Search
Close this search box.

Merek Fashion Lokal Jadi Pilihan Teratas Masyarakat untuk Menggantikan Merek yang Diboikot

Bagikan :

VISI.NEWS | BANDUNG – Konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel, telah memakan banyak korban jiwa yang membuat seruan boikot semakin berkembang dalam 3 bulan terakhir. Aksi ini ditujukan pada produk-produk dari perusahaan yang dicurigai mendukung atau berafiliasi
dengan Israel.

Jakpat melakukan survei untuk mengetahui perubahan perilaku konsumen setelah isu boikot berkembang. Survei yang melibatkan 1285 responden ini menjelaskan pilihan produk alternatif apa saja yang dipilih, dan kemungkinan penggunaan atau konsumsi kembali pada
merek fast food, food & beverage, juga merek fashion, makeup dan personal care yang
diboikot.

Survei menunjukkan mayoritas dari responden sudah mengetahui dan mengikuti informasi mengenai isu boikot. Di sisi lain, mereka juga turut melakukan aksi boikot, khususnya bagi Gen Z (73%). Selain itu, aksi ini lebih banyak dilakukan oleh orang-orang yang berada pada status sosial ekonomi menengah (70%).

Bagi yang tidak melakukan boikot produk, mereka mengaku jika mendoakan dan berdonasi menjadi cara lain dalam mendukung Palestina. Donasi dilakukan oleh setiap generasi,.khususnya Gen X (46%) dan orang-orang yang berada di status sosial ekonomi rendah (55%).

“Dukungan terhadap aksi boikot terhadap produk yang berafiliasi dengan Israel dan turut serta berdonasi menjadi bagian upaya dari masyarakat untuk menunjukkan solidaritas
terhadap rakyat Palestina dan menekankan pentingnya perdamaian dan keadilan,” jelas Research Lead Jakpat, Septiana Widi Sugiastuti.

Tantangan & Kesulitan dalam Melakukan Aksi Boikot

Menghindari produk yang biasanya digunakan atau dikonsumsi, menjadi tantangan utama yang dihadapi oleh mereka yang melakukan aksi boikot. Selain itu, sudah memiliki barang dari produk yang diboikot (44%), adanya diskon (39%), hingga tidak memiliki produk alternatif (36%) juga menjadi alasannya.

Dengan melakukan aksi boikot, responden berharap jika brand atau perusahaan yang diboikot berhenti mendukung Israel (75%), dan mereka juga berharap produk lokal atau
UMKM yang mendukung Palestina semakin berkembang.

Baca Juga :  Prabowo Janji Semua Anak Indonesia Akan Terima Makan Bergizi Gratis di Akhir 2025

“Hal tersebut dapat menjadi peluang besar bagi para pengusaha lokal & UMKM untuk menyediakan produk-produk substitusi dengan harga dan kualitas yang sesuai dengan preferensi konsumen,” jelas Septiana.

Produk Alternatif di Setiap Kategori

Survei menyoroti produk-produk alternatif yang dipilih pada setiap kategori. Pada konsumsi fast food, Richeese Factory dan Sabana Fried Chicken menjadi pilihan teratas sebagai merek fast food alternatif.

Jika dilihat berdasarkan generasi, Richeese Factory menjadi pilihan teratas Gen Z (22%), sedangkan Milenial lebih memilih Sabana Fried Chicken (16%), dan Gen X memilih Hokben (16%) setelah kedua merek sebelumnya.

Lalu, pada penggunaan fashion, lokal brand menjadi pilihan merek fashion teratas sebagai
alternatif untuk menggantikan merek yang diboikot. Seperti EIGER (43%) dan Erigo (43%)
yang menempati posisi pertama dan kedua, lalu Uniqlo (37%), diikuti 3SECOND (33%), dan BERRYBENKA (16%).

EIGER lebih banyak dipilih oleh Milenial dan Gen X, sedangkan Gen Z lebih banyak memilih
Erigo sebagai merek fashion alternatif mereka.

Mayoritas responden mengaku jika mereka tidak berencana untuk mengkonsumsi atau
menggunakan kembali produk yang sudah diboikot, khususnya Milenial di setiap kategori.

Meskipun begitu, sebagian responden menyatakan bahwa jika perusahaan yang bersangkutan tidak lagi mendukung Israel, mereka akan mempertimbangkan kembali untuk
mengkonsumsi atau menggunakannya kembali.

@mpa

Baca Berita Menarik Lainnya :