VISI.NEWS | BANDUNG – Para perajin tahu di Cibuntu, Kota Bandung, mengalami kesulitan akibat langkanya gas LPG 3 kg. Kelangkaan ini memaksa sebagian perajin berhenti sementara dari produksi, sementara yang lainnya tetap memproduksi tahu meski harus menanggung kerugian besar dengan beralih ke gas LPG 12 kg atau kayu bakar.
“Sekarang ada yang libur dulu, ada yang produksi tapi ya merugi. Merugi karena kita pakai 12 kg dan ada juga yang mensiasati pakai kayu bakar,” kata Muhamad Zamaludin, Ketua Paguyuban Tahu Tempe Jawa Barat, Selasa (4/2/2025).
Menurut Zamaludin, kebutuhan bahan bakar untuk satu tempat produksi biasanya mencapai 30 tabung LPG 3 kg per hari. Karena kesulitan mendapat gas tersebut, mereka kini harus menghabiskan sekitar 7 tabung gas LPG 12 kg, yang menyebabkan kenaikan biaya produksi hingga Rp 500-700 ribu per hari.
“Sehari itu perajin rata-rata puluhan, saya 35 tabung yang 3 kg dan ini pakai 12 kg jadi 7 tabung per hari. Kalau pakai 12 kg rugi Rp 500-700 ribu, kalau kita gak produksi ya pelanggan bisa kabur,” ujarnya.
Meski kayu bakar dapat menjadi alternatif lebih murah, proses memasak menjadi lebih lama, lebih berat, serta menimbulkan residu dan asap yang mencemari tempat produksi.
“Pakai kayu bakar sebenarnya lebih murah tapi yang jadi masalah tempat produksi jadi kotor, tungkunya jadi hitam terus kayu bakarnya agak susah juga,” kata Zamaludin.
Krisis ini telah berlangsung selama beberapa hari terakhir, membuat para perajin berharap adanya solusi dari pemerintah untuk mengatasi gangguan distribusi gas. Jika kondisi terus berlanjut, mereka khawatir terpaksa menaikkan harga jual tahu.
“Dampak untuk harga sementara belum ada, kita belum menaikkan harga. Tapi kalau begini terus ya terpaksa kita naikkan harga. Harapannya pemerintah buat kebijakan itu dengan solusinya. Jangankan kami, rumah tangga saja sudah kena dampaknya,” ujar Zamaludin dengan nada prihatin. @ffr