Search
Close this search box.

PELUANG: “Sotong Ceu Ita” Produksi Siti Fatimah Tembus hingga Jawa Tengah

Karyawan camilan Sotong Ceu Ita tengah melakukan kegiatan produksi./visi-news.com/ayi kuraesin

Bagikan :

VISI-NEWS.COM – Sosok Siti Fatimah (36), warga Jl. Peta, Kampung Gunungroay, Kelurahan Kahuripan, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya Jawa Barat, adalah satu dari jutaan masyarakat yang bergelut melawan virus pandemik Covid-19 dengan caranya sendiri, yakni mempertahankan perekonomian keluarga dengan mengembangkan usaha camilan.

Kenapa tidak. Saat negeri ini dilanda pandemik yang tak berkesudahan, hingga berdampak pada perubahan tatanan kehidupan, perekonomian. Lantas tidak serta merta Fatimah pasrah.

Tapi sebaliknya, dirinya bertekad melawan pandemik dengan cara tetap bertahan menjalankan dan lebih meningkatkan usahanya, yaitu membuat makanan camilan.

Jenis makanan camilan yang dibuatnya yakni Sotong. Bahan baku yang digunakannya yaitu tepung terigu dan tapioka. Bentuknya silinder panjang dengan ujung meruncing dan digoreng.

Ciri khas sotong Siti Fatimah memiliki label “Sotong Ceu Ita” dengan citra rasa gurih, kenyal, di dalam serta garing renyah di luar. Peminatnya pun tidak hanya anak-anak, tetapi juga dewasa dari berbagai kalangan.

Perjuangan istri Hendriana (41) ini pun ternyata membuahkan hasil, meski sebelumnya pemasaran sotong tersendat akibat diberlakukannya PSBB (pembatasan sosial berskala besar).

Jangkauan penjualannya kini tembus, bukan hanya pasar lokal bahkan luar wilayah pun terpenuhi. Seperti wilayah Jawa Tengah, Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta.

Tak heran untuk memenuhi kebutuhan permintaan pasar, Siti Fatimah membuka cabang pembuatan sotong di wilayah Dusun Cijulang RT 5/RW 2, Desa Cijulang, Kecamatan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

Hingga kini karyawan yang dipekerjakan dalam pembuatan sotong, berjumlah 30 orang dan tersebar di dua tempat.

“Alhamdulillah masih bisa bertahan meski dilanda pandemi Covid-19. Dan kami mampu mempekerjakan masyarakat sampai 30 orang di dua lokasi berbeda,” kata Siti Fatimah kepada VISI-NEWS.COM, Senin (14/12/2020).

Baca Juga :  VISI | Sosok Pahlawan Masa Kini: Menjaga Republik dari Dalam

Dalam satu kali produksi, kata Siti, bahan baku yang diperlukan sebanyak dua hingga tiga kwintal. Dengan hasil produksi mencapai 15.000 hingga 20.000 bungkus sotong siap kirim.

Siti menjelaskan awal pembuatan camilan yang satu ini tahun 2018. Dan pemasarannya selain wilayah lokal juga Bandung dan Jakarta.

“Namun setelah pandemik menjalar. Pengiriman ke luar wilayah dihentikan. Dengan sendirinya omzet turun hingga 50 persen,” katanya mengenang saat Covid-19 mulai merambah Indonesia.

Kini ia merasa bersyukur bisa mempertahankan usahanya di tengah pandemi yang semakin menjadi-jadi.

“Saya bersama suami terus berjuang untuk produksi. Bahkan mempertahankan mereka yang bekerja untuk tidak diliburkan,” pungkasnya. @arn

Baca Berita Menarik Lainnya :