pameran lukisan dari para seniman kalangan pesantren, baik santri maupun alumni. Tentu saja kegiataan ini sangat penting dan menarik mengingat sebelumnya kegiatan semacam ini jarang sekali diadakan, atau mungkin belum pernah. Seniman-seniman yang berlatar santri diundang secara terbuka untuk mengikuti pameran bersama dengan tema “Islamiyah, Wathoniyah, Bashariyah”. Tema ini tentu saja merupakan tema besar dan luas yang cukup menantang bagi para peserta, sekaligus memberikan kebebasan pilihan untuk mengekspresikannya dalam berbagai media. “Bukan hanya kaligrafi yang sudah menjadi tradisi, namun tema besar ini juga bisa menyasar pada persoalan sosial, budaya, politik dan lingkungan hidup. Dan sejumlah peserta tampak mampu membaca serta merespon tema ini dengan baik, dengan antusias dan kreatif. Selain keterampilan yang kaitannya dengan teknis, beberapa peserta juga mampu memvisualkan gagasan mereka ke atas kanvas dengan cukup jelas terbaca sekaligus artistik,” kata putra tokoh NU asal Jabar Alm KH Ilyas Ruhiyat ini.

Baca Juga :  Dede Farhan "Motivasi Pegawai BNN Jabar melalui Program Capacity Building

Meski dilaksanakan secara sederhana, Acep Zamzam berharap, pameran lukisan perdana dari Lesbumi Jawa Barat ini bisa mendeteksi atau menjaring serta menghasilkan pembacaan yang menyeluruh tentang peta seni rupa di kalangan para santri di Tatar Sunda, hingga ke depannya pameran semacam ini dianggap penting untuk bisa dilaksanakan secara rutin baik utuk event tahunan atau dua tahunan (biennale). “Dan jika hal ini terjadi, maka Lesbumi Jawa Barat akan menyumbangkan sesuatu yang berarti bagi perkembangan seni rupa, yang mungkin saja akan menjadi inspirasi bagi daerah-daerah lain,” ungkap Acep.

Info berpameran ini bisa dilihat di Instagram maupun website www.bdgconnex.net, sebuah komunitas yang membantu menyiarkan berbagai peristiwa perhelatan seni, desain, dan kriya.

@bambang melga suprayogi

Baca Berita Menarik Lainnya :