Oleh Idat Mustari
SAAT SAYA membaca berita yang ditulis oleh salah satu media siber dengan judul, ‘Seluruh Caleg PKB Kab Bandung Diwajibkan Sahur Pertama di Rumah Warga Miskin’, dan dalam berita itu ditulis, bahwa Ketua DPC PKB Kabupaten Bandung, Dadang Supriatna mewajibkan kepada seluruh calon anggota legislatif dan pengurus PKB Kabupaten Bandung untuk melakukan sahur pertamanya di rumah-rumah warga miskin
Menurut Kang DS yang juga Bupati Bandung itu, dengan melakukan sahur di rumah-rumah warga miskin itu mereka diharapkan memiliki kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi. Apalagi mereka mau menjadi wakil rakyat.
“Bagaimana mau jadi wakil rakyat kalau mereka tak mengerti dan tak peka terhadap berbagai kesulitan rakyatnya. Para calon wakil rakyat itu harus tahu, apakah pada malam perdana sahur Ramadan itu ada warga yang mungkin beras saja tak punya. Atau mungkin punya beras, tapi tak punya lauknya,” tegasnya.
Dijelaskan Kang DS, idealnya sahur bersama warga miskin itu bisa dilakukan berkali-kali, tak harus hanya sahur pertama saja. Termasuk, pada saat buka puasa bersama. Para wakil rakyat harus tahu dan merasakan bagaimana warga-warga miskin itu saat buka puasa.
Ini mengingatkan kisah seorang sahabat Rasululllah saw, Sa`ad bin Abi Waqash adalah seorang sahabat Nabi Saw. Ia termasuk ke dalam golongan al-sabiqun al-awwalun. Berulangkali ikut dalam peperangan bersama Nabi Saw. Bahkan dialah Panglima dalam Perang Qadisiah yang termasyhur itu. Perang yang disebutkan terakhir ini berlangsung pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab.
Satu saat Saad, sehabis peperangan tampak kegirangan setelah berhasil mengalahkan kaum kafir. Rasulullah saw yang melihat itu bertanya kepadanya,”Apa yang menyebabkan dirimu seperti kegirangan?” “Bagaimana aku tidak kegirangan, sebab pedangku telah berhasil mengalahkan mereka.” Jawab Saad dengan menunjukkan raut kebanggaan.
Rasulullah saw pun menegurnya,” Hai Saad, Bukankah kalian memperoleh pertolongan dan mendapatkan kemenangan itu, lantaran karena kehebatan kalian, melainkan jasa orang-orang miskin di antara kalian, yang berdoa untuk kalian agar memperoleh kemenangan.”
Dari kisah itu, tak berlebihan rasanya, jika saja sahur dan atau buka dilakukan di rumah orang miskin, dilandasi oleh ketulusan, keihklasan maka doa para dhu’afa yang akan menjadi penyebab kemenangan. Sungguh sangatlah elok, jika ada orang tetap berendah hati, peduli terhadap masyarakat kecil, meski posisinya sudah berada di atas rata-rata. Terkhusus semoga Kang DS tetap istiqamah membela kaum dhu’afa. Mudah-mudahan nanti di Hadirat Allah mereka tidak mendakwa, lantaran Kang DS telah berhasil membumikan kepemimpinan bersifat populis. Pemimpin populis, laksana cahaya dalam gulita malam.
Wallahu’alam.
- Penulis, pemerhati sosial, kebangsaan dan advokat