REFLEKSI | Menemukan Kekasih Sejati

Silahkan bagikan

Oleh Bambang Melga suprayogi M.Sn.

IMAN, merupakan suatu keyakinan, adanya bentuk pengakuan diri kepada sang Khalik, yang akan membawa kita mengetahui, siapa yang mestinya kita sembah, dan kita agungkan.

Kekasih adalah sebutan untuk yang paling kita cintai, kita sayangi, kita rindukan, dan kita puja dan puji…
Lalu siapa yang pantas menempati hati kita, sehingga kecenderungan hati ini, beratnya ke sang pujaan hati itu ?

Siapakah pujaan hati yang pantas bagi kita ?

Jika kita mencintai sesama manusia, khususnya lawan jenis yang kita cintai, sifat kecintaan kita hanyalah sementara kepadanya. tak lebih dari sekedar beberapa waktu, saat cinta kita itu mengebu.

Namun, setelah cinta kita berbalas, dan kita bisa mendapatkan apa yang kita mau, potensi cinta yang sebelumnya ada, tidak semembara dan sebesar seperti sebelumnya, itu karena sifatnya manusia yang sudah merasa terpuaskan.

Untuk yang tidak berbalas rasa cintanya, itu akan lebih menyakitkan lagi, ada kecewa, sakit hati, dan berbagai gejolak dihatinya, yang bisa menurunkan kwalitas hidupnya, baik sementara waktu, maupun selamanya, tergantung kekuatan dan kebesaran jiwanya.

Adakah cinta seperti itu yang kita cari ?
Untuk sang kekasih seperti itu kah diri kita, dan hati ini kita berikan ?

Rasanya sayang, jika pilihan hati kita jatuh hanya untuk cinta, yang pada perjalanan waktunya, rasa yang ada itu menyurut !
Sangat disayangkan andai cinta yang ada pada hati kita, tak membuat jiwa kita tak tercahayai !
Tak membuat semangat.
Tak membuat gairah kita nyata dalam menjalani hidup, dan untuk mempersiapkan akhir hidup kita.

Lantas cinta kepada kekasih seperti apa, yang harus kita cari ?

Baca Juga :  Gempa M 2,8 Guncang Wilayah Kabupaten Bandung, Ahmad : Alhamdullilah Tidak Ada Kerusakan Apapun

Apakah kita mencari kekasih yang berwujud ?
Namun akhirnya semua fana, dan sama sama binasa.
Mahluk mencintai mahluk, apakah mampu menjadi sandaran untuk keimanan kita bisa tumbuh ?
Apakah dengan cinta seperti itu, kita anggap ini sebagai bekal terbaik untuk kita bawa ke alam setelah kehidupan ?

Sahabat…
Kekasih kita yang layak kita puji dan puja adalah sesuatu yang maha besar, Dzat yang maha tinggi, dia lah Allah Subhanahu wa ta’ala.
Ia pemberi spirit bagi jiwa hingga tercahayai.
Ia pemberi keyakinan, sehingga hal yang ada dalam diri, bisa muncul sebagai potensi, karena adanya rasa yakin padaNya.

Ada tiga tingkatan cinta menurut Jalaludin Rumi;

Pertama, cinta atau pemujaan kepada hal-hal yang diciptakan oleh Allah, yaitu manusia (pria wanita, anak-anak), materi (harta benda), pangkat, kedudukan, jabatan dan sejenisnya.

Kedua, cinta kepada yang menciptakan isi dunia yaitu Allah yang ditunjukkan lewat pemujaan atau secara formal dilaksanakan dalam praktik ibadah ritual kepada Allah. Tingkat ini dalam agama disebut Syariat.

Ketiga, cinta mistis atau dalam tahapan makrifat, yaitu saat wujudnya bersatu dengan sang Pencipta. Allah dirasakan dan dihayati sentuhannya secara personal dan spiritual.

Dari tiga maqom cinta yang dinyatakan oleh Jalaludin Rumi, Cinta pada tingkatan terakhirlah yang lebih kuat sebagai landasan cinta yang harus kita cari.

Di mana cinta bersemi dari seorang hamba pada sang Khaliqnya, sudah mampu menyatu hatinya, dan jadi bagian yang erat mengikat, antara hamba dan Tuhannya.

Allah dalam sebuah pernyataannya, bahwa, “Ia lebih dekat di banding urat leher,” adalah nyata, itu menjadi sebuah ajaran, adanya manunggaling kawula lan Gusti, yang banyak di rasa oleh para guru-guru Sufi, seperti Rabiah Al Adawiyah yang sangat terkenal rasa cintanya, sehingga ia berujar, dalam doanya;

Baca Juga :  Jawab Keresahan Nelayan Natuna, KKP Tegaskan Jaring Tarik Berkantong Beda dengan Cantrang

“Ya Tuhan! Jika aku menyembahmu karena takut neraka, bakar aku di neraka,

dan jika aku menyembahmu dengan harapan surga, keluarkan aku dari surga.

Tapi jika aku memujamu demi dirimu sendiri, jangan dendam padaku, keindahan-Mu yang abadi.”

Atau pun seperti pernyataan Jalaludin Rumi, yang dalam dan menohok kesadaran kita, akan Cinta sebenarnya yang ia cari, sehingga ia sampai pada suatu kesadaran Cinta yang ia nyatakan di mana Rumi berkata;

“Semoga Allah memberkati para budak materi dan para penghamba jasmani serta para pecinta harta benda. Tetapi sedikit pun aku tidak merasa iri dan hendak ikut serta memperebutkannya bersama mereka. Adapun aku sendiri berada dalam derajat cinta makrifat. Sebuah gambaran dunia cinta yang tidak pernah musnah dan berubah, yaitu bersama Yang Maha Kekal.”

Dua gambaran “Cinta,”dari para manusia utama ini, adalah tumbuhnya kesadaran untuk mencintai hanya pada Robb Nya, tidak pada ciptaan lainnya, baik pada mahluk, atau kenikmatan hidup di alam akhirat, sebab yang mereka cari seutuhnya adalah bisa dekat dan menatap wajahNya, dia sang maha pencipta, Allah azza wa jalla.

Alhamdulillah, semoga kita mampu menjadi manusia yang tahu siapa yang pantas kita cintai !
Siapa yang pantas mengisi kedalaman hati kita.
Belajar mencintainya, adalah seperti kita menabur benih, yang tentunya akan kita jaga, kita rawat, dan kita sirami, sehingga pada akhirnya, benih cinta itu tumbuh lebih tinggi, lebih baik, dan akan kita panen hasilnya, sebagai buah dari kecintaan kita padaNya….amin.***

M Purnama Alam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Keistimewaan Ramadan dan Keutamaan Hidupkan Malam-malamnya

Kam Apr 7 , 2022
Silahkan bagikanVISI.NEWS | JAKARTA – Bulan Ramadan merupakan ladang pahala yang berlimpah bagi umat Islam. Bulan yang penuh keberkahan, pengampunan, dan rahmat dari Allah Taala bagi siapa pun hamba-Nya yang melakukan kebajikan. Tak heran selaras dengan pengertian di atas, Prof Quraish Shihab dalam bukunya Lentera Al-Qur’an menyebutkan bahwa lafal ‘Ramadhan’ […]