VISI.NEWS – Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, menyatakan, Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo telah berhasil mengambil sisi positif dari wabah Covid-19 dengan menciptakan karya inovasi, khususnya berupa alat kesehatan (alkes), obat-obatan herbal, alat pelindung diri (APD), dan lain-lain.
“Belum tentu UNS semangat melakukan penelitian yang menghasilkan karya inovatif, seperti ventilator khusus untuk pasien Covid -19, obat herbal Kurkuma Pro dan sebagainya, kalau tidak ada wabah Covid-19. Itu berarti setiap kesulitan pasti akan menghasilkan kemudahan, seperti dalam Alquran. Jadi, setiap ada kesulitan jangan dipahit, tetapi harus diambil manfaat kemudahannya dari setiap kesulitan,” ujar Muhadjir Effendy kepada wartawan, dalam jumpa pers seusai meninjau hasil penelitian unggulan dosen UNS, di Rumah Sakit UNS, kawasan Pabelan, Jumat (19/2/2021) siang.
Menko PMK yang didampingi Rektor UNS, Prof. Dr. Jamal Wiwoho, minta, hasil penelitian para dosen perguruan tinggi (PT), khususnya Alkes untuk mengatasi Covid 19 supaya bisa dimanfaatkan pasar. Hal itu disebabkan kebutuhan Alkes di Indonesia, 90 persen berasal dari impor.
“Kita harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri dalam memenuhi kebutuhan Alkes,” tandasnya
Ketika mengamati berbagai Alkes yang dipajang di lobi Rumah Sakit UNS, Menko PMK sempat mencoba mengendarai kursi roda untuk penyandang disabilitas dengan mesin penggerak bertenaga listrik.
Selain itu, Muhadjir Effendy juga mengamati APD yang dapat dipakai berulang-ulang dan pemakaiannya tetap aman dari Covid-19, serta memberikan perhatian terhadap alat ventilator khusus bagi pasien Covid-19, perangkat teknologi untuk terapi plasma pheresis, serta produk obat herbal Kurkuma Pro dan Kur Cosmart yang sudah dipasarkan.
Menko PMK seusai menyaksikan hasil karya teknologi ciptaan para dosen UNS, di antaranya mengomentari kursi roda elektronik dia coba.
“Saya merasa kursi roda elektronik itu sudah nyaman dan aman. Tetapi perlu ada perbaikan-perbaikan, seperti kemudi, penggunaan aki yang ada du pasaran, pembatasan kecepatan, dan sebagainya. Saya kira kursi roda itu sudah bisa diproduksi dan kalau sudah dilakukan perbaikan akan kita bantu proses perizinan,” sambungnya.
Menanggapi hasil penelitian perangkat terapi plasma pheresis untuk pasien Covid-19 kategori berat, Muhadjir Effendy menegaskan, perangkat itu berbeda dengan terapi plasma konvalesen.
Perangkat terapi pheresis saat ini tinggal tunggu izin produksi, bersama perangkat lain berupa ventilator untuk ruang ICU dan sebagainya yang kini sudah mulai dimanfaatkan di sejumlah rumah sakit.
Ditekankannya, semua hasil penelitian supaya dipatenkan untuk menjaga jangan sampai diaku pihak lain. Obat herbal yang sudah beredar, juga diminta supaya didapatkan hak patennya untuk menjaga nama yang menemukan jangan sampai hilang. @tok