Oleh Bambang Melga Suprayogi M.Sn.
MENGELUARKAN pendapat merupakan hal lumrah, sesuatu yang wajar, bebas-bebas saja, tidak dilarang !
Asal masih dalam koridor menjaga kehormatan pihak lain, tidak menyerang marwah suatu golongan tertentu, yang nantinya malah akan berbalik merugikan dirinya sendiri.
Menjaga lidah itu penting!
Ada pepatah,”lidah setajam pisau belati.”
Atau, “Lidah lebih tajam dari pada pedang.”
Betapa pengibaratan itu merupakan pesan bijak dari para luhur kita, yang sejak lama disampaikan, untuk mengingatkan setiap anak manusia, untuk faham, pada pentingnya menjaga lidah, menjaga “omongan,” agar setiap ucapan yang keluar dari mulut kita, tidak membuat orang lain tersakiti oleh ucapan yang kita sampaikan.
Menjaga lidah bagi orang pendiam, memang spesialisasinya.
Orang pendiam tak akan banyak cakap jika tak penting-penting sekali.
Namun berbeda dengan mereka yang harus banyak bicara, dan sering tampil di muka umum, tak bicara sesaat saja, baginya itu bisa jadi seperti ditimpa malapetaka.
Yah, bicara itu harusnya sesuatu yang bermakna, ada isi didalamnya, yang mengandung unsur kebaikan, dan edukasi.
Bicara yang baik itu lebih bermakna, walau sedikit ucapannya, tapi bisa mengena dan membekas.
Nah di kita, ada juga yang sedikit bicaranya, tapi itu mengiris, menyentak, dan membuat seantero nusantara jadi marah dan mengecam ucapannya.
Seperti kasus keseleo lidahnya seorang berilmu, yang memperkarakan keberadaan wayang dinegeri ini, konon menurutnya itu harus dimusnahkan !!
Karena haram.
Penekanan pada dua kata, “haram, dan di musnahkan,” seperti sudah bakal memetik api, dan…
Tak menunggu waktu lama, reaksi masyarakat se-nusantarapun riuh terdengar.
Kejadian yang seharusnya tak perlu terjadi…!Harusnya, lidah si orang ini mampu mengerem bicaranya.
Bisa jadi si orang ini, keenakan tekan gas, lupa dia buat ngerem, lupa dia buat ngontrol, hingga akhirnya, mobil melaju dengan remnya yang blong.
Saking kencengnya, hingga banyak menabrak sana sini, dan korbannya dia tinggalkan, tabrak lari dia.
Sebelumnya ia mencoba tak bertanggung jawab! dia melarikan diri, kabur dari permasalahan yang ia buat.
Tapi dasarnya apes, wajahnya gampang dikenali, larinya tak bisa jauh, untuk sembunyipun akhirnya percuma ia lakukan….
Perlunya bicara dengan dibarengi akal sehat, tentunya akan menghasilkan hal-hal yang baik, dan positif.
Tapi ketika bicaranya sudah dibarengi egodiri, adanya kebencian, lupa dibarengi kesadaran akal dan budi, yang terjadi adalah, ucapan seperti pendekar mabok, yang bicaranya meracau, dan meneror dengan ancaman, hingga terjadilah gejolak yang merusak ketentraman bersama.
Begitulah jika orang mabok diberi panggung, bukannya kita dapat tontonan yang melegakan, menggembirakan, dan bermanfaat !
Yang ada malah sebaliknya!
Lidah sangat berbahaya jika diumbar, apalagi tampa dasar dibarengi bernalar yang baik…lidah itu kunci bagi keselamatan dan celakanya diri.
Banyak orang besar jatuh ternista sebab ucapannya sendiri.
Ucapan dan mengontrol lidah, merupakan gambaran dari seorang yang cerdas.
Orang cerdas, ia akan menjaga ucapannya, dan kehormatannya, juga kehormatan orang lain yang harus ia jaga.
Maka jagalah lidah kita.
Jaga sebaik mungkin seperti kita menjaga benda pusaka.
Jangan coba main-main dengan lidah kita.
Karena kadang jika tak dilandasi ilmu, pemahaman, kebijaksanaan, dan kemampuan mengkontrol, si lidah kita bisa seperti lidah ular !!
Dia beracun, berbisa, dan resikonya, sipemilik lidah seperti itu akan di anggap berbahaya, sehingga keselamatan diri inilah taruhannya.
Sehingga pantas, Nabi berpesan pada kita untuk mampu menjaga lidah kita, seperti dalam hadist…
“Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan.” (HR. al-Bukhari).
***