VISI.NEWS | BANJARMASIN – Sejumlah perguruan tinggi swasta di Kalimantan berhasil mengimplementasikan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Mandiri melalui program magang dan pertukaran mahasiswa ke luar negeri. Prestasi ini diapresiasi oleh Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah XI, yang berkomitmen untuk mendorong pemerataan implementasi MBKM Mandiri di seluruh Kalimantan.
Muhammad Akbar, Kepala LLDikti Wilayah XI, menyatakan, “Menurut data, terdapat 21 perguruan tinggi, baik universitas maupun sekolah tinggi, yang mengikuti program pertukaran pelajar. Sementara itu, dalam konteks magang MBKM, ada 38 perguruan tinggi yang telah melaporkan kegiatan mereka di pangkalan data.”
LLDikti Wilayah XI mencakup lima provinsi di Pulau Kalimantan dengan total 163 perguruan tinggi swasta yang tersebar luas. Lembaga ini bertugas meningkatkan mutu pendidikan tinggi, khususnya di kalangan perguruan tinggi swasta di wilayah tersebut. Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) merupakan inovasi dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk mendorong transformasi sistem pendidikan tinggi di Indonesia agar menghasilkan lulusan yang relevan dengan perkembangan zaman. MBKM Mandiri adalah bentuk kegiatan MBKM yang dijalankan secara mandiri dan berkelanjutan oleh perguruan tinggi dalam rangka membangun ekosistem merdeka belajar.
Saat ini, beberapa perguruan tinggi di Kalimantan telah mengirimkan mahasiswa untuk mengikuti pertukaran mahasiswa ke Thailand, Filipina, Malaysia, Amerika Serikat, dan Spanyol. Selain itu, sejumlah perusahaan di bidang perkebunan dan pertambangan yang memiliki politeknik mereka sendiri juga telah membuka akses magang bagi mahasiswa.
Salah satu contoh keberhasilan datang dari Universitas Muhammadiyah Pontianak, yang telah membentuk tim khusus untuk mengelola MBKM Mandiri. Rektor Universitas Muhammadiyah Pontianak, Doddy Irawan, menyatakan bahwa sejak tahun 2021, universitas tersebut telah mengirimkan mahasiswa ke Amerika Serikat, Malaysia, Filipina, dan Spanyol. “Kami mencoba menjalin kerja sama dengan berbagai universitas luar negeri yang menawarkan pendanaan untuk program pertukaran pelajar. Tahun ini, kami mengirimkan mahasiswa ke Spanyol selama lima bulan dengan dana yang sepenuhnya ditanggung oleh Uni Eropa melalui skema Erasmus,” jelas Doddy Irawan. Ia menambahkan bahwa kerja sama ini akan berkelanjutan hingga tahun 2027.
Universitas Muhammadiyah Pontianak juga menjalin kerja sama dengan Universitas Granada, Universitas Malaga, dan Universitas Cordoba di Spanyol. Selain itu, mereka mempersiapkan mahasiswa melalui seleksi sejak semester 1-2 dan memberikan pelatihan bahasa sebelum dikirim ke luar negeri. Program MBKM Mandiri lainnya di Universitas Muhammadiyah Pontianak termasuk magang bersertifikat, dengan kerja sama bersama BUMN seperti PTPN dan PLN, serta perusahaan Indofood.
Namun, meski sejumlah perguruan tinggi swasta telah sukses mengimplementasikan MBKM Mandiri, Muhammad Akbar mengungkapkan bahwa pelaksanaan MBKM Mandiri di Kalimantan masih belum merata. Kendala utama adalah masalah anggaran, karena banyak perguruan tinggi swasta cenderung membebankan semua biaya kepada mahasiswa. Selain itu, tidak semua wilayah di Kalimantan memiliki industri yang dapat menerima mahasiswa magang.
Akbar juga menyoroti adanya paradigma bahwa program studi dan tempat magang harus saling terkait, seperti mahasiswa teknik yang harus magang di industri pertambangan, dan mahasiswa dari program studi perkebunan atau pertanian yang magang di industri perkebunan. Industri pertambangan dan perkebunan memang banyak ditemukan di Kalimantan, tetapi hal ini menyulitkan mahasiswa dari bidang ilmu sosial dan ekonomi untuk menemukan tempat magang yang sesuai.
“Yang kita inginkan adalah mahasiswa bisa mengembangkan minat atau bakat ilmu di bidang lain, sehingga bisa mengeksplorasi lebih jauh,” jelas Muhammad Akbar.
Topografi Kalimantan yang luas juga menjadi tantangan dalam pendampingan implementasi MBKM Mandiri. Gusti Gusda dari Tim Akademik Kemahasiswaan LLDikti XI menjelaskan, “Kendala yang kita hadapi berkaitan dengan pelaksanaan. Menurut hasil survei, banyak perguruan tinggi swasta yang masih kurang memahami cara mengkonversikan mata kuliah MBKM.”
LLDikti XI telah melakukan sosialisasi baik secara daring maupun luring, serta bekerja sama dengan pemerintah daerah agar mahasiswa dapat difasilitasi untuk menjalankan program MBKM Mandiri. LLDikti XI juga bertindak sebagai fasilitator yang mempertemukan industri, perusahaan, pemerintah daerah, dan perguruan tinggi untuk menandatangani kesepakatan kerja sama.
“Kami fokus menjadi fasilitator. Kami mempertemukan perguruan tinggi dengan industri, baik yang ada di Kalimantan, tingkat nasional, maupun internasional,” tambah Muhammad Akbar.
LLDikti XI baru saja menggelar Multi Stakeholder Dialogue (MSD) di Balikpapan, yaitu acara yang mempertemukan pihak perguruan tinggi, pemerintah, sektor bisnis, dan organisasi kemasyarakatan untuk mendiskusikan rencana kerja sama dalam menyelesaikan berbagai persoalan di daerah.
Ke depannya, LLDikti XI berencana memberikan penghargaan kepada perguruan tinggi yang telah berhasil mengimplementasikan MBKM Mandiri pada akhir tahun ini. Langkah ini diambil untuk mendorong semangat perguruan tinggi dalam mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan MBKM Mandiri. Untuk tahun 2025, LLDikti XI memprioritaskan agar perguruan tinggi memiliki pemahaman yang lebih mendalam mengenai MBKM Mandiri. Tim Akademik Kemahasiswaan bersama Pokja Kerja Sama siap menjalin kerja sama dengan lebih banyak mitra di setiap provinsi di Kalimantan.
@uli