Oleh Bambang Melga suprayogi M.Sn.
ZAMAN mencari sensasi, zaman mencari uang dari konten yang mengharap trending, viral, dan mendapat subscriber pada masa ini, sudah menjadi hal yang lazim.
Efeknya, hanya untuk bisa meraih penonton sebanyak-banyaknya, telah menjadikan manusia yang semula normal, memiliki insting iblis.
Ia mampu menghalalkan segala cara, untuk meraih apa yang ia kejar, terlebih mengesampingkan norma, keadaban, tak mengenal nurani dalam memperhitungkan aspek budaya kearifan lokal, hingga sangat berani merusak tatanan kehidupan masyarakat yang semula normal, menjadi kacau balau, terbelah, berkubu, dan saling berhadapan.
Masyarakat yang minim literasi, bisa seperti Nabi Adam yang dibodohi Iblis !
Mereka diajak oleh Iblis, mempercayai sesuatu, yang sesungguhnya harus dijauhi, karena di sana banyak hal yang sangat merusak karakter diri, dan pastinya akan menjerumuskan, seperti buah Khuldi, yang dilarang dilihat, disentuh Nabi Adam, apalagi sampai Nabi Adam memakannya.
Sebuah larangan dari Allah yang sangat jelas dan nyata untuk kakek moyang kita, pada manusia awal yang di ciptakan Allah.
Apakah Adam mematuhinya ?
Ternyata bujuk rayu, dan hasutan Iblis membutakan mata hati Adam, kakek moyang kita !
Hingga ia terhipnotis, dan berani melanggar perintah Allah, berani memakan buah larangan (Khuldi ) yang ia pikir dengan memakan itu, ia akan selamanya bisa tinggal di surga.
Lalu apa yang terjadi ?
Allah murka tentunya sejadi-jadinya !
Nabi Adam menyesalinya.
Ia bertaubat.
Namun penyesalan seperti biasa, ia selalu datang pada saat terakhir, pada ujung yang semua alasan, tidak bisa mengembalikan kita pada situasi kembali normal.
Penyesalan basi, yang tak akan bisa menyelesaikan masalah.
Taubatnya Adam, harus ia bayar dengan Allah menghukumnya, dengan menurunkan Adam dan Siti Hawa istrinya ke bumi, dan itupun Allah tambahkan hukumannya, dengan mereka di pisahkan di bumi, untuk saling mencari, hingga akhirnya bertemu kembali, di Jabal Rahmah, setelah selama 40 tahun saling melakukan pencarian.
Sungguh luar biasa liciknya Iblis, mampu meyakinkan Adam, padahal Adam adalah manusia yang dibekali kesempurnaan otak, dan banyak memahami sesuatu, dibanding Iblis itu sendiri.
Apa yang Iblis gunakan untuk mempengaruhi Adam ?
Sehingga Adam tak sadar berani melanggar perintah Allah !
Iblis menggunakan hoax, untuk menipu Adam.
Hoax pertama itulah yang mampu menjungkirbalikkan kepatuhan Adam pada Tuhannya, sehingga Adam harus turun ke bumi, karena sebab Iblis telah sukses memanipulasi berita, yang diyakini kebenarannya oleh Adam.
Dan dengan keluarbiasaan dan kehebatan hoax yang pernah memperdaya Adam…Iblis gunakan itu kembali, untuk memecah belah akal sehat, keimanan, dan keyakinan anak cucu Adam pada saat ini.
Apakah itu berhasil ?
Tentunya Iblis lebih cerdik dari apapun, jika menyangkut kepentingannya dalam menjerumuskan anak cucu Adam.
Ia ahlinya, kemampuannya sudah mendarah daging dalam hal memperdaya manusia beriman, pintar, dan soleh.
Dan ia (Iblis) sangat licin, tak perlu menampilkan wujudnya yang jelek dan seram, apalagi mewujud langsung seperti pada masa dulu ia memperdaya Adam di surga.
Ia (Iblis) mampu menampilkan penggantinya…!
Siapa mereka ?
Wakil-wakilnya, yang masih keturunan Adam itu sendiri, untuk ia gunakan agar bisa mempengaruhi manusia-manusia lainnya di bumi, dengan menganti Khuldi dalam bentuk materi, pundi-pundi uang yang bisa dihasilkan dari membuat konten yang bisa trending dan viral, dimana bisa para dutanya lakukan untuk menghancurkan tatanan kebaikan, yang sudah secara madani sebelumnya ada, menjadi pegangan manusia beradab.
Iblis mengutus wakilnya melalui duta-dutanya dalam wujud manusia yang tampilannya soleh, tinggi ilmunya, tapi memiliki keserupaan karakter dengan diri Iblis itu sendiri, mereka suka memecah belah umat, menghembuskan pemahaman-pemahaman sangat radikal dalam beragama, yang akhirnya merusak tatanan sosial menuju masyarakat intoleran, mengedepankan nafsu, menumpulkan pemahaman dan kesadaran berpikir kritis, yang seharusnya menjadi modal manusia dalam memfilter mana yang baik dan mana yang menyesatkan.
Kita sama merasakan kekuatan, dan keluarbiasaannya peran Iblis di sini.
Hoax pertama berhasil iblis buat.
Hoax berikutnya menjadi senjata ampuh, andalan yang pada masa ini malah mendapat celah, sebagai ladang mendulang pundi-pundi uang, sehingga Iblis tak perlu susah mendatangkan buah Khuldi, cukup ia mengiming-iming manusia dengan kesejahteraan yang bisa manusia raih, dengan cara wakilnya mampu merusak tatanan, dan pola kehidupan yang sebelumnya telah selaras.
Dengan menggunakan senjata hoax, serta pemahaman-pemahaman radikal yang bisa menjungkirbalikkan situasi normal, ke situasi abnormal.
Bagaimana pemahaman umat saat ini dalam gempuran hoax, dan pemahaman-pemahaman yang nyeleneh, serta ujaran-ujaran dari para “ustad” konten kreator yang dalam pernyataan-pernyataannya banyak melakukan pelarangan-pelarangan, serta ujaran kebencian ?
Lihat imbasnya, perhatikan efeknya !
Apa yang kita rasakan ?
kadang kejahatan berbalut agama, terasa halus tak terasa !
Mereka para duta Iblis dalam wajah manusia yang berbalut tampilan agamis, sangat jelas dan nyata mampu memecah belah umat.
Ilmunya digunakan untuk mempengaruhi kesadaran umat dalam beragama, sehingga membangkitkan wajah umat yang awalnya teduh, menjadi berwajah penuh kebencian dan mengedepankan nafsu sesaat di banding menggunakan logika dan akal sehat.
Para duta Iblis itu pastinya akan menyasar umat, dan mencari mangsanya sesuai radar dan frekwensi pemahaman dari mereka…. Khususnya menyasar kepada umat nabi yang tak memiliki prinsip dan keyakinan diri yang kuat, dan bagi mereka, itulah sasaran empuknya.
Disamping mempengaruhi dengan pengaruh negatif mereka, merekapun perlu followers, pengikut, untuk mempercepat, apa-apa yang mereka maksud.
Duta Iblis dari para konten kreator yang menyasar ceruk umat Nabi SAW ini sangat masif hadirnya di media sosial.
Walau sebagian berkasus dan tertimpa hukum negara, setelahnya bebas, tak jera mereka melakukan hal yang sama, membodohi umat, memprovokasi umat lagi, dan merusaha membelokan pikiran umat yang rahmatan, menjadi umat yang penuh kecurigaan dan kebencian.
Seperti halnya iblis, ia tak pernah jera !
Seperti itu pula para “mubaligh” dadakan ini mencari celah demi memenuhi hajat duniawi, dan nafsu mereka membelokan kesadaran umat.
Mereka terus mencari cara…
Agar bagaimana setiap ucapan bisa dibuat jadi viral, dan diikuti banyak orang yang langsung meyakini, tampa proses mengunyahnya dengan literasi, dan memfilternya dengan otak pikiran jernih, dan pemahamannya yang telah ada.
Yaa, umat Islam Indonesia yang jumlahnya hampir 237,57 juta jiwa, atau 86,9% dari seluruh penduduk Indonesia, saat ini sedang dalam kondisi rentan, kita di susupi, dan terjebak pada budaya, “yes man !”
Budaya manut, dan gampang mengiyakan bila ada sosok yang di anggap memiliki ilmu tinggi, dibidang keagamaan yang bicaranya berusaha meyakinkan umat, bahwa apa yang ia wartakan adalah sebuah kebenaran…padahal ia sedang bermain peran, ucapannya tak sama dengan isi hatinya.
Bila iblis mewartakan kebenaran bahwa buah Khuldi adalah buah keabadian untuk langgeng bisa terus hidup di surga, kini para wakil Iblis pun mempropagandakan hoax, bahwa hoax adalah informasi valid, yang kebenarannya sudah pasti dipercayai, ditambah bumbu-bumbu penyedap virus lainnya, bahwa banyak hal yang tiba-tiba para mubaligh konten itu anggap haram, dan apa-apa serba dilarang.
Kita melihat, makin banyak umat yang kebingungan !
Apalagi umat yang minim literasi, mereka pastinya gamang untuk mengambil sikap dan pendirian.
Walhasil, umat yang semula anteng, tenang dilanda kegalauan, yang bila tak memiliki sikap dan pendirian, maka ia dipastikan berhasil dijerat untuk mewartakan hal yang sama, men-share hal serupa dengan apa yang idolanya lakukan.
Apa itu ?
Provokasi kebencian, dan mengkafir kafiran, mengharam-haramkan, dan serba melarang hal yang sudah baik, yang sebelumnya umat ini lakukan.
Lalu apa yang Nabi wartakan, dan antisipasikan untuk umat pada hal ini ?
Kembali ke Al Qur’an tentunya, lihat dan telaah Qur’an sebagai petunjuk bagi kita umat Islam.
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS. Surat al-Hujurât/49: 6).
Lalu lihat apa yang dilakukan oleh mereka para salihin, orang orang saleh yang masih menjadi benteng untuk agama ini ?
Mereka terus mengkonter hal negatif itu, dan berusaha menginggatkan umat, menyadarkan, dan memberi nasehat, saran dan masukan, yang kadang, umat sendiri tak mau mendengar itu.
Hingga pada akhirnya, ketika telah sangat berlebihan, dan sudah di luar batas, maka cara Allahlah yang akhirnya akan mempermalukan mereka.
Ketika satu persatu berkasus, mereka tak menjadikan itu pelajaran, malah semakin kuat kebebalannya.
Coba telaah Surat Al-Baqarah, di sana kita dapati, hal ini dikupas tuntas, dijawab Allah langsung.
Tidakkah kita berpikir ?
Lalu apakah kita mau sampai itu terjadi berulang ?
Atau memang kita menantang Allah menurunkan azab buat kita sendiri !
Maka jadilah umat yang cerdas!
Umat yang memiliki prinsip pendirian, dan akidah yang kuat.
Hingga kita mampu melihat secara objektif, siapa yang menebar ranjau untuk memanipulasi akidah kita, dan tentunya kita mampu menghindarinya, menangkal, dan melawannya dengan keras.
Perkuat rasa ke Islam kita.
Perkuat akidah sesuai mazhab yang kita anut.
Bergaulan dengan orang yang memang saleh.
Bentengi hati kita dari adanya kebencian.
Semua hal bisa dipantau hati.
Jika kita sudah mulai timbul rasa benci, senang mendengar fitnah, dan mengakui kebohongan para mubaligh pengguna kedok agama, sudah pasti hati kita sudah terkontaminasi…dan ini berbahaya, harus segera diperbaiki !
Ingat kita memasuki masa akhir zaman!
Selayaknya semua harus sangat berhati-hati, jika tak ingin terjerumus dan jadi pengikut Iblis.
Ketika kini kita seperti apa yang jadi gambaran Nabi, bahwa umat Muslim pada akhir jaman itu, bagai buih di lautan, gampang di sapu gelombang, maka mau tidak mau, walau kita yang sedikit ini seperti buih, tetapi kita harus mampu menyingkirkan ke angkaramurkaan, dari mereka yang berkedok dan menampilkan rupa agamis, namun berhati iblis.
Mari jaga diri kita !
Jangan lagi tertipu !
Sebagaimana Adam bapak moyang kita berhasil di tipu dan diperdaya iblis.
Semoga iman kita kuat, semoga kesadaran nalar kita terus mampu membaca fenomena ustad yang suka melarang, mengkafirkan, memprovokasi, tidak kita jadikan ia idola kita, dan panutan yang membuat kita jadi fanatik padanya.
Fanatisme yang demikian itu racun.
Dan, racun jangan sampai kita teguk, karena akan mematikan kita.***