VISI.NEWS | BANDUNG – Musim kemarau kali ini mengakibatkan permukaan air Waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang mengalami penurunan yang cukup ekstrim sehingga mengakibatkan puing-puing bangunan, bekas jembatan maupun jalan yang sebelumnya tenggelam kini bermunculan lagi.
Sebuah akun tiktok Uwal @jang.uwal, Sabtu (30/9/2023) melaporkan kondisi permukaan tanah di bekas waduk tersebut tampak retak-retak bahkan ada ikan sapu-sapu yang berbaur lumpur.
“Tuh loba lauk sapu-sapu kagaringan, kagaringan tuh sirahna garing, ” ujarnya sambil memperlihatkan tanah sekitar yang dilalui tampak kering dan retak-retak.
Pada video yang diunggah, terlihat dataran yang begitu luas dengan kondisi yang sangat gersang.
“Nah ini bekas jembatan bahkan ada mobil yang bisa masuk ke sini, jalan mana yah,” ungkapnya.
Jalan raya yang ada di kawasan Bendungan Jatigede yang dulunya merupakan area perkampungan juga bisa kembali digunakan. Puing-puing bangunan bermunculan kembali.
“Ini jalan yang sudah tidak difungsikan pun bisa berfungsi kembali dengan kondisi 70 persen masih layak dipakai,” ujarnya
Ia bertutur jika jalan raya yang sudah lama terendam air itu masih bisa dilalui dengan baik.
Danau Buatan Terbesar
Dilansir dari jabarprov.go.id, Waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang menjadi salah satu danau buatan terbesar di Indonesia. Waduk seluas 4.983 hektar ini berfungsi sebagai tempat menampung cadangan air, pengendali banjir, irigasi, pembangkit listrik tenaga air, serta menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Provinsi Jawa Barat.
Waduk Jatigede diresmikan pada 2015 lalu, dan baru beroperasi penuh dua tahun setelahnya. Tapi belum banyak yang tahu, kalau Waduk Jatigede ternyata sudah direncanakan sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda.
Kala itu Pemerintah Hindia Belanda merencanakan pembangunan tiga waduk di sepanjang aliran Sungai Cimanuk, dan Waduk Jatigede merupakan waduk utama yang paling besar. Namun rencana tersebut gagal direalisasikan karena mendapat penolakan dari masyarakat Sumedang.
Setelah melewati puluhan tahun, rencana pembangunan Waduk Jatigede kembali disuarakan. Menurut beberapa sumber, langkah pertama yang dilakukan adalah merelokasi desa-desa yang berada di area pembangunan waduk.
Dari catatan sejarah, ada 28 desa di Kecamatan Darmaraja, Kecamatan Wado, Kecamatan Jatigede, dan Kecamatan Jatinunggal yang masuk area genangan. Relokasi pertama dilakukan pada 1982. Selanjutnya, desain pembangunan waduk ini dilakukan pada 1988 dan disambung 20 tahun kemudian yaitu proses konstruksi pada 2007-2015.
Setelah dilakukan beberapa kali penataan, kini banyak dampak positif yang didapatkan dengan keberadaan Waduk Jatigede. Tak hanya warga Sumedang, Waduk Jatigede juga memberikan manfaat untuk area persawahan di Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon, bahkan Kabupaten Indramayu.
Untuk sektor pariwisata, Waduk Jatigede menawarkan panorama keindahan alam. Di tempat ini, wisatawan akan dimanjakan dengan pemandangan puncak-puncak bukit serta hamparan air yang merefleksikan indahnya langit biru.
Selain itu ada beberapa kegiatan yang bisa dilakukan wisatawan seperti memancing dan menyusuri keindahan waduk dengan menggunakan perahu. Fasilitas yang ditawarkan juga sangat lengkap karena tersedia tempat ibadah, tempat istirahat (gazebo), rumah makan, hingga beberapa spot untuk berfoto ria.
Wisatawan bakal semakin dibuat terpesona dengan berdirinya Monumen Kujang Sapasang yang didirikan di sisi Waduk Jatigede. Bangunan tersebut menjadi salah satu ikon Provinsi Jawa Barat dan bakal menjadi daya tarik baru untuk masyarakat.
Yang lebih menakjubkan, Monumen Kujang Sapasang dibuat berdampingan dengan Masjid Al Kamil. Sebagai penghubung, disusun jembatan kayu yang didesain sangat indah sehingga menambah daya pikat dari Waduk Jatigede.
@mpa