Oleh Bambang Melga Suprayogi, M.Sn.
KEBENCIAN merupakan unsur yang muncul dari kondisi kejiwaan seseorang, dalam hal pengaruh negetif emosinya, di mana rasa ketidaksukaan, permusuhan, antipati, ditampakan dalam bentuk memusuhi individu, masyarakat, negara, etnis lain, dan keyakinan yang berbeda yang ia tidak sukai, dengan keinginan untuk menghancurkan, melenyapkan, dengan cara memeranginya.
Kebencian itu merupakan penyakit kronis, yang sangat berbahaya bagi jiwa seseorang, ia bisa jadi tak bakal sembuh, dari penyakit kebenciannya itu, ini seperti halnya kebencian yang ada pada diri Abu Jahal, pamannya Nabi SAW sendiri, yang selalu membenci dan memerangi Nabi SAW, sampai matinya.
Jika si pelaku kebencian, bergaulnya hanya dalam satu kelompok, yang sama memiliki sifat kebencian yang serupa, jangan harap hidayah dan kebaikan akan datang.
Malah jika dengan intens ia terus bergaul dengan mereka yang memupuk kebencian tersebut, semakin lengkaplah rasa kebencian permusuhan yang ia miliki, masuk ke ranah intoleransi, yang terus nantinya dibawa berproses menjadi berbuah radikalisme.
Kebencian merupakan sifat dasar Iblis yang terus ia pegang teguh.
Karena kebencian itulah, Iblis memilih durhaka pada Allah, dan berjanji akan menghancurkan manusia, untuk dijadikan pengikutnya yang setia, sebagai temannya nanti di Neraka.
Maka apa yang Iblis perbuat untuk mendapatkan sekutu baginya itu ?
1. Ia (Iblis) membuat bodoh manusia dari turunan seteru abadinya Adam as, dengan membuatnya jadi manusia berperpikiran dangkal, tidak kritis, selalu manut, gampang mempercayai, dijadikan bebal otaknya, kosong isinya.
Yang bagi Iblis, misinya membuat manusia jadi bodoh adalah tugas suci baginya, sebab manusia bodoh merupakan jenis manusia yang gampang ia tipu, gampang di perdaya, dan sangat mudah ia jerumuskan, hanya dengan berita bohong, atau hoax yang ia buat, melalui perantara sekutunya, dari kalangan manusia bodoh lainnya, yang sudah dalam rasa kebencinya.
2. ia (Iblis) tanamkan rasa fanatisme pada manusia pengikut dirinya, dengan melabeli otak mereka suatu cap, egoisme, yang tak akan pernah hilang, dengan memasukan unsur fanatisme, yang membuatnya kecanduan faham yang semakin menjadikan manusia bodoh itu merasa lebih baik, lebih tinggi kedudukannya, lebih superior, dan merasa lebih mulia dan sempurna, segala rupanya dibanding yang lainnya…
Persis takala Iblis menolak bersujud pada Adam, sebab ia merasa dirinya paling mulia, terhormat dan unggul dalam hal penciptaannya.
Fanatisme sendiri adalah paham atau perilaku yang menunjukkan ketertarikan terhadap sesuatu secara berlebihan, yang di sebabkan dangkalnya pemahaman, pengetahuan, wawasan, dan segi pergaulan yang tak luas, hingga akhirnya membuat diri orang yang memiliki sifat ini, terkungkung dalam kubangan kebodohan yang terus ia banggakan.
3. Selanjutnya setelah kedua komponen itu terbentuk, Iblis tiupkan pada jiwa orang-orang bodoh ini untuk melakukan tindakan kongkrit, mengibarkan dan memaklumatkan permusuhan, melakukan penentangan, membuat perlawanan, dan mengumumkan perang, baik pada golongan yang bersebrangan, keyakinan yang lain, maupun kepada negara, dimana mereka kumpulan orang-orang ini merupakan warga negaranya, yang pada akhirnya, Radikalisme tidak lepas dari pengaruh Iblis yang menginginkan anak turunan Adam untuk saling berhadapan dan berperang.
Kebodohan yang dilatar belakangi kebencian dan fanatisme, merupakan akar dari setiap permasalahan untuk umat, dalam agama dan keyakinan apapun.
Ia menjadi penghancur kerukunan, toleransi, keadaban, dan peradaban manusia yang telah madani.
Orang-orang bodoh yang terjebak dalam kebencian dan fanatisme seperti ini, sesungguhnya hanya segelintir !
Tapi jumlah mereka yang segelintir itu, mampu militan, keras daya juangnya untuk mempengaruhi manusia lainnya agar sama seperti mereka, menjadi bodoh permanen.
