VISI.NEWS | BUKITTINGGI – Menjadi seorang petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dalam pesta demokrasi yang digelar 14 Februari 2024 lalu bukanlah suatu hal yang mudah. Mulai dari waktu kerja yang banyak menguras tenaga dan fikiran sampai kepercayaan masyarakat yang harus dipegang teguh hingga selesai perhitungan suara.
Berkurangnya waktu istirahat bagi Petugas KPPS tentunya tidak dapat dihindarkan yang mengakibatkan rentan terkena penyakit. BPJS Kesehatan sebagai badan penyelenggara jaminan kesehatan nasional hadir dalam memberikan kepastian perlindungan kesehatan bagi setiap petugas yang terlibat dalam Pemilu ini.
Salah seorang petugas KPPS dari Kelurahan Kubu Gulai Bancah, Dewi Lusdia Safitri (37) mengatakan, bahwa selama menjalani tugasnya sebagai petugas KPPS. Dia tidak perlu risau lagi perihal kesehatannya karena selama ini dirinya sudah tergabung menjadi Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
“Sebagai petugas KPPS, jatuh sakit akibat bekerja tentu hal yang paling kami takutkan. Karena ketika kami jatuh sakit, kami juga khawatir akan membebani petugas yang lainnya juga karena sistemnya kerjasama. Maka dari itu selama pelatihan kami diberitahukan untuk terdaftar sebagai peserta aktif BPJS Kesehatan,” kata Dewi.
Sebelum menjalani tugasnya sebagai Petugas KPPS, Dewi juga diminta untuk melakukan skrinning riwayat kesehatan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU RI). “Melalui link website dari BPJS Kesehatan mengenai skrinning riwayat kesehatan, kami petugas KPPS dapat mengetahui riwayat kesehatan kami dengan menjawab beberapa kuisioner yang disediakan.”
“Alhamdulillah untuk saya sendiri tidak ada riwayat penyakit kronis seperti diabetes melitus, hipertensi, gagal ginjal maupun jantung koroner,” ucapnya.
Meskipun demikian, Dewi tergolong sering dalam memanfaatkan skrining riwayat kesehatan ini. Ia sebut bahwa dirinya dan keluarga rutin sekali setahun melakukan skrinning untuk menghindari potensi riwayat penyakit kronis sedini mungkin. Di tengah percakapan dengan Jamkesnews yang juga menceritakan bagaimana selama ini dirinya memanfaatkan program JKN ketika jatuh sakit.
“Saya sudah sejak 2014 lalu menjadi Peserta JKN segmen penerima bantuan iuran (PBI-JK). Selam itu saya sudah banyak mendapatkan manfaat dari Program JKN. Apalagi selain menjadi petugas KPPS keseharian saya juga adalah seorang pedagang UMKM dan harus bangun dari sebelum subuh untuk memasak makanan yang akan saya perjualbelikan. Tentunya penyakit seperti demam dan flu sangat mudah terkena pada diri saya,” jelasnya.
Dewi juga membagikan beberapa pengalamannya yang sudah pernah dia dapati selama menjadi peserta JKN. Menurutnya pelayanan yang diberikan terhadap dirinya sangat baik dan banyak memberikan manfaat nyata.
“Beberapa hari menjelang Pemilu saya terkena demam dan beruntungnya faskes tempat saya terdaftar tidak jauh dari rumah. Selama menjalani perawatan ini tentunya saya memanfaatkan kepesertaan JKN saya, alhamdulillah saya diperiksa oleh dokter dan diberikan obat,” ungkapnya.
Dewi juga mengungkapkan mengenai alur pelayanan yang diterimanya selama berobat di faskes tergolong cukup cepat dan mudah. Dia menceritakan bahwa dirinya hanya perlu membawa KTP tanpa diminta berkas fotocop yang lainnya.
“Saya sudah merasakan langsung bagaimana alur pelayanan yang saya terima di Puskesmas Gulai Bancah tempat saya dan keluarga terdaftar. Menurut saya pelayanan sangat mudah dan tidak ada perbedaan dengan pasien umum lainnya. Selama ini saya tidak pernah diperlakukan berbeda seperti info miring yang pernah saya dengar di masyarakat, tentu itu tidak benar,” jelasnya.
Sebagai Peserta JKN yang sudah memanfaatkan beragam pelayanan dari Program JKN, Dewi juga aktif dalam berbagi info terbaru yang dia dapati mengenai JKN kepada tetangganya. Menurutnya dengan berbagi seputar informasi program JKN, masyarakat jadi lebih aware dengan kesehatannya sendiri.
“Tidak ada salahnya menjadi bagian dari Program JKN. Yang salah itu ketika sakit kita tidak jadi Peserta JKN dan pastinya akan pusing dalam memikirkan biaya perawatan di fasilitas kesehatan. Hal ini tentu sangat kita hindari. Saya sangat berharap Program JKN akan selalu ada untuk kami masyarakat Indonesia,” harap Dewi Lusdia Safitri menutup.
@warman