VISI.NEWS | BANDUNG – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung terus berupaya mengatasi masalah sampah yang menggunung di berbagai titik kota. Pada Kamis (20/11/2025), penanganan masif dilakukan di Eks Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Dago, di mana tumpukan sampah yang telah menumpuk sejak September lalu mencapai volume sekitar 150 meter kubik. Penanganan intensif ini dilakukan untuk mengurangi penumpukan yang telah berlangsung selama hampir dua bulan.
Koordinator Wilayah Cibeunying, Bowo Bagus, menjelaskan bahwa Pemkot Bandung telah mengerahkan armada secara maksimal untuk menyelesaikan masalah sampah di lokasi tersebut. “Target kami hari ini selesai. Kami kerahkan total 8 unit armada, terdiri dari 3 truk tronton berkapasitas 25 meter kubik dan 5 unit armada berkapasitas 12 meter kubik,” ujar Bowo.
Bowo menambahkan, tumpukan sampah yang terlihat bukanlah masalah yang terjadi dalam semalam, melainkan akumulasi dari pengangkutan sampah yang terhambat selama dua bulan terakhir. “Setiap hari sebenarnya ada pengangkutan, tapi karena tonase armada dikurangi, akhirnya terjadi penumpukan hingga sebesar ini,” jelasnya.
Sejak pagi, armada-armada tersebut terlihat hilir-mudik membawa sampah yang telah menumpuk membentuk gunungan tinggi di lahan TPS (Tempat Pembuangan Sementara). Bowo menegaskan, pihaknya mengerahkan seluruh kekuatan untuk memastikan sampah di lokasi tersebut dapat diangkut dan ditangani pada hari itu juga.
“Semua kekuatan kita keluarkan. Mobil bergerak terus, bergantian, supaya tumpukan bisa habis hari ini,” tambah Bowo. Proses pengangkutan sampah dilakukan secara bergiliran agar bisa mengatasi penumpukan yang cukup besar dalam waktu sesingkat mungkin.
Namun, Bowo menegaskan bahwa penyelesaian masalah sampah tidak dapat dilakukan hanya dengan upaya pemerintah saja. Keterlibatan masyarakat sangat diperlukan untuk mencegah penumpukan sampah lebih lanjut, terutama mengingat Kota Bandung tidak memiliki TPA sendiri dan sangat bergantung pada TPA milik provinsi yang kini sudah overload.
“Jika sampah tidak dipilah dengan baik, semuanya akan menumpuk di TPA. Sampah organik, anorganik, dan residu semuanya dicampur, sehingga TPA cepat penuh dan menyebabkan penumpukan seperti ini,” ungkap Bowo. Oleh karena itu, Bowo kembali mengajak warga Bandung untuk aktif dalam pemilahan sampah sejak dari rumah.
Sampah organik, kata Bowo, dapat diproses menjadi kompos, sementara sampah anorganik dapat disetorkan ke bank sampah. Sampah residu, yang tidak bisa didaur ulang, harus dibuang sesuai jadwal pengangkutan ke TPS. “Pemilahan dari rumah oleh warga itu kunci. Lalu, buang residu sesuai jadwal pengangkutan. Dengan begitu, penumpukan bisa kita cegah,” tutupnya.
Dengan adanya upaya pengangkutan massal dan keterlibatan aktif masyarakat dalam pemilahan sampah, diharapkan permasalahan sampah di Kota Bandung dapat teratasi dengan lebih efektif dan tidak terjadi penumpukan serupa di masa depan.
@uli












