Oleh Bambang Melga Suprayogi, M.Sn.
RASULULLAH adalah seorang manusia luar biasa, yang telah berhasil membangun kesadaran umatnya untuk memiliki rasa menghargai, menghormati, bahkan memberi perintah wajib kita umatnya, untuk bisa melindungi saudaranya sendiri, dan orang lain, sehingga haram hukumnya untuk menyakiti.
Perih rasanya bila kita tersakiti !
Sakit rasanya bila kita terluka’i !
Adakah kita bisa menjaga perasaan orang lain ?
Bisakah kita tak menyakiti hati, perasaan, dan harga dirinya.
Jika sudah keluar dari lubang kesempitan, dan pertolongan itu akibat musababnya seseorang yang telah mengangkat kita dari keterpurukan, Allah menghendaki ada peran dari si penolong yang Allah ujikan pada yang ditolong.
Jadi pertolongan Allah lewat seseorang itu adalah bentuk ujian !
Bentuk ujian pada yang di tolong.
Nah sadarkah kita untuk bisa membalas budi !
Setidaknya tahu bahwa tampa jasanya, kita bisa jadi masih ada dalam lubang kehinaan dan keterpurukan.
Di sinilah masalahnya dalam umat kita !
Kadang hati kita ini sengaja di tutupi kerikil-kerikil yang menutupi nurani mata hati kita.
Kita lupa pada jasa seseorang !
Kita abai pada kebaikan masa lalu yang telah mengubah hidup dan takdir kita.
Kita lupa pada kiprah baiknya yang telah mengangkat harkat derajat kita seperti yang Allah kehendaki sekarang, itu sebab, dari adanya skenario Allah, yang diperankan oleh si penolong tersebut.
Mengabaikan pertolongan manusia yang telah membantu kita, pada hakekatnya kita mengabaikan Allah itu sendiri !
Jika sudah abai pada manusia, yang ada, egonya sudah menguasainya !
Merasa hebat karena dirinya sendiri !
Itu tidak ada dalam hukum sebab akibat.
Merasa besar karena hasil ikhtiarnya sendiri.
Sejarahnya saja yang belum mau membuka siapa di balik kesuksesannya.
Dan jika sudah seperti ini, merasa besar karena hasil usahanya sendiri, dan hasil ikhtiarnya sendiri, tanpa ada peran orang lain ! maka ia lupa pada dasarnya, manusia tak memiliki daya dan upaya selain karena pertolonganNya.
Untuk manusia yang lupa !
Allah gelapkan hatinya, Allah uji ia dengan sedikit kekuasaan, Allah uji ia dengan harta, Allah uji ia dengan pikiran-pikiran, dan rasa ego yang ada padanya.
Apa yang akan terjadi ?
Sulit ia untuk dihubungi oleh si penolongnya, yang hanya ingin sekedar bersilaturahmi.
Sulit ia bisa di ajak bicara dan berbincang, tidak seperti sebelumnya ialah yang mencari dan memerlukan saran si penolongnya.
Manusia selalu di uji !
Allah langsung yang ingin menyaring integritasnya.
Apakah ia betul manusia yang pandai bersyukur, dan bisa menghargai orang yang telah berjasa baginya !
Banyak orang yang patut kita hargai dan sayangi.
Menyayangi mereka, dan memberikan penghargaan padanya, merupakan bentuk rasa syukur kita pada Allah.
Sehingga ketika kita menjabat sebagai seseorang yang dalam tangan kita, kita ini memegang mandat kekuasaan…amanah yang harus kita jaga !
Maka Allah akan senantiasa menjaga kita, baik lewat orang-orang yang juga menyanyangi kita, agar tugas kita bisa lancar, bisa sukses, dan mendapat keberkahan dari Nya.
Alhamdulillah !
Ingatlah oleh kita, banyaknya jasa orang-orang yang telah membantu kita ketika kita-kita berada di posisi bawah, sebagai orang biasa, dan masih tak memiliki apa-apa !
Semakin banyak kita menginggat itu, maka kehadiran kita menduduki jabatan apapun, selalu akan memberikan bukti bahwa kita orang yang tepat yang Allah angkat derajatnya.
Dengan demikian, kiprah kita selalu akan memberikan kontribusi terbaik bagi umat, lewat kerja terbaik dari kita yang kita perbuat, umat betul-betul merasakan upaya keberkahan diri kita, dan ini tentunya, Allah akan terus memberikan nikmat yang tiada putus pada kita, karena Allah menyukai kita sebagai sosok yang tepat yang keberadaan kita, bisa bermanfaat bagi umat, Subhanallah.
Maka teruslah untuk mengingat jasa seseorang yang memiliki peran pada kita…bisa jadi, ia juga nanti yang akan menunjukan cara kepada kita, untuk bisa berperan lebih hebat lagi ke depannya…Waahh, luarbiasa ! ***