Pesan Antirasis dalam Islam Sejak 14 Abad Lalu (2)

Editor Ilustrasi muslim./pexels/by rm/via viva
Silahkan bagikan

VISI.NEWS – Seperti halnya gerakan revolusioner lain, Islam awalnya menghadapi perlawanan sengit dari banyak elite.

Suku Quraisy, misalnya, yang mengendalikan perdagangan di Mekah – bisnis yang sangat menguntungkan bagi mereka, tidak mau melepas gaya hidup nyaman yang mereka bangun di atas punggung orang lain, terutama budak yang mereka bawa dari Afrika.

Pesan Nabi tentang egalitarianisme cenderung menarik bagi “orang-orang yang tidak diinginkan” – orang-orang dari masyarakat pinggiran.

Umat Islam awal mencakup pemuda-pemuda dari suku yang kurang berpengaruh yang ingin lepas dari stigma dan budak-budak yang dijanjikan pembebasan dengan memeluk Islam.

Perempuan, yang dinyatakan setara dengan laki-laki di Alquran, juga menganggap pesan Muhammad sangat menarik. Namun, potensi kesetaraan gender dalam Islam kemudian akan dikompromikan oleh kebangkitan masyarakat patriarki.

Pada saat Nabi Muhammad wafat pada 632 H, Islam telah membawa transformasi mendasar bagi masyarakat Arab, meski tidak pernah sepenuhnya menghapus hirarki kesukuan di wilayah ini.

Lepas dari derita

Pada awalnya, Islam juga menjadi daya tarik bagi orang non-Arab, orang luar yang tidak punya banyak pengaruh dalam masyarakat tradisional Arab.

Ini termasuk Salman al-Farisi yang melakukan perjalanan ke semenanjung Arab untuk mencari kebenaran religius, Shuhaib ar-Rumi seorang pedagang, dan seorang budak dari Ethiopia yang bernama Bilal.

Ketiganya menjadi terkenal dalam Islam selama masa hidup Muhammad. Kekayaan Bilal yang jauh membaik menggambarkan bagaimana egalitarianisme yang diberitakan oleh Islam mengubah masyarakat Arab.

Sebagai seorang hamba yang diperbudak seorang aristokrat Mekah bernama Umayya, Bilal dianiaya oleh pemiliknya karena memeluk agama baru.

Umayya meletakkan batu di dada Bilal, mencoba mencekiknya sampai ia bersedia meninggalkan Islam.

Tergerak oleh penderitaan Bilal, teman Muhammad sekaligus orang kepercayaannya Abu Bakar yang akan memimpin masyarakat Muslim setelah kematian Nabi, membebaskannya.

Baca Juga :  Hasil Swab Positif Covid-19, Lurah Petamburan Gagal Dimintai Keterangan

Bilal sangat dekat dengan Muhammad. Pada 622, Nabi menunjuknya sebagai orang pertama yang mengumandangkan azan sebagai pengakuan atas suaranya yang kuat dan indah dan kesalehannya.

Bilal kemudian menikahi seorang perempuan Arab dari suku yang terhormat, sesuatu yang tidak terpikirkan oleh orang Afrika yang diperbudak pada periode pra-Islam.

Black lives matter

Bagi banyak orang Muslim modern, Bilal adalah simbol pesan egaliter Islam, yang dalam penerapan idealnya mengakui tidak ada perbedaan di antara manusia atas dasar etnis atau ras, tapi lebih mengutamakan integritas pribadi.

Salah satu surat kabar milik orang Muslim kulit hitam terkemuka di Amerika Serikat, yang diterbitkan antara tahun 1975 dan 1981, dinamai The Bilalian News.

Baru-baru ini Yasir Qadhi, Dekan Islamic Seminary of America, di Texas, mengatakan bahwa Muslim Amerika – kelompok yang akrab dengan diskriminasi – “harus memerangi rasisme, apakah itu dengan pendidikan atau dengan cara lain.”

Banyak Muslim di AS mengambil tindakan, mendukung gerakan Black Lives Matter, dan memprotes kebrutalan polisi dan rasisme sistemis.

Tindakan mereka mencerminkan pesan egaliter revolusioner – dan masih belum terwujud – yang ditetapkan Nabi Muhammad lebih dari 1.400 tahun yang lalu sebagai landasan iman Islam.

Tindakan mereka mencerminkan pesan egaliter revolusioner – dan masih belum terwujud – yang ditetapkan Nabi Muhammad lebih dari 1.400 tahun yang lalu sebagai landasan iman Islam. (habis/Asma Afsaruddin, Professor of Islamic Studies and former Chairperson, Department of Middle Eastern Languages and Cultures, Indiana University). Sumber asli artikel ini dari The Conversation/Sumber situs: Voxpop Indonesia. @fen

Fendy Sy Citrawarga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Pasir Gowong Akan Dijadikan Tempat Paralayang Bertarap Internasional

Sab Jul 18 , 2020
Silahkan bagikanVISI.NEWS – Pasir Gowong yang terletak di Desa Nanggewer, Kecamatan Pageurageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, direncanakan menjadi tempat olahraga paralayang tarap internasional. Demikian dikatakan Endang Sunarli Kepala Desa Nanggewer pada VISI.NEWS di ruang kerjanya, Kamis (17/7). Disebutkan, rencana pembangunan objek wisata dan sarana olah raga tersebut terungkap hasil dari […]