Search
Close this search box.

PBSI Percepat Pelatihan Agar Pelatih Cabor Bulu Tangkis Bersertifikat BWF

Dekan Fakultas Keolahragaan (FKOR) UNS Solo, Dr. Sapta Kunta, bersama Ketua Pengurus Cabang PBSI Provinsi Jawa Tengah, Basri Yusuf, menjelaskan program percepatan kepelatihan pelatih Cabor bulu tangkis tingkat Provinsi Jawa Tengah. /visi.news/tok suwarto

Bagikan :

VISI.NEWS | SOLO – Induk organisasi olahraga bulu tangkis Indonesia, PBSI berupaya terus mempertahankan supremasi cabang olahraga tersebut di kancah dunia melalui percepatan pelatihan untuk menghasilkan pelatih dengan sertifikasi federasi bulu tangkis dunia BWF.

Pengurus Cabang (Pengca) PBSI Jawa Tengah (Jateng) bekerjasama dengan Fakultas Keolahragaan (FKOR) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, secara khusus melaksanakan pelatihan bagi 29 orang pelatih bulu tangkis agar bisa mendapatkan sertifikat BWF.

Ketua Pengca PBSI Jateng, Basri Yusuf, di sela pelatihan di Hotel HAP Solo, Selasa (23/11/2021), mengungkapkan kepada wartawan, di Indonesia sudah banyak pelatih bersertifikat BWF. Mereka tersebar di berbagai provinsi, seperti di Lampung, Jambi, Palembang, Kaltim, Batam, DKI Jakarta, Jateng, Jatim dan lain-lain.

“Di Jateng saat hanya ada 2 pelatih bersertifikat BWF. Kita minta ke PBSI pusat untuk mempercepat penambahan pelatih melalui pelatihan.

Di Semarang kita melatih 18 dan berlanjut di Solo 29 orang,” ujar Basri, yang juga mantan atlet bulu tangkis.

Sewaktu Basri Yusuf masih menangani kepelatihan di PBSI pusat, dia mencatat jumlah pelatih bersertifikat BWF yang tersebar di berbagai provinsi sekitar 300an orang.

PBSI pusat, katanya, menerapkan aturan bagi pelatih di daerah yang akan mendapatkan sertifikat BWF dipanggil PBSI pusat untuk mengikuti pelatihan di Jakarta dengan kuota terbatas.

Menanggapi kemampuan pelatih bersertifikat BWF dalam mencetak pebulutangkis yang berkualitas, Basri Yusuf, menegaskan, berkualitas atau tidak seorang atlet.bulutangkis memang sangat tergantung pada kualitas pelatih.

“Namun perlu diingat, peranan pelatih adalah memberikan pembekalan kepada atlet. Dalam pembekalan itu, pelatih yang biasanya berasal dari mantan atlet jangan membawa paradigma masa lalu. Pelatih harus memberi pembekalan dengan latihan secara sistematis dan program yang bisa mengetahui tingkat keberhasilannya, kelemahan yang dilatih dan sebagainya,” jelasnya.

Baca Juga :  Guru SMK di Usir Kadisdik Saat Tegur Merokok Dalam Rapat

Kepelatihan terhadap para pelatih, termasuk yang sudah bersertifikat BWF harus terus di update. Dia khawatir, kalau metoda pelatihan tidak di update para pelatih yang biasanya mantan atlet menggunakan filosofi saat dilatih dan pengalaman latihannya diterapkan kepada anak asuh yang dilatih

“Kalau menggunakan filosofi itu yang terjadi program latihan untuk orang dewasa diberikan kepada anak-anak pemula. Ini akan bisa berakibat fatal yang menimbulkan cedera pada anak-anak. Sehingga pelatih tidak membina yang dilatih tetapi memberi cedera,” tandasnya.

Basri menambahkan, target pelatihan adalah para guru pendidikan jasmani untuk menarik para siswa SD. Setelah pembekalan kepada guru, pelatihan naik ke level 1 yang tingkatannya merupakan para pelatih di daerah dengan target pemain klub dan atlet pemusatan latihan tingkat cabang (Pelatcab) dan sebagainya.

Tahapan berikut adalah level 2, pesertanya para pelatih di tingkat Provinsi Jateng untuk mendapatkan pelatih terbaik, sambil menunggu program pusat membuka pelatihan level 3.

“Pelatihan di daerah sampai level 2 di tingkat provinsi untuk membuat daftar peringkat terbaik yang akan diikutkan dalam program pelatihan level 3 di PBSI pusat,” tuturnya lagi.
Dekan FKOR UNS, Dr. Sapta Kunta, yang mendampingi Basri Yusuf, menyatakan, FKOR mengadakan pelatihan BWF level 1 untuk percepatan dalam menghasilkan pelatih bulutangkis bersertifikat BWF.

Kerjasama FKOR dengan PBSI Jateng tersebut, merupakan tindak lanjut usulan Pengca PBSI Jateng ke pusat untuk menyelenggarakan program pelatihan BWF yang bersifat internasional.

“Alhamdulillah, program tersebut sinkron dengan UNS sebagai PTNBH yang dalam menjalin kerjasama bersifat internasional. Jumlah peserta 29 orang, dengan kriteria sudah aktif melatih dan persyaratan basis sudah memiliki anak asuh yang dilatih. Para peserta adalah mahasiswa yang sejak awal memilih peminatan Cabor bulutangkis dan para dosen luar biasa. Kelas para peserta sebagai pelatih cabor bulutangkis sudah di tingkat intermediate. Namun, meskipun mereka terampil melatih, kalau tidak dilengkapi ilmu kepelatihan yang terkualifikasi, dalam mentransfer materi latihan ke anak didik sering kurang tepat,” jelas Dr. Kunta.@tok

Baca Berita Menarik Lainnya :