Yang dengan kebodohannya itu, mereka pikir, merekalah orang yang paling pintar, terselamatkan, dan benar, persis seperti janji Iblis yang akan menjerumuskan anak turunan Adam, dalam hal militansinya, dan merasa paling pintar dan benar di banding Adam.
Contoh kebodohan yang ditimbulkan dari rasa benci dan fanatisme, bisa kita lihat dari beberapa kejadian konyol, yang memiriskan, yang terjadi pada diri manusia sekitar kita, yang di perbuat umat Nabi, yang seharusnya tidak merusak keluhuran Agama kita.
Munculnya ISIS, yang sangat nyata memakai simbol-simbol Islam, namun kekejian dan kejahatan mereka di anggap sebagai sebuah kebenaran oleh sebagian kalangan dari umat ini.
Sehingga perjuangan ISIS untuk membentuk ke khalifahannya, dan unjuk kemampuan mereka menaklukkan banyak negara, membuat yakin para manusia bodoh dari umat ini, bahwa ke hadiran kekhalifahan yang mereka idam-idamkan, telah ada di depan mata, dan mereka menyambutnya dengan sangat riang dan penuh antusias.
Saat mereka ISIS mengklaim, ISIS hadir, meliputi wilayahnya dari mulai Irak, Suriah, Libya, Mesir, Yaman, Arab Saudi, Aljazair, Khorasan wilayah Afghanistan-Pakistan, Kaukasus, di wilayah Asia Timur.
Apa yang terjadi ?
Gayung bersambut dari kumpulan organisasi lainnya di seluruh dunia mengakui dan berbaiat, setia pada ISIS. Termasuk dari ormas di dalam negeri, yang ketuanya secara terang-terangan dan tegas mendukung dan berbaiat pada ke khalifahan ISIS, saat awal-awal ISIS memulai eksis, menaklukan Irak yang sedang menjadi negara lemah, dan negara lainnya yang sedang dalam kemelut.
Apa yang kita lihat ?
Bibit kejahatan dalam membenci negaranya sendiri, adalah bukti nyata, bahwa kebencian pada negara dan fanatisme segolongan dari mereka, mampu merusak nalar sehatnya. Menjadikan mereka para pendukung keangkaramurkaan.
Maka, berbondong-bondonglah manusia bodoh dari kalangan baik mereka yang berilmu dan yang bodoh, turut melibatkan diri meninggalkan negerinya, untuk turut berjuang melakukan kerusakan di berbagai negeri-negeri Islam yang sebelumnya damai, di buat porak-poranda oleh mereka, termasuk oleh orang-orang dari negara kita, yang membantu ikut berperang bersama ISIS di sana.
Dan setelah seluruh dunia faham apa yang terjadi, atas tindakan kekejian dan kebrutalan dari ISIS, lalu diperangi bersama oleh banyak negara, kejatuhan ISIS, membuat mereka yang semula mendukung, ikut berperang, dan akhirnya kalah, lalu sekarang terlunta-lunta ditenda-tenda penampungan relawan ISIS yang kalah perang, dan jadi tawanan.
Mereka mendadak menjadi lemah, tekadnya berjihad dalam jalan salah, tak membuat mereka memburu syahid.
Mereka malah takut pada kematiannya sendiri.
Apa yang mereka minta pada negara kita?
Mereka meminta bantuan kepada negara, agar mereka para kombatan perang itu, bisa dipulangkan kembali ke negerinya masing-masing.
Dan mirisnya, setelah mereka tersadar dari kebodohannya, akhirnya mereka mau mengakui kebodohan mereka telah sebegitu membutakan akal sehatnya, begitupun dengan para simpatisan ISIS dari Indonesia, yang merasa dibodohi, sehingga ajakan dulu ikut berperang, jadi pembela ISIS, dan berani meninggalkan negerinya, sekarang merengek mendadak minta bantuan negara memulangkan mereka atas dasar kemanusiaan.
Apakah pantas mereka kembali ke negerinya Indonesia?
Setelah mereka berkhianat pada negeri ini, dan mencoreng citra dan marwah agamanya?
Negara harus tegas, menolak mereka!
Untuk para oknum warga negara yang telah terjerumus dan salah kaprah itu, negara berhak menolak mereka kembali !
Kerasnya negara menolak kedatangan, dan pemulangan mereka kembali, agar itu semua menjadi contoh, pembelajaran nyata, serta hukuman yang setimpal, karena mereka tak menghargai tanah airnya, dan tak menjaga kehormatan agamanya.
Mereka yang terbawa hawa nafsu, akan mendapatkan balasannya.
