Search
Close this search box.

Nilai Transaksi Kripto RI Melonjak 200% hingga Analisis Penurunan Harga Bitcoin

Ilustrasi token kripto. /net

Bagikan :

HIGHLIGHTS

  • Nilai Transaksi Kripto di Indonesia Melonjak 200% pada Maret 2024.
  • Analisis Penurunan Harga Bitcoin: Potensi Pembelian di Tengah Volatilitas Pasar.

VISI.NEWS | BANDUNG – Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mencatat nilai transaksi kripto di Indonesia mengalami lonjakan signifikan pada Maret 2024. Kenaikan nilai transaksi mencapai lebih dari 200%, menunjukkan minat yang kuat dari masyarakat Indonesia dalam memperdagangkan aset kripto.

Kabar dari pasar kripto, saat ini pergerakan harga Bitcoin terpantau mengalami penurunan drastis dalam sepekan terakhir. Bitcoin turun lebih dari 10% dalam tujuh hari terakhir dan berada di bawah level US$58.000. Apa yang menyebabkan penurunan harga BTC ini dan bagaimana potensi ke depannya?

Berkaitan dengan kabar tersebut, Tokocrypto menyajikan rangkuman berita di industri aset kripto dan ekosistemnya.

Untuk mengetahui lebih detail mengenai topik-topik tersebut, berikut News Flash lengkapnya.

1. Nilai Transaksi Kripto di Indonesia Melonjak 200% pada Maret 2024

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mencatat nilai transaksi kripto di Indonesia mengalami lonjakan signifikan pada Maret 2024. Angkanya mencapai Rp103,58 triliun, melonjak 207,5% dibandingkan Februari 2024 yang sebesar Rp33,69 triliun.
Bersamaan dengan melonjaknya nilai transaksi, jumlah investor kripto di Indonesia juga mengalami peningkatan.

Hingga Maret 2024, tercatat terdapat 19,75 juta investor kripto, bertambah sekitar 570.000 orang atau naik 2,97% dibandingkan Februari 2024 yang sebanyak 19,18 juta orang.

CEO Tokocrypto, Yudhono Rawis, mengungkapkan bahwa kenaikan nilai transaksi dan
jumlah investor kripto di Indonesia didorong oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah kenaikan harga Bitcoin dan meningkatnya minat masyarakat terhadap aset kripto.

“Salah satu alasan kuatnya kinerja pasar kripto pada bulan Maret lalu adalah pemulihan harga Bitcoin yang mencapai harga tertinggi baru sepanjang masa. BTC melonjak ke rekor tertinggi
hampir US$74.000. Sementara itu, minat institusional terhadap ETF Bitcoin di Amerika Serikat masih tetap kuat, sehingga mendorong harga BTC dan meningkatkan minat masyarakat untuk masuk ke pasar dan investasi di kripto,” kata Yudho.

Selain itu, Yudho juga memperhatikan bahwa lonjakan harga aset kripto pada bulan Maret lalu masih mencerminkan tingginya optimisme pasar terhadap kebijakan The Fed yang berencana menurunkan suku bunga tiga kali pada tahun ini, meskipun inflasi lebih tinggi. Risiko inflasi yang lebih tinggi pada gilirannya dapat mendorong permintaan terhadap penyimpanan nilai alternatif, seperti emas fisik dan Bitcoin.

Baca Juga :  Satgas PPR-PBG-PB Hadir, DPRD Kabupaten Bandung: PAD Untuk Kesejahteraan Masyarakat

Dari perspektif sektor kripto, segmen pasar dengan kinerja terbaik selama bulan Maret adalah memecoin yang meraih keuntungan tinggi. Meskipun token terkait memecoin terutama diperdagangkan untuk hiburan dan belum memiliki kasus penggunaan yang jelas, mereka
masih dianggap sebagai investasi dengan risiko sangat tinggi.
“Sepanjang bulan Maret lalu, memecoin berfungsi sebagai katalis pendorong utama
pertumbuhan pasar kripto. Dalam 100 token teratas berdasarkan kapitalisasi pasar, semua memecoin telah memperoleh keuntungan yang luar biasa, dengan proyek seperti FLOKI dan WIF memimpin, masing-masing tumbuh sebesar 298,71% dan 250,76%. Hal ini menarik investor yang didorong oleh antusiasme komunitas dan semangat spekulatif,” jelas Yudho.

Pertumbuhan Tokocrypto

Yudho juga menjelaskan bahwa lonjakan nilai transaksi yang signifikan pada bulan Maret tidak hanya menjadi fenomena nasional, tetapi juga dirasakan secara langsung oleh Tokocrypto. Dari bulan Februari ke Maret 2024, Tokocrypto mengalami lonjakan nilai transaksi sebesar 142%, mencapai total transaksi sebesar US$1,3 miliar pada Maret lalu.

“Lonjakan nilai transaksi yang signifikan ini mencerminkan pertumbuhan yang kuat dalam
industri kripto dan menegaskan posisi Tokocrypto sebagai salah satu pemimpin pasar di Indonesia,” ungkapnya.

Yudho optimis bahwa tren positif ini akan terus berlanjut di masa depan. Ia juga menghimbau para investor untuk selalu berhati-hati dan melakukan riset sebelum berinvestasi kripto.

Lonjakan nilai transaksi dan jumlah investor kripto di Indonesia menunjukkan bahwa aset kripto semakin diminati dan diterima oleh masyarakat. Hal ini tentunya membuka peluang baru dalam pengembangan ekonomi digital di Indonesia.

