Search
Close this search box.

Manuskrip Sejarah Jawa Penting untuk Sejarah Nasional dan Pembentukan Karakter

Dosen dan peneliti sejarah FIB UNS, Dr. Susanto, dan seorang anggota riset grup sejarah kebudayaan UNS, menunjukkan manuskrip sejarah koleksi Perpustakaan Reksapustaka./visi.news/tok suwarto.

Bagikan :

VISI.NEWS – Manuskrip sejarah Jawa dalam bentuk babad, tembang, dan sebagainya yang merupakan sumber sejarah lokal, sangat penting dalam penulisan sejarah nasional dan pembentukan karakter bangsa.

Namun sumber sejarah dalam bentuk manuskrip tersebut harus dikolaborasikan dengan sumber sejarah kolonial agar penulisan sejarah menjadi lengkap dan luas.

Sejarawan sekaligus peneliti yang sehari-hari sebagai dosen ilmu sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Dr. Susanto, mengungkapkan hal itu kepada VISI.NEWS, di sela Forum Group Discusion (FGD) tentang penelitian “Budaya kerja bagi Anak dalam Masyarakat Petani Tembakau di Klaten Masa Kolonial”, dan “Pembuatan Katalog Manuskrip Sejarah Koleksi Perpustakaan Reksapustaka Mangkunegaran”, di Istana Mangkunegaran, Selasa (22/6/2021).

“Jadi jangan dianggap manuskrip babad itu tidak bermuatan sejarah. Namun sebagai sumber sejarah lokal, materi dalam manuskrip babad harus dikolaborasikan dengan sumber sejarah kolonial yang selama ini digunakan untuk penulisan sejarah nasional,” ujar Dr. Susanto.

Peneliti sejarah itu, menyebut contoh babad Tanah Jawa yang di dalamnya menceritakan tentang runtuhnya Keraton Kartasura akibat pemberontakan Mas Garendi yang populer disebut “Geger Pecinan” pada tahun 1741 Masehi.

Tulisan tentang jatuhnya Keraton Kartasura dalam babad tersebut, merupakan sejarah lokal yang tidak terdapat dalam sejarah kolonial dan itu perlu dikolaborasikan.

Selain itu, menurut ketua tim Riset Grup (RG) Sejarah Kebudayaan, Program Studi (Prodi) Ilmu Sejarah FIB UNS itu, dalam manuskrip sejarah Jawa juga banyak memuat berbagai aspek untuk pembentukan karakter bangsa.

Dia mencontohkan, di dalam manuskrip Serat Wulangreh karya KGPAA Mangkunegoro, tertulis ungkapan “mesu budi cegah dhahar lawan guling” yang merupakan etos Jawa sering dimaknai sebagai karakter pemalas.

“Padahal, kandungan makna ungkapan sangat tinggi, yang menggambarkan karakter ulet dari masyarakat Jawa,” tandasnya.

Baca Juga :  Rahasia Opor Ayam Lebih Tahan Lama, 5 Tips Agar Tak Cepat Basi

Dalam kaitan itu, Dr. Susanto bersama timnya memandang perlu membuat katalog khusus tentang manuskrip sejarah Jawa dari koleksi Perpustakaan Reksapustaka.

Pembuatan katalog manuskrip sejarah dari periode kuna, seperti Serat Ambiya, Serat Ambiya Ayub, Babad Majapahit, Babad Kartasura, sampai manuskrip modern seperti Babad Mangkunegoro VII, dia pandang sangat mendesak.

Selama ini, sambungnya, banyak peneliti dari kalangan akademisi yang lebih banyak menggunakan sumber sejarah kolonial berupa arsip besluit, algemeen verslag, memorie van overgave, maupun dokumen seperti staatsblad, rijksblad dan regering almanak, karena para peneliti sulit membaca manuskrip yang ditulis tangan dengan huruf dan bahasa Jawa.

“Padahal, dalam studi ilmu sejarah filologi manuskrip menduduki tempat penting. Manuskrip bukan hanya merupakan sumber informasi tentang masa lampau yang ditulis dengan tangan, tetapi yang lebih penting di dalamnya merupakan sumber ilmu pengetahuan yang mengandung banyak aspek, seperti sejarah, pendidikan, seni, religi, kesehatan dan lain-lain. Manuskrip mencerminkan jiwa zaman, serta ide dari penulisnya,” katanya.

Dosen Prodi Ilmu Sejarah FIB UNS itu mengungkapkan, di Perpustakaan Reksapustaka Mangkunegaran menyimpan berbagai manuskrip, yang sebagian besar berupa sejarah. Dia mencatat, lebih dari 144 manuskrip sejarah tersimpan di Perpustakaan Reksapustaka, meliputi sejarah dari periode kuna sampai periode modern pada masa pemerintahan KGPAA Mangkunegoro VII.

Kondisi manuskrip koleksi Perpustakaan Reksapustaka, sambungnya, secara fisik kurang layak diakses para peneliti, karena sebagian besar selain masih berupa tulisan dan bahasa Jawa juga mudah rusak termakan usia.

Katalog manuskrip sejarah di Perpustakaan Reksapustaka yang merupakan trans literasi, kini sudah selesai pengerjaannya dan di dalam katalog disertai ringkasan isi manuskrip. Ringkasan isi manuskrip tersebut untuk memudahkan para peneliti dalam mengakses sumber sejarah tanpa membaca naskah aslinya.

Baca Juga :  Aher Dorong Regulasi untuk Keamanan Laut di Indonesia

“Dengan menggunakan sumber sejarah lokal berupa manuskrip sejarah, para peneliti akademisi dan penulis sejarah bisa mendapatkan bahan yang sangat kaya informasi dan ilmu pengetahuan. Dan yang lebih penting, penulisan sejarah yang selama ini bersumber dari kolonial lebih diperkaya sumber dari sumber manuskrip Jawa yang secara periodik lebih jauh jangkauannya. Penulisan sejarah Jawa dengan manuskrip sejarah lokal sebagai pembanding, dapat menjadikan informasi sejarah lebih lengkap dan luas,” jelasnya lagi.

Dalam FGD dengan protokol kesehatan ketat tersebut, Dr. Susanto bersama tim RG Sejarah Kebudayaan UNS, yang didampingi dosen ilmu sejarah FIB UNS, Drs. Tundjung Wahadi Sutirto, menyerahkan hasil pembuatan katalog manuskrip sejarah kepada pengelola Perpustakaan Reksapustaka, Darweni. @tok

Baca Berita Menarik Lainnya :