Oleh Bambang Melga Suprayogi, M.Sn.
FATHU Mekkah atau Pembebasan Mekkah, adalah peristiwa penting dalam sejarah umat Islam, yang sangat menentukan bagi keberlangsungan dakwah Islam di Mekkah pasca Hijrah.
Pembebasan Mekkah oleh Nabi Muhammad SAW, bersama 10 ribu sahabat yang menyertainya, berlangsung pada tahun 8 Hijriah atau 630 Masehi, yang bertepatan dengan 10 Ramadan.
Dan kedatangan Nabi SAW kembali ke tanah kelahirannya, dengan disertai begitu banyak para sahabatnya, membuat kaum Quraisy saat itu tak bisa berbuat apa-apa.
Mereka yang sebelumnya sangat memerangi Nabi, pada pembebasan Fathu Mekkah ini, sangat tahu diri, dan tidak melakukan perlawanan atas kedatangan rombongan Nabi Muhammad SAW tersebut.
Para pembesar kaum Quraisy sangat faham, Nabi adalah sosok terhormat, yang tak akan gegabah memekikan pekik peperangan, jika tak di awali oleh kesalahan mereka dari orang Quraisy.
Dengan melihat sejumlah besar pasukan yang Nabi SAW bawa tersebut,mereka sadar, keadaan menyerah tampa syarat penduduk bani Quraisy, akan lebih terhormat, dibanding melakukan perlawanan dan menghunuskan pedang.
Dengan cara mereka diam, membiarkan serombongan pasukan Nabi memasuki kota Mekkah dengan damai, pastinya, berimbas pada kedudukan mereka (para pembesar suku Quraisy) dimata masyarakat Quraisy pun tak akan di permalukan.
Bukankah Nabi SAW adalah bagian dari keluarga mereka sendiri !
Dan pastinya Nabi akan tetap menghormati mereka sebagai keluarganya.
Mencintai mereka walau berbeda keyakinan.
Merindukan mereka walau pernah memerangi.
Hingga melihat hal itu, maka Nabipun membuat ultimatum…
Bagi mereka yang tetap menyarungkan pedang, masuk masjid (lingkungan Kabah) dan masuk rumah Abu Sufyan akan dijamin keamanannya oleh Nabi Muhammad.
Maka masuklah rombongan besar Nabi SAW tersebut ke kota Mekkah dengan keadaan riang gembira, tanpa ada terjadi konflik berarti yang harus menyebabkan korban.
Semua di persatuan dengan rasa hormat, dan rasa kasih sayang yang ditunjukan Nabi SAW dan para sahabatnya.
Antara penduduk Mekkah dan para pendatang dari kelompok Nabi berdamai, kota Suci Mekkah ada dalam naungan kesejukan kekeluargaan, yang sebelumnya terpecah, karena berbeda faham, dan keyakinan.
Yaa Fathu Mekkah bisa jadi tongak kerinduan jiwa para sahabat Nabi SAW pada kotanya, di mana, sebelumya, kota tercinta itu harus mereka tinggalkan, saat mereka lebih memilih mengikuti Nabi, untuk berjuang bersamanya…
Dan sekarang, mereka datang kembali mengunjungi kota yang selama ini mereka rindukan, bertemu dengan keluarga yang ditinggalkan, bertemu kembali dengan bau khas kota Mekkah, dan segala memori yang melekat padanya penjuru kota itu.
Itulah awal mudik para sahabat Nabi, yang dilakukan dalam rombongan besar, yang kedatangan mereka sangat menguncangkan penduduk Mekkah saat itu.
Sekarang seribu empat ratus tahun setelah peristiwa Fathu Mekkah, setelah umat Islam menyebar dalam berbagai negeri.
Peristiwa mudik, atau pulang kampung para anggota keluarga yang sudah berada lama di kota-kota besar bakal siap-siap terjadi.
Ramadan akan berakhir dalam beberapa hari ke depan.
Dan peristiwa lonjakan para pemudik yang datang ke kampung halamannya akan sangat di tunggu oleh sanak keluarga nya, yang sama, memendam rasa kerinduan, kangen satu dengan yang lain, setelahnya lama mereka tak bersua.
Ketika peristiwa mudiknya Nabi dalam Fathu Mekkah, menunggangi hewan tunggangan mereka seperti Kuda, Unta, dan keledai, serta sebagian sahabat lainnya berjalan kaki, untuk menuju kota Mekkah, sebagai kota tujuan mereka.
Kini semua umat Muslim yang akan mudik ke kampung halamannya, banyak pilihan untuk memakai sarana transportasinya, mulai dari motor, mobil, bus, kereta api, kapal laut, bahkan bisa kapal terbang jika cukup biaya kepulangannya.
Semoga di peristiwa Mudiknya umat Muslim ke kampung halamannya di Ramadan tahun ini, tetap membawa kebahagiaan, keceriaan, dan kesholehan sosial yang dibawa mereka dari kota ke kampung halamannya.
Yaa… walau kita masih dalam kehati-hatian, di situasi yang masih pandemi ini, kita semua sadar, ujian umat tak lepas dari upaya Allah memberi pembelajaran berarti dalam membentuk kesabaran, dan ketaqwaan kita, prokes masih penting kita lakukan, bekali diri kita dengan selalu menjaga itu.
Ingat mudik ingat juga protokol kesehatan (prokes) pencegahan penyebaran Covid-19 dengan 5M, hampir pasti masyarakat sudah mengetahuinya, bahkan anak-anak pun hafal. Namun, tak cukup dihafal, butuh konsistensi implementasi prokes 5M dari seluruh warga, walaupun saat ini kasus Covid-19 sudah menurun.
Antisipasi kepulang kita untuk bisa terlebih dahulu di vaksinasi dengan vaksin yang ke tiga.
Insyaallah, kita Mudik dengan tenang, kita mudik dengan aman dan terjaga kesehatan kita.
Selamat menjalani perjalanan “mudik,” ke kampung halaman untuk saudara-saudara yang akan menjalaninya, hati-hati dalam perjalanan, jauhi lonjakan emosi dalam perjalanannya, ketahui kemampuan fisik kita, istirahat saat lelah jangan dipaksakan, dan mulai lagi setelah segar dan fit, untuk kembali melakukan perjalanan.
Semoga Allah senantiasa membawa kita selamat sampai tujuan, bertemu sanak famili, bertemu dengan ayah, ibu, kakek, nenek, paman, bibi, dan uwa kita, serta ponakan-ponakan kita tercinta.
Alhamdulillah.***