“Penting bagi investor untuk memahami bahwa kripto merupakan aset yang berisiko tinggi. Oleh karena itu, penting untuk melakukan riset yang mendalam sebelum berinvestasi. Meskipun
potensi keuntungan dalam investasi kripto dapat sangat menggiurkan, investor juga harus sadar akan risiko yang melekat,” ujar Yudho.

Baca Juga :  Donald Trump Usulkan Penahanan 30 Ribu Imigran Ilegal di Penjara Guantanamo

Pelaku usaha dan Bappebti juga terus melakukan edukasi dan literasi kepada masyarakat
untuk meningkatkan pemahaman tentang kripto dan meminimalisir risiko investasi.

Hal ini tercermin dengan mengadakan program Bulan Literasi Kripto (BLK) 2024 pada 1 – 31 Mei 2024.

Melalui serangkaian seminar, workshop, dan kampanye sosial media, BLK 2024 bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang potensi dan risiko investasi kripto, serta mengedukasi masyarakat tentang prinsip-prinsip dasar yang diperlukan dalam mengelola aset digital dengan bijak.

2. Analisis Penurunan Harga Bitcoin: Potensi Pembelian di Tengah Volatilitas Pasar

Harga Bitcoin jatuh setelah rekor tertinggi dan peristiwa “halving”. Nilai BTC telah turun 17% dalam sebulan terakhir dan 10% dalam seminggu terakhir. Volatilitas pasar Bitcoin terus
berlanjut, meskipun terjadi halving baru-baru ini.

Kapitalisasi pasar kripto global anjlok menjadi sekitar US$2,2 miliar, sementara harga Bitcoin
anjlok di bawah US$57.000 untuk pertama kalinya sejak akhir Februari. Altcoin populer,
termasuk Solana (SOL), Dogecoin (DOGE), dan Shiba Inu (SHIB), memiliki kinerja yang lebih buruk lagi, mengalami penurunan dua digit dalam skala harian Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menjelaskan penurunan harga Bitcoin disebabkan banyak investor memasuki mode risk-off menjelang keputusan suku bunga The Fed.

Aksi jual pasar kripto pun terpantau masih terus berlanjut, meski The Fed mempertahankan suku bunga pada kisaran target 5,25-5,50%.
“Meskipun sejalan dengan ekspektasi pasar, keputusan The Fed tersebut seharusnya
mendorong permintaan pembeli terhadap BTC dan pasar kripto yang lebih luas.

Pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell juga ramah terhadap pasar kripto, walaupun tidak menanggapi ekspektasi penurunan suku bunga. Komentar tersebut tidak hawkish seperti yang dikhawatirkan pasar. The Fed akan mempertahankan suku bunga stabil pada bulan Mei dan Juni, dengan kemungkinan penurunan pertama pada akhir tahun ini,” kata Fyqieh.

Melemahnya Bitcoin juga disebabkan oleh arus keluar ETF Bitcoin yang terus berlanjut.

Baca Juga :  I Nengah Senantara Sebut Pengelolaan Lahan PT Dani Tasha Lestari dan BP Batam Harus Didiskusikan

Sentimen penghindaran risiko investor terlihat jelas di dana ETF BTC, di mana investor telah
menarik modalnya selama berhari-hari. Pada tanggal 1 Mei, ETF ini memiliki total aliran kumulatif sebesar US$11,942 miliar, turun sekitar 10% dari puncak lokalnya sebesar US$12,925 miliar pada minggu lalu.

Analisis Harga Bitcoin dan Peluang Pembelian

Harga Bitcoin anjlok atau diperdagangkan sideways setelah halving, sehingga memicu opini bahwa aktivitas harga BTC bisa menurun seiring dengan berlanjutnya arus keluar ETF. Menurut Fyqieh, pasar Bitcoin kemungkinan akan mengalami jeda dari harga yang lebih tinggi untuk beberapa waktu setelah halving.

Dari sisi analisis teknikal, BTC saat ini berada dalam posisi yang nyaman di bawah EMA 50
hari, sementara tetap di atas EMA 200 hari, memberikan sinyal bearish dalam jangka pendek namun bullish dalam jangka panjang.

Pergerakan harga Bitcoin akan dipengaruhi oleh potensi penembusan dari level resistensi sebesar US$60.365, yang dapat mendorong pembeli menuju EMA 50 hari dan level resistensi US$64.000. Namun, tekanan jual mungkin meningkat di level resistensi US$64.000, karena EMA 50 hari bertemu dengan level resistance.

“Para investor perlu dipertimbangkan data pasar tenaga kerja AS dan data aliran ETF BTC-spot dari Hong Kong dan AS. Sebaliknya, jika BTC turun di bawah level US$55.000, investor dapat memperkuat posisi mereka di level dukungan US$52.884. Dengan RSI 14 Harian saat ini
berada pada 31,71, Bitcoin mungkin mengalami penurunan menuju level US$55.000 sebelum memasuki wilayah oversold,” analisis Fyqieh.

Meskipun pasar kripto telah mengalami koreksi yang signifikan dalam beberapa minggu terakhir, beberapa investor tetap teguh, melihat kondisi saat ini sebagai peluang untuk memasuki ekosistem kripto dengan harga yang lebih terjangkau.

Sentimen secara keseluruhan dalam pasar kripto telah berubah menjadi netral untuk pertama kalinya dalam tiga bulan terakhir, setelah berada dalam wilayah “Greed”. Ini bisa menjadi indikasi bahwa pasar mulai stabil karena tingkat keserakahan pelaku pasar telah menurun.

@mpa

Baca Berita Menarik Lainnya :