Search
Close this search box.

REFLEKSI | Nama Baik

Bagikan :

Oleh Bambang Melga Suprayogi, M.Sn.

TERKADANG kita lupa, kita memiliki nama yang harus kita jaga reputasinya. Menjaga nama baik kita sama dengan kita berjihad melawan nafsu yang kerap kali hadir, dan ingin menenggelamkan kita dalam kubangan lumpur dosa yang akan membuat kita kotor, dan penuh bau tak sedap.

Yaa, Nabi SAW berujar, melawan hawa nafsu diri sendiri, lebih berat dibanding perang apapun yang telah dimenangkan para sahabat, dan dianggap itu adalah perang kecil, oleh Nabi.

Oleh karena itu, ketika Rasulullah SAW kembali dari suatu peperangan beliau bersabda. “Kita kembali dari jihad yang kecil menuju jihad besar.”

Rasulullah SAW bersabda: “Musuhmu yang paling besar adalah nafsumu sendiri yang berada di antara dua lambungmu.”

Menjaga nama baik diri adalah menjaga nafsu kita agar bisa terus kita perangi, dan kita selalu memenangkan peperangan tak berkesudahan itu.

Ada saja jalannya nafsu, mencari celah kelengahan kita, untuk menghancurkan nama baik kita, dengan perbuatan yang dilakukan oleh kitanya sendiri, tanpa kita sadari hal tersebut, atau memang kita sadar hal itu.

Kebodohan-kebodohan diri kadang muncul spontan begitu saja, ketika ada kesempatan yang melupakan kita harus menjaga nama baik kita.

Semisal, tiba-tiba datang rasa sombong, yang diperlihatkan dengan kita acuh tak acuh pada suatu peristiwa, yang mana publik sedang memperhatikan sikap kita.

Dalam suatu peristiwa, tiba-tiba datang rasa merasa perlu dihormati, dan orang harus mengetahui kapasitas kepangkatan, keberadaan, atau jabatan kita…dan sikap lainnya, yang akan terlihat dari semua hal, baik dari gesture kita yang nampak tak anggun, dan terlihat angkuh.

Menjaga nama baik bukan berarti kita harus manis di mulut, terlihat baik dari sikap, dan terlihat kita orang yang soleh, dan sudah benar dalam berilmu, karena ini bisa jadi seperti jebakan, pulasan, bedak tebal yang menutupi borok, dan Itu masih sebatas kulit !

Baca Juga :  Gempa Merusak Sebuah Rumah di Sukabumi

Dan kadang banyak orang tertipu dengan apa yang nampak secara visual, kasat mata itu.

Kebaikan yang hakiki dari kita sebagai individu dalam menjaga amanah nama baik kita, adalah karakter kita sebenarnya, yang kita miliki, dan telah diperjuangkan selama kita menyadari bahwa diri kita harus berkarakter baik, yang memang telah kita usahakan, untuk bisa menjaga nafsu-nafsu kita dalam urusan duniawi, dan sahwat, yang bisa mengelincirkan nama baik kita, dihadapan manusia maupun sang pencipta.

Menjaga nama baik kita, tak lepas dari kemampuan kita dalam mengontrol diri, menjaga kesadaran, dan menjaga kewarasan kita sebagai individu, maupun mahluk sosial.

Itu akan bisa kita rasakan, saat ada pergulatan pemikiran, pemahaman, dan konflik-konflik yang menguji karakter baik kita dilapangan, di kehidupan nyata, baik dalam keluarga inti, sanak famili keluarga besar, bahkan dengan masyarakat luas ketika kapasitas kita membesar dan pengaruh kita semakin meninggi.

Menjadi manusia yang mampu menjaga nama baik itupun akan di uji !

Di uji karakter mentalnya, apakah akan berubah ketika ada masalah, atau ia mempunyai prinsip yang tak akan goyah mempertahankan kebenarannya.

Di uji kesetiaan perkawanannya, saat butuh kawan yang ia perlukan, ia kejar tak kenal waktu, saat sudah jadi orang besar, kawan yang setia ia tinggalkan.

Di uji harta, tahta, dan wanita, ketika kita sudah seperti magnet, dimana kemudahan sudah seperti tersedot kekuatan magnet diri kita, dan itu semua datang tak diundang, sebagai sebuah godaan besar yang akan menjerumuskan kita, jika kita lengah.

Maka kita di tuntut untuk selalu tersadar !
Kedirian kita harus selalu menundukkan hati kita.
Hadirkan bahwa kita mahluk yang penuh dosa, dan banyak khilaf, Sehingga yang terbangun adalah, berkeharusan selalu beristighfar, menginggat sang kuasa, maha pencipta kita.

Baca Juga :  Waduh ! Ternyata Pelaku Yang Diamuk Massa di Rungkut Ternyata Pasien Rawat Jalan RSJ Menur

Menjaga nama baik kita, dari setiap wilayah lingkungan yang kita masuki itu merupakan jihad terbaik kita !

Bisa dari lingkungan keluarga kecil kita, keluarga besar kita, lingkungan kita kerja, lingkungan kita berorganisasi, lingkungan kita bermasyarakat, lingkungan kita bernegara, dan berbangsa, nama baik kita terus dipertaruhkan nama baiknya.

Jihad terbesar dan terakbar kita yang terus kita gaungkan. Adalah menjaga nama baik itu !

Merusak nama baik kita, adalah potensi kehancuran diri kita sendiri !

Dan tak ada yang paling ampuh yang memiliki kekuatan merusak reputasi nama baik kita, selain kebodohan, dan kekonyolan yang bisa tampa sadar kita lakukan atas nama kecongkakan, kesombongan, dan merasa paling suci dan beriman diri kita dibanding orang lain yang ada di sekitar kita.

Jika hal ini sudah terdeteksi, dan rasa sombong diri sudah ada !
Maka api kehancuran diri akan menghanguskan kita, dan melumatkan kita dengan tampa ampun, menjadi debu tak berguna, sebab kebodohan itu terus kita pelihara.

Semoga kita semua selalu diberkati untuk memiliki kesadaran menjaga nama baik diri kita sendiri.

Dari kita, untuk kita, dan tanggung jawab kita menjaga kehormatan nama baik kita.

Untuk ini, semoga Allah membantu semuanya dalam menjaