VISI.NEWS | JATIM – Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim KH Moh Hasan Mutawakkil Alallah bersyukur karena bisa berjumpa kembali dengan bulan suci Ramadan 1443 Hijriah. Kondisi dan suasana bulan puasa tahun ini pun terasa lebih leluasa dibanding bulan Ramadan pada dua tahun sebelumnya sejak terjadi pandemi Covid-19.
Menurutnya, bulan Ramadan adalah kesempatan emas untuk memperbaiki kualitas keimanan dan ketakwaan kita. Ini juga momentum paling istimewa memohon ampun atas semua dosa dan kesalahan yang pernah kita lakukan.
āKita ingat sabda Rasululullah saw. yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim: Barangsiapa yang berpuasa Ramadan karena penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah SWT, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu,ā ujarnya kepada wartawan, dilansir dari laman resresmi MUI pusat.
Bekal pertama dan utama yang harus diperhatikan adalah niat atau komitmen yang kuat. Kaia Mutawakkil mengajak untuk memantapkan dalam hati, agar bulan Ramadan pada tahun ini menjadi salah satu bulan Ramadan terbaik selama hidup.
Kiai Mutawakkil juga mengajak setiap muslim harus berikhtiar sekuat tenaga dengan menjalankan perintah puasa wajib, menjalankan sunnah-sunnahnya, memperbanyak ibadah kepada Allah SWT serta terus meningkatkan kepedulian kepada sesama. Maka, Ramadan bukan saja sebagai bulan spiritual, namun sekaligus bulan sosial.
Dalam konteks ini, sebagai hamba Allah yang mendapat perintah utama untuk selalu beribadah kepada Allah SWT, semuanya perlu diiringi dengan beberapa ikhtiar agar ibadah tidak sia-sia.
Jangan sampai bersemangat ibadah, namun akhirnya sia-sia karena tidak diterima oleh Allah SWT. Bagaimana caranya? Pertama, terus meningkatkan ilmu. Dengan ilmu, pastikan salat kita benar, ibadah benar, muamalah benar, sehingga sah dan sesuai dengan syariat.
Kedua, harus terus membersihkan hati dengan menghilangkan dengki, dendam, hilangkan riyaā dan kesombongan. Kemudian terus berusaha agar jangan mengumpat, mencaci dan menghina orang lain. Sebab itu semua bisa menjadi penyebab amal dan pahala kita dihapus oleh Allah SWT.
“Satu hal saja, hasud atau dengki itu bisa membakar kebaikan seseorang seperti api yang membakar kayu bakar,” imbuhnya.
Rasulullah saw. bersabda: āIyyakum wal hasada fainnal-hasada yak-kulul hasanaati kamaa takkulunnaarul hathoba.ā Jauhilah sifat dengki karena sesungguhnya dengki itu bisa merusak amal kebaikan, seperti halnya api memakan kayu. (HR Abu Dawud).
Ketiga, kita juga harus berusaha sekuat tenaga supaya makanan kita halal, minuman, rezeki dan pakaian yang kita pakai untuk beribadah juga halal. Kalau ketiganya sudah dilakukan dan ditambah dengan ikhlas semata-mata karena Allah SWT, maka ada harapan besar amal diterima oleh Allah SWT.
Allah SWT berfirman: āWa maa umiruu illaa liyaābudullaaha mukhlishina lahud diin.ā Tidaklah manusia diperintah kecuali beribadah kepada Allah SWT dengan setulus-tulusnya, dengan seikhlas-ikhlasnya tanpa ada udang di balik batu, tanpa tendensi apa-apa, kecuali semata-mata mengharap ridha Allah SWT.
Keempat, memperbanyak istigfar. Kalau semua sudah dilakukan, maka selanjutnya adalah menjaga agar pahala itu tidak terhapus. Antara lain, barangkali kita pernah berbuat salah kepada Allah atau kepada manusia, marilah perbanyak beristigfar kepada Allah SWT.
Rasulullah saw. bersabda: āTuuba liman wajada fi shahiifatihi istighfaaran.ā Beruntung sekali orang yang dalam catatan amalnya mendapatkan banyak istigfar kepada Allah SWT.
Rasulullah saw. juga bersabda: āTuuba liman syaghalahu āaibuhu āan āuyuubin nass.ā Beruntung sekali orang yang sibuk dengan aibnya sendiri daripada mengevaluasi aib orang lain.
“Semoga Allah SWT menuntun dan membimbing kita ke jalan yang benar, mampu meningkatkan iman dan takwa, kemudian akhirnya mendapat rida dari Allah SWT.” pungkasnya. @fen