VISI.NEWS | BANDUNG – Pemkab Bandung melalui Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (DiskopUKM) melakukan evaluasi kegiatan inkubasi pengembangan dan pemberdayaan usaha koperasi berpotensi dengan melibatkan 12 koperasi potensial di Kabupaten Bandung.
“Inkubasi koperasi ini adalah kegiatan yang dilaksanakan Dinas Koperasi untuk meningkatkan kapasitas koperasi. Ada 12 peserta (koperasi) dalam kegiatan inkubasi koperasi yang dilaksanakan di Grand Sunshine Resort Soreang pada Rabu kemarin,” kata Bupati Bandung HM Dadang Supriatna melalui Kepala Dinas Koperasi dan UKM H Dindin Syahidin di Soreang, Kamis, (24/11/2022).
Dindin mengatakan kegiatan inkubasi koperasi ini berbeda dengan kegiatan bimtek yang biasa dilakukan karena dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan April, Mei dan Juni 2022.
“Selama tiga bulan itu, kita bekerjasama dengan salah satu lembaga melakukan identifikasi terhadap persoalan dan potensi yang ada di 12 koperasi tersebut,” ujarnya.
Ia mengakatakan, para peserta itu melaksanakan tatap muka di dalam kelas sebanyak empat kali dalam tiga bulan tersebut. “Kebanyakan, mereka (peserta/koperasi) dicek oleh tim ke lapangan dan perkembangannya dimonitor. Yang paling membanggakan dari 12 koperasi ini telah terjalin kerjasama antar koperasi yang butuh dana atau modal didukung oleh koperasi lainnya, yang masuk pada 12 koperasi tersebut,” tambahnya.
Dindin mengungkapkan melalui kegiatan inkubasi koperasi ini akan timbul inovasi-inovasi dalam pengembangan usaha di koperasi tersebut. “Misalnya, ada salah satu koperasi bekerjasama dengan koperasi lainnya dengan cara menyiapkan modal untuk pengembangan usaha koperasi. Kemudian kerjasama antar koperasi dalam hal pengembangan kawasan wisata yang dikelola koperasi. Itu salah satu contoh, dan ada tujuh koperasi yang terlibat dalam kerjasama. Nilai kerjasama sebesar Rp 3,48 miliar. Selain suport anggaran, juga pengadaan bibit dan lain sebagainya,” tuturnya.
Satu hal, kata Dindin, apabila dikaitkan dengan kondisi ekonomi masyarakat, dan Bupati Bandung Dadang Supriatna sering menyampaikan, bahwa ada dukungan dari APBD yang berkaitan dengan inflasi.
“Nah ini, kegiatan yang kita laksanakan insya Allah berkontribusi terhadap penanganan inflasi daerah. Karena dengan kerjasama antar koperasi akan memangkas rantai pasok pemasaran produk,” ujarnya.
Dindin mengungkapkan, 12 koperasi yang dilibatkan dalam kepesertaan kegiatan inkubasi itu adalah koperasi yang sehat dan baik. “Mereka minimal dua tahun berturut-turut melaksanakan kegiatan RAT (rapat anggota tahunan). Dan itu diseleksi oleh tim, penempatannya juga seluruhnya kita serahkan kepada tim, mana yang terpilih,” katanya.
Dindin menjelaskan kegiatan tersebut tentunya memberikan suport terhadap program-program Bupati Bandung. “Terutama yang berkaitan dengan penanganan inflasi, juga termasuk program prioritas. Selama ini, Pemerintah Kabupaten Bandung, khususnya dari Dinas Koperasi UKM bertangungjawab terhadap hal berkaitan dengan dana bergulir, ternyata memang juga koperasi-koperasi itu sudah berperan dalam memberikan ruang kepada masyarakat untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi,” ujarnya.
Dindin menyebutkan, ke 12 koperasi itu kebanyakan koperasi produsen. “Mereka koperasi yang kebanyakan melakukan kegiatan usaha, misalnya pertanian seperti yang dilaksanakan koperasi Tricipta dalam pertanian bawang, dan koperasi lainnya yang mengelola pertanian palawija, banyak sekali produknya, kemudian timbul inovasi-inovasi di koperasi, misalnya di koperasi Tricipta, salah satu koperasi yang dibina oleh Bank Indonesia yang berkaitan dengan penanganan inflasi.
Jadi banyak dari luar kota yang datang ke sana (Tricipta). Nah, ini juga jadi inovasi, bagaimana kedatangan dari luar kota memberikan kontribusi terhadap koperasi,” katanya.
Menurutnya, melalui kegiatan inkubasi koperasi itu yang paling penting adalah terjalin kerjasama. Karena selama ini, yang kita tangkap, antara satu koperasi dengan koperasi lain itu, mereka seperti kompetitor. “Tetapi dengan proses kegiatan inkubasi koperasi, yang diselenggarakan oleh bidang kelembagaan dan pemberdayaan koperasi ini, justru menjadi potensi mendatangkan penghasilan untuk koperasi. Itu yang penting,
Kenapa baru ditangani 12 koperasi karena keterkaitan ketersediaan anggaran tapi di luar itu, kita juga melaksanakan bimtek yang disesuaikan dengan kebutuhan koperasi,” tuturnya.
Ia juga menyatakan, ke 12 koperasi itu sepakat untuk menjaga komitmen kebersamaan. “Kami juga menyarankan agar memperluas, bekal ilmu mereka dibawa ke koperasi lain yang tidak ikut. Karena mereka sekarang bisa membaca potensi diri untuk mengembangkan dan bekerjasama dengan koperasi yang lain,” ujarnya.
Disebutkan, di Kabupaten Bandung dari 1.746 koperasi, yang aktif sebanyak 919 koperasi dan sisanya 827 tidak aktif. Yang tidak aktif dan kurang aktif ini, katanya, tentunya menjadi tantangan bagi Dinas Koperasi UKM untuk menyelesaikan persoalan-persoalan. “Yang tidak aktif, bisa jadi karena keanggotaannya yang pasif,” pungkasnya.@gustav