VISI.NEWS | JAKARTA – Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, Ravindra Airlangga, menilai kawasan ASEAN saat ini bukan hanya pasar besar, melainkan juga pusat inovasi dan investasi di kawasan Indo-Pasifik.
Penilaian Ravindra tersebut berdasarkan beberapa hal. Diantaranya dari jumlah populasi, dimana kawasan ASEAN saat ini dihuni oleh sekitar 692 juta jiwa dan menyumbang 7,3 % dari PDB global,dengan kontribusi hampir 8,8 % terhadap pertumbuhan ekonomi dunia dalam dekade terakhir (World Economics, 2025).
Menurut Ravindra, total PDB kolektif ASEAN telah melampaui US $4 triliun, menjadikannya ekonomi ke-4 terbesar di dunia, tumbuh sekitar 25 % lebih cepat dari rata-rata global (IMF, 2025).
“Faktor seperti digitalisasi, integrasi ekonomi, dan bonus demografi (by 2030 third supplier of labor) menjadikan ASEAN bukan hanya pasar besar, melainkan juga pusat inovasi dan investasi di kawasan Indo-Pasifik,” papar Ravindra lewat keterangannya di Jakarta, Selasa (4/11/2025).
Penilaian Ravindra tersebut sejalan dengan Prof. Kishore Mahbubani yang juga menyebut ASEAN sebagai suatu ‘miracle’ atau ‘keajaiban’ karena 50 tahun pasca berdirinya ASEAN, ASEAN mampu terhindar dari konflik mayor antar negara dibandingkan blok blok regional lainnya. Prof Kishore menilai ini mengejutkan karena populasi ASEAN memiliki ‘extreme diversity’ dari segi latar belakang budaya, kepercayaan dan way of life.
“Hal ini tentu salah satunya berkat ‘Treaty of Amity’ yang ditandatangani 1976 di Bali – nilai nilai organisasi ASEAN yang berdasarkan pembangunan konsensus, penghindaran use of force, penghormatan terhadap kedaulatan bangsa bangsa. TAC harus terus menjadi pedoman hubungan antara negara ASEAN dan mitranya, apalagi di era Geopolitik yang semakin tak menentu,” jelas politisi Partai Golkar ini.
Seperti diketahui, Menteri Luar Negeri (Menlu) Sugiono pada KTT menyatakan bahwa ulang tahun TAC (Treaty of Amity and Cooperation) ke 50 pada 2026 adalah momentum penting untuk meneguhkan kembali nilai nilai ASEAN: perdamaian , stabilitas dan kerjasama kawasan.
“Beliau mengapresiasi kepemimpinan Malaysia dalam memfasilitasi gencatan senjata Thailand Kamboja,” kata Ravindra.
Indonesia juga mengapresiasi komitmen keduanya untuk menyelesaikan perbedaan melalui dialog dan konsultasi. Penandatanganan ini turut disaksikan dan mendapat dukungan positif oleh Presiden AS Trump.
Terkait Myanmar Indonesia ASEAN terus mendorong implementasi 5-PC sebagai kebijakan utamanya dan tentuya terlaksananya 5-PC membutuhkan peran aktif dari Myanmar sebagai negara berdaulat, sesuai prinsip prinsip TAC.
ASEAN juga menjaga hubungan baik dengan berbagai poros geopolitik dan menjadi platform yang terpercaya bagi berbagai negara tersebut (China, US, Russia, Japan, India dan EU) untuk melaksanakan dialogue serta kerjasama.
Data menunjukkan misalnya perdagangan ASEAN dengan China meningkat sekitar 15% dan dengan AS naik 12% pada tahun 2024.
“Indonesia sebagai penggagas dan yang menyumbang hampir setengah dari populasi ASEAN dan juga lebih dari sepertiga PDB ASEAN, tentu memiliki peran yang signifikan di dalam menentukan langkah bersama ASEAN,” tandas Ravindra.
Berkat dorongan Indonesia dan dukungan ASEAN secara keseluruhan, ASEAN telah mencapai kesepakatan substansial pada ASEAN-DEFA pada KTT (Digital Economy Framework Agreement) DEFA adalah perjanjian komprehensif pertama di bidang digital, guna membentuk integrated digital ekonomi di kawasan ASEAN.
Cakupanya meliputi kerjasama dalam keamanan siber, electronic payments, perlindungan source code dan cross border payment. DEFA diperkirakan akan memberikan kontribusi hingga USD 366 Mio Dollar pada PDB ASEAN di tahun 2030.
RCEP yang diinisiasi pada KTT Bali dan ditandatangani pada KTT ASEAN 2020 akan ‘diimplementasikan secara bertahap adalah salah satu perjanjian perdagangan bebas yang terbesar di Dunia, melibatkan sepuluh negara ASEAN dan enam negara mitra (Tiongkok, Jepang, Korea Selatan ,Australia, Selandia Baru dan India). RCEP mewakili 29.6% penduduk dunia dan 30,2% PDB.
Sementara menurut Kementerian Perdagangan dengan hadirnya RCEP potensi export Indonesia diproyeksikan meningkat 21 x lebih tinggi dibanding apabila tidak bergabung RCEP pada 2040.
Dalam KTT Asean ke 13 Presiden Trump memberikan apresiasi terhadap Indonesia, Malaysia dan juga Brunei atas peran serta negara negara ASEAN dalam upaya memujudkan perdamaian di Timur Tengah. @givary












