VISI.NEWS | BANDUNG – Salah satu dari keistimewaan dan keutamaan bulan Ramadhan adalah adanya malam Lailatul Qadar. Malam yang disifati Al-Qur’an dengan malam yang lebih baik dari 1.000 bulan.
Malam penuh rahmat dan berkah dengan banyaknya malaikat yang turun. Malam yang seluruhnya adalah keselamatan, kesejahteraan, kebaikan, dan keberkahan dari permulaan malam sampai berakhirnya malam.
Namun demikian tidak ada yang tahu secara persis kapan malam tersebut, semisal pendapat mayoritas ulama mazhab Syafi’i bahwa malam Lailatul Qadar jatuh pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan, lebih-lebih pada malam-malam ganjil tanpa menentukan kapan tepatnya.
Lantas apakah Nabi Muhammad saw juga tidak mengetahui kapan malam Lailatul Qadar itu? Terkait dengan persisnya malam Lailatul Qadar apakah Nabi Muhammad saw mengetahuinya atau tidak, ulama berbeda. Sebagian mengatakan Nabi saw mengetahui kapan malam Lailatul Qadar, sebagian lain mengetakan tidak.
Syekh Sayyid Abdullah bin Muhammad bin As-Shiddiq Al-Ghumari (wafat 1992 M), ulama hadits kenamaan asal Maroko, dalam salah satu kitabnya Ghayatul Ihsan fi Fadhli Zakatil Fitri wa Fadhli Ramadhan mentarjih bahwa pendapat yang shahih adalah Nabi saw mengetahui kapan tepatnya malam Lailatul Qadar. Yang menjadi hujah beliau soal ini adalah dua hal sebagai berikut.
Pertama, pendapat yang Imam Al-Bukhari nukil dalam Shahihnya dari Sufyan bin Uyainah tentang firman Allah surat Al-Qard ayat 2, ia berkata:
كل شيء من القرآن وما أدراك فقد أخبره به وكل شيء فيه: وما يدريك، فلم يخبره به أ هـ
Artinya, ” Setiap ayat dalam Al-Qur’an dengan redaksi (وَمَا أَدْرَاكَ) berarti bahwa Allah swt telah memberitahukannya kepada Nabi saw. Berbeda dengan setiap ayat Al-Qur’an dengan redaksi (وَمَا يُدْرِيكَ) berarti bahwa Allah tidak memberitahukannya kepada Nabi Muhammad saw.”
Kedua, hadits yang diriwayatkan Imam At-Thabrani dalam kitanya Al-Kabir dengan sanad yang hasan dari sahabat Abdullah bin Unais pernah bertanya kepada Nabi saw:
يا رسول الله أخبرني أي ليلة تبتغي فيها ليلة القد؟ فقال: لولا أن تترك الناس الصلاة إلا تلك الليلة لأخبرتك
Artinya, “Wahai Rasulullah, kabarkan kepadaku kapan malam Lailatul Qadar itu? Nabi saw kemudian bersabda:”Jika saja manusia tidak meninggalkan ibadah shalat malam kecuali di hari itu, maka aku akan memberitahumu.” Setelah menyebutkan kedua dalil di atas kemudian Sayyid Abdullah menyatakan:
ففي هذا دليل على أنه أعلمها بعد أن نسيها ولم يؤذن له في تعيينها لئلا يتكل الناس ويتركوا العبادة طوال السنة اعتماداً على أن ليلة القدر تكفر كل الذنوب
Artinya, “Penjelasan ini merupakan dalil bahwa Nabi Muhammad saw mengetahui tepatnya malam Lailatul Qadar setelah melupakannya, dan Nabi saw tidak diizinkan untuk menentukan kapan tepatnya malam Lailatul Qadar.
Hal ini supaya manusia tidak bergantung dan meninggalkan ibadah selama satu tahun dengan mengandalkan beribadah pada malam Lailatul Qadar akan menebus segala dosa.” (Abdullah bin Muhammad bin As-Shiddiq Al-Ghumari, Ghayatul Ihsan fi Fadhli Zakatil Fitri wa Fadhli Ramadhan, [Beirut, Alimul Kutub], halaman 53).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, sesungguhnya Nabi Muhammad saw mengetahui kapan persisnya malam Lailatul Qadar, hanya saja tidak diizinkan untuk mengabarkannya karena jika dikabarkan kapan persisnya malam Lailatul Qadar maka manusia akan mempolitisasinya dengan meninggalkan shalat malamnya, bahkan meninggalkan ibadah selama satu tahun dengan hanya mengandalkan ibadah pada malam Lailatul Qadar saja, yang sudah cukup untuk menebus segala dosa yang telah diperbuatnya.
Dengan demikian memang ada hikmah besar di balik dirahasiakannya malam Lailatul Qadar sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Wahbah az-Zuhaili (wafat 2015) sebagai berikut, “Hikmah dirahasiakannya malam Lailatul Qadar itu seperti hikmah dirahasiakannya kematian dan hari Kiamat, supaya setiap orang senantiasa senang dalam beribadah, semakin giat, tidak lalai, tidak malas dan tidak bergantung.
Ketidaktahuan seorang muslim atas kapan waktu tepatnya Lailatul Qadar merupakan bentuk rahmat baginya agar kemaksiatan yang dilakukan di malam tersebut tidak sengaja ia lakukan.
Jika seorang hamba berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencari Lailatul Qadar dengan menghidupkan malam-malam yang disangka merupakan Lailatul Qadar, Allah swt akan membanggakan hal itu kepada para malaikat, “Ini merupakan kesungguhan mereka dalam perkara yang masih dalam perkiraan, bagaimana seandainya Aku menjadikan Lailatul Qadar itu diketahui oleh manusia?.” (Wahbah bin Musthafa Az-Zuhaili, At-Tafsirul Munir, [Damaskus, Darul Fikr: 1418 H], juz XXX, halaman 338). Wallahu a’lam bisshawab.
@mpa/nu.or.id