Oleh Bambang Melga Suprayogi, M.Sn.
KATA-KATA, untaian kalimat, nada dan suara kita itu di dengar !
Saat terlahir kedunia, yang paling awal ditunggu dan membuat kegembiraan semua orang, adalah terdengarnya suara pertama, saat kita bisa membuka suara lewat tangisan yang sahdu.
Itulah suara pertama kita yang kita bisa suarakan.
Suara kita itulah, tanda-tanda kehidupan yang membuat semua menjadi saksi, akan keberadaan kita ini ada, dan tangisan saat kita bayi itulah, yang jadi suara pertama kita yang mampu membangun perhatian para manusia di sekeliling kita.
Suara kita merupakan sumber kekuatan, sumber eksistensi diri, serta integritas.
Suara kita mampu menghujam, membunuh, merobek, dan meledakan apa pun, hingga dampaknya bak bom yang mampu memporak-porandakan segala sesuatu.
Jangan main dengan suara kita yang masih disimpan dan terpendam !
Ada peribahasa kata-kata lebih tajam dari pedang, atau suara kita adalah suara Tuhan.
Yaa, kata-kata dari seorang manusia yang bijak, ia akan mendamaikan dan membuat kemaslahatan. Namun kata-kata dari seorang yang tak bertanggung jawab, khianat yang culas, ia akan merusak dan menghancurkan tatanan.
Kata kata itu dirasakan baik oleh kita, maupun orang lain.
Kata kata itu mempengaruhi, menjadikan, dan itulah niat yang terucapkan, atau doa yang diperdengarkan.
Kata-kata merupakan sebuah komitmen batin kita, niatan dari nurani kita, yang bisa orang dengar, jika itu dikatakan.
Kata-kata hadir sebagai penghias diri kita, penguat pakaian Ruhani yang menjadikan kita berkarakter dan memiliki ciri dengannya.
Maka sudah jadi pemahaman pada diri sang Nabi Kita Muhammad SAW, ia kuat memegang kata-katanya, sehingga kejujuran akhirnya muncul menghiasi dirinya, sampai pada akhirnya ia dianggap Al Amin, yang dapat di percaya…itulah buah dari memegang kuat kata-kata hingga berkomitmen dirinya dengan kesungguhan yang bisa dipegangnya.
Sungguh luar biasa kata-kata, suara diri kita.
Ia menjadikan kita berkelas sesuai capaian dan apa yang bisa kita pertaruhkan.
Proses naik levelnya suara kita,(diri kita ), tergantung keilmuan dan seberapa berani kita membangunkan kesadaran orang lain, seperti kesadaran yang kita miliki.
Maka selalu dalam hidup ini, kita coba beranikan diri buat bersuara !
Sebab jika kita menyuarakan kejujuran, maka tak ada yang bisa menyanggah kebenaran yang kita suarakan.
Kebanyakan manusia tak berani menyuarakan kebenaran.
Meluruskan sesuatu yang tak pantas, mengembalikan apa yang bengkok kembali lurus sesuai relnya.
Itulah kenapa, ketika suara kita tak berani diperdengarkan, kita tak berani bersuara, maka kedzoliman, kesemena-menaan, dan kemunafikan bisa jadi kuat berkutat mendominasi disekeliling kita.
Kita dalam cengkraman mereka, kita malah yang dipojokan dan di bodohi, hingga semena-mena diperlakukan bak anak kecil yang tak berdaya.
Kita adalah mahluk suara, selain mahluk sosial.
Maka sama seperti tugas para mahluk yang diberi peran, peran kita adalah bersuara, terus menerus membangunkan kesadaran mahluk, baik di jiwa dan spiritualnya, sehingga kita dengan seperti itu akan diproses kan oleh Allah menjadi manusia spesial, manusia berani, manusia bernyali, yang akan diperhitungkan oleh siapa pun, dan kita tak bisa dianggap remeh apalagi bisa disepelekan.
Ingat juga, hanya untuk memunculkan hal tersebut, kita sampai diingatkan oleh agama kita, berperanlah menyuarakan kebaikan, walau modal kita hanya satu ayat saja sebagai bekalnya.
Maka jadilah kita seperti Nabi sebagai contohnya, Ia kuat memegang kata-kata, dan berani bersuara menyuarakan kebenaran, kehakikian, dan keutamaan.
Hingga kata-katanya menjadi rangkaian sabda, ketika itu di ucapkan.
Lalu sampai tertulis hingga menjadi hadist.
Itulah kekuatan suara, dan kata-kata ketika isinya kebenaran dan hikmah.
Dimana ucapannya Nabi kita, sampai tertulis berjuta-juta catatan dari apa yang beliaunya sampaikan.
Mengapa bisa seperti itu ?
Itu karena, selama ia hidup, kata-katanya merupakan mutiara yang luar biasa berharga, sehingga menjadi bekal bagi ruhani yang ingin tercerahkan.
Ini menjadi bukti otentik dasyatnya kata-kata yang akhirnya dituliskan, karena pengaruh kekuatan kata-kata Nabi itu mampu membangun kekuatan potensi, kesadaran spiritual diri, dan umat, hingga itu dijadikan pegangan umat hingga sampai saat ini.
Mari kita belajar konsekuen dengan kata-kata, dengan suara kita !
Mampu merealisasikan apa yang jadi ucapan kita, sehingga kita memiliki hikmah, dipakaikan baju ruhani oleh Allah buat diri kita.
Belajarlah berkata benar, bisa merealisasikan sesuai apa yang kita ucapkan, jadi antara kata dan perbuatan bagi kita yang mengucapkan itu menjadi suatu kesatuan utuh, antara ucapan dan perbuatan seia sekata.
Hingga orang akan melihat diri kita sebagai figur yang teladan, bisa dipercaya, dan diri kita benar bisa Allah bawa pada wilayah integritas diri, dengan kebenaran bisa merealisasikan kata-kata yang kita ucapkan.
Semua manusia harus berproses.
Tidak ada yang tidak bisa dilakukan untuk mengejar keinginan berani bersuara, berani berkata-kata.
Maka ketika kita berkata penuh kebenaran, konsekwensinya adalah kita sedang memerangi kebohongan, memerangi kebodohan, memerangi kemunafikan, memerangi kesewenang-wenangan, hingga kita sendiri merupakan pejuang dari apa yang kita katakan, karena hakekatnya semua orang itu, ia menyenangi kebenaran, dan tak mau dibohongi.
Alhamdulillah, semoga bermanfaat.***