Contoh lainnya dari kebodohan, kebencian dan fanatisme, bisa di lihat dari kejadian sebagai berikut, seperti yang penulis ambil dari tulisan Kang Wahib bin Umar, terkait pembunuh para tokoh dunia, yang dilakukan oleh orang bodoh yang fanatis, saat di tanya hakim di pengadilan;
Hakim bertanya kepada pembunuh Presiden Mesir Anwar Sadat :
“Kenapa kamu membunuh Sadat ?”.
Pembunuh menjawab, “Sebab dia sekuler”.
Hakim bertanya lagi, “Apa arti atau yang dimaksud dengan sekuler itu ?”.
Pembunuh menjawab : “Saya tidak tahu” .
Ada lagi kasus pembunuhan Penulis Mesir ‘Naguib Mahfouz’.
Hakim bertanya kepada teroris, “Kenapa kamu tikam dia?”.
Teroris, “Sebab tulisan novelnya yang berjudul ‘The Children of Our Neighborhood'” .
Hakim, “Apakah kamu sdh membaca novel nya ?”.
Teroris, “No (belum)” .
Ada cerita lain lagi dalam kasus pembunuhan Penulis Mesir bernama Faraj Fouda.
Hakim bertanya kepada teroris yg membunuh Faraj Fouda, “Kenapa kamu bunuh Faraj Fouda ?”.
Teroris, “Sebab dia pengkianat (tidak setia)”.
Hakim, “Bagaimana kamu tahu dia itu pengkianat ?”.
Teroris menjawab, “Dari buku-buku yang dia tulis ?”.
Hakim, “Buku dia yang mana yang membuat kamu bisa menarik kesimpulan bahwa dia pengkianat ?”.
Teroris, “Saya belum pernah membaca buku-bukunya” .
Hakim, “Kenapa ?”.
Teroris, “Saya buta huruf”.
Apa yang bisa ditarik dari kesimpulan cerita-cerita tersebut di atas?
Kebencian tidak pernah tersebar lewat ilmu pengetahuan. Kebencian selalu tersebar lewat kedunguan dan kebodohan.
Kebencian tidak mudah tersebar pada orang-orang yang pandai, sebab orang-orang pandai dan yang berilmu, ia akan menggunakan akalnya, sebaliknya kebencian mudah tersebar pada orang-orang dungu, dan bodoh, sebab ia tak menggunakan akalnya.
Dosa terbesar itu kebodohan, sedang dosa yang tak terampuni adalah syirik.
Sehingga pantas, pada masa kejahiliyahan di jaman Nabi SAW, Allah turunkan wahyu pertamanya, perintah untuk ber “IQRA,” baca, belajar agar tidak menjadi orang bodoh.
Dan semua itu agar kita tidak mudah dibodohi oleh siapapun, termasuk ulama yang menyesatkan, dengan jargon agama yang mereka propagandakan, yang biasanya membutakan kita, jika kita tak faham jalan kebenaran dalam agama, seperti yang dicontohkan Nabi SAW.
Sebab ulama-ulama Su, yang menyesatkan fenomenanya banyak kita lihat kemunculannya belakangan ini, dan mereka banyaknya menyasar umat yang polos, bodoh, dan bisa mereka tipu serta bodohi.
Siapa ulama Su’ itu?
Ulama Su adalah ulama ahli ilmu, atau ilmuwan yang buruk dan jahat.
Rasulullah bersabda,”Ingatlah, sejelek-jelek keburukan adalah keburukan ulama dan sebaik-baik kebaikan adalah kebaikan ulama”. (HR Ad Darimi).
Dalam riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Musuh yang pandai lebih baik dari teman yang bodoh”
Itulah contoh kebencian dan fanatisme yang terlalu berlebihan, ia akan meracuni otak, dan daya nalar sehat yang kita miliki, jika ini terjadi…siap-siaplah kita menanggung resikonya, sesuai kadar kebencian dan fanatisme yang kita lakukan dari adanya kebodohan diri kita.
Semoga Allah selalu menjaga pikiran sehat kita semuanya.
Menjauhkan dari kebencian dan fanatisme berlebihan.
Yang nantinya akan menjerumuskan dan menyengsarakan diri kita, dan keluarga kita pada akhirnya.
Mari kita kembali pada ajaran Nabi SAW yang mulia, yang agamanya membuat kita tercerahkan, dan jadi penyelamat kehidupan, baik selagi di dunia, maupun di akhirat kelak.
Keteladanan nabi kita Muhammad SAW, untuk kita agar mau ber “Iqro,” semoga menjadi pencerah, agar alam pikiran, wawasan kita selalu bertambah, kebijaksanaan kita muncul, dan adab kita di lingkungan bermasyarakat, dan bernegara, menjadi contoh teladan kebaikan, dalam memperlihatkan ahlaq baik dan terpuji, seperti apa yang dicontohkan Rasulullah SAW.
Alhamdulillah.***