Ponpes Takmirul Islam Kota Solo Panen Melon dari Urban Farming

Editor Sejumlah santri Ponpes Takmirul Islam Surakarta, memanen melon yang dibudidayakan dengan sistem green house di lahan kawasan ponpes di Kota Solo. /visi.news/tok suwarto
Silahkan bagikan

VISI.NEWS | SOLO – Program Infratani atau integrated farming with technology and information yang diluncurkan Gubernur Bank Indonesia, pada Februari 2022 silam, di wilayah Surakarta atau Soloraya berhasil diimplementasikan dalam budidaya tanaman melon di 5 pondok pesantren (Ponpes), yakni Ponpes Takmirul Islam Surakarta, Ponpes Darul Quran Sragen, Ponpes Kyai Ageng Selo Klaten, Ponpes Darul Hasan Sukoharjo dan Ponpes Ar Ruqoyah Wonogiri.

Ke-5 ponpes yang mengembangkan budidaya melon dengan sistem green house, yang diinisiasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Solo bekerjasama dengan Himpunan Ekonomi dan Bisnis Pesantren (Hebitren) tersebut, Senin (6/6/2022), mulai melakukan panen perdana di Ponpes Takmirul Islam Surakarta.

Kepala KPw BI Solo, Nugroho Joko Prastowo, seusai panen perdana yang dihadiri Wakil Wali Kota Solo, Teguh Prakosa, pimpinan Ponpes Takmirul Islam, KH. Muhammad Halim dan Ketua DPP Hebitren Indonesia, KH. Hasib Wahab Hasbullah, menjelaskan,  pengembangan budidaya melon dengan teknologi green house di Ponpes Takmirul Islam mengusung konsep urban farming yang diharapkan menjadi percontohan optimalisasi pemanfaatan lahan perkotaan.

“Bank Indonesia mendorong ponpes Takmirul Islam mengembangkan pertanian modern di lingkungan pondok pesantren di dalam kota. Melalui program sosial Bank Indonesia berupa pembangunan green house dan sarana prasarana mesin dan sistem aplikasi pendukungnya, ponpes menerapkan konsep urban farming di lahan yang terbatas.

Konsep urban farming dan budidaya pertanian di tanah wakaf dengan pemanfaatan teknologi modern, diharapkan ponpes mampu mendukung kemandiran ekonomi dan dapat direplikasi ponpes lainnya,” katanya.

Nugroho mengungkapkan, sebelum panen perdana di ponpes Takmirul Islam, pada 24 Mei 2022 tanaman melon di Ponpes Kyai Ageng Selo,  Kabupaten Klaten telah dipanen. Hasilnya, dalam 72 hari setelah tanam (HST) di lahan seluas 500 meter persegi dengan 1000 batang tanaman, diperoleh hasil 1 ton.

Baca Juga :  Anna Sungkar Angkat Harga Diri Perempuan Melalui Pameran 20 Perupa Bertema "Harkat"

Sedangkan 1000 batang melon varietas Inthanon yang ditanam dengan teknologi green house di lahan 500 meter persegi di ponpes Takmirul Islam, pada umur tanaman 70 HST sudah menunjukkan ciri masak panen optimal.

Pada bagian lain, Kepala KPw BI Solo, mengemukakan, BI menyertakan pesantren sebagai salah satu pilar cetak biru pengembangan ekonomi dan keuangan syariah, yaitu penguatan ekonomi syariah dalam program peningkatan kelembagaan, salah satunya melalui kemandirian ekonomi pesantren.

Nugroho menyebutkan tiga prasyarat kemajuan bisnis ekonomi dan keuangan pesantren dengan pendekatan manajemen ekonomi dan bisnis modern, di antaranya keuletan dan daya tahan, memperkuat jejaring melalui Hebitren, serta memperkuat pengetahuan dan pemberdayaan ekonomi pesantren melalui ekosistem rantai nilai halal atau Halal Value Chain (HVC).

“Pengembangan ekosistem rantai nilai halal, difokuskan pada 5 sektor prioritas, yaitu pertanian terintegrasi,
halal food, halal fashion, energi baru dan terbarukan, serta pariwisata ramah muslim,” jelasnya.@tok

M Purnama Alam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

DPR Minta Menag Seriusi Program Moderasi Beragama

Sen Jun 6 , 2022
Silahkan bagikanVISI.NEWS | JAKARTA – Anggota Komisi VIII DPR RI Endang Maria Astuti meminta Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas untuk menseriusi pelaksanaan program moderasi beragama, yang menjadi program prioritas Kementerian Agama sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo. Program moderasi beragama ini penting untuk membentengi umat dari paham ekstrem yang […]