Oleh Deden Suwandi
AKHIR-AKHIR ini Bupati Bandung Dadang Supriatna kerap diterpa isu kursif (miring). Banyaknya hoaks dan fitnah yang menerpa Bupati Dadang Supriatna menjadi cermin ketidakdewasaan dalam berpolitik. Baik pihak yang menyebar dan mempercayai serangan hoaks, membuktikan seberapa berkualitas tingkat kematangan intelektual dan emosional.
Serangan yang ofensif dialamatkan kepada Bupati Dadang Supriatna cenderung bersifat personal. Praktik hoaks yang menimpa Bupati Dadang Supriatna itu sebagai bagian dari usaha untuk merusak karakter sang bupati. Penulis memandang, serangan fitnah yang bersifat personal menunjukkan kegagalan untuk mencari celah untuk mengkritisi sang bupati dari sisi objektif. Oleh karenanya kemudian kerap muncul serangan fitnah yang sifatnya personal, dengan mengambil jalan pintas yang cepat untuk menjatuhkan yakni dengan informasi yang direkayasa.
Di sisi lain mengangkat isu personal seperti ini kontraproduktif dan tidak bermanfaat. Isu-isu miring dengan mudah telah dibantah langsung secara elegan oleh Bupati Dadang Supriatna. Jika dicermati dapat dinilai serangan fitnah itu membuktikan adanya pihak yang memancing di air keruh. Sulit dilepaskan kenyataan bahwa serangan itu terkait dengan posisi Kang DS (Dadang Supriatna) sekarang ini sebagai bupati yang kebijakan dan kinerjanya bayak menuai simpati publik.
Dalam tahun politik ini. memang tak aneh jika adanya pihak yang berupaya mengganggu dengan upaya mereduksi elektabilas bupati yang diinginkan publik untuk menjabat dua periode.
Memang makin tinggi pohon semakin kencang pula angin yang menerpa. Mungkin, posisi sebagai bupati membuat banyak orang yang kepentingannya terganggu karena dipandang Kang DS rival kuat dan berupaya untuk menyerangnya. Salah satu bentuknya adalah fitnah.
Maka mengajak masyarakat untuk cerdas dalam menyaring informasi. Kritik adalah hal yang diperlukan oleh pejabat publik. Namun serangan fitnah atau hoaks, adalah hal yang tidak dapat diterima dan dibenarkan dalam konteks apapun. “Fitnah dan hoaks adalah tindakan yang tidak manusiawi”.***
- Penulis, pemerhati masalah sosial politik, tinggal di Ciparay