VISI.NEWS | BANDUNG – Pemilihan presiden (pilpres) 2024 mendatang diprediksi akan berlangsung sengit dan menarik. Tiga pasangan calon presiden (capres) dan wakil presiden (cawapres) yang bertarung adalah Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Masing-masing pasangan memiliki basis pemilih dan kekuatan yang berbeda-beda.
Menurut hasil survei terbaru dari Indikator Politik Indonesia, Prabowo-Gibran unggul dengan elektabilitas 46,9 persen, disusul oleh Anies-Muhaimin dengan 23,2 persen, dan Ganjar-Mahfud dengan 22,2 persen. Namun, jika pilpres berlangsung dua putaran, Prabowo-Gibran akan mendapat tantangan serius dari Ganjar-Mahfud, yang diprediksi bisa mengalahkan Anies-Muhaimin di putaran pertama.
Para pakar politik berpendapat bahwa Prabowo-Gibran memiliki keunggulan karena didukung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan partai-partai besar antara lain Gerindra, Golkar, Demokrat, PAN, Gelora, Garuda, dan PBB. Prabowo juga memiliki pengalaman dan loyalis yang kuat, sementara Gibran memiliki popularitas dan karisma sebagai putra presiden.
Sementara itu, Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud memiliki potensi kemenangan yang sama kuat, karena mewakili dua kelompok besar, yaitu nasionalis dan religius. Anies-Muhaimin didukung oleh Nasdem, PKS, PKB dan Partai Umat , serta memiliki basis pemilih yang solid di kalangan Islam konservatif. Ganjar-Mahfud didukung oleh PDIP, PPP, Perindo, dan Hanura, serta memiliki basis pemilih yang luas di kalangan Islam moderat dan nasionalis.
Salah satu cara untuk mengalahkan Prabowo-Gibran, menurut pendiri KedaiKOPI Hendri Satrio, adalah dengan penggabungan kekuatan antara Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud. Dia mengatakan bahwa publik harus menarik garis tegas antara penguasa dan bukan penguasa dalam Pilpres 2024. Prabowo-Gibran dianggap sebagai penguasa yang ingin terus berkuasa, sedangkan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud dianggap sebagai bukan penguasa yang ingin mengubah keadaan.
“Kalau tidak ada garis tegas, sulit sekali terjadi kemenangan bagi demokrasi,” kata Hendri.
Dia mengakui bahwa persenyawaan antara Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud itu pragmatis, namun dia mengatakan bahwa itu adalah satu-satunya cara untuk mencegah dominasi dinasti Jokowi di pemerintahan.
Sinyal kolaborasi antara Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud muncul ketika Anies dan Puan Maharani, putri Megawati Soekarnoputri dan Ketua DPP PDIP, bersalaman dan tersenyum usai debat ketiga pada Minggu malam lalu (7 Jan). Ganjar juga membuka peluang kolaborasi dengan Anies jika pilpres harus berjalan dua putaran.
Namun, tidak semua pakar setuju dengan prediksi tersebut. Pengamat politik Ujang Komarudin mengatakan bahwa Prabowo-Gibran tetap akan menang meskipun Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud bersatu. Dia mengatakan bahwa Prabowo-Gibran memiliki kekuatan mesin politik dan sumber daya yang lebih besar daripada dua pasangan lainnya. Dia juga mengatakan bahwa Prabowo-Gibran lebih mampu menarik suara dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk pemilih Anies dan Ganjar.
“Prabowo juga unggul signifikan atas Anies, 53,3 persen vs 30,5 persen,” kata Ujang. Dia menambahkan bahwa Prabowo juga bisa mengalahkan Ganjar dengan selisih tipis, 49,9 persen vs 45,1 persen.
Dengan demikian, pilpres 2024 masih terbuka untuk berbagai kemungkinan. Tiga pasangan capres-cawapres memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, serta tantangan dan peluang yang berbeda-beda. Publik diharapkan dapat memilih dengan bijak dan rasional, serta mengawasi jalannya pilpres agar berlangsung jujur, adil, dan demokratis.
@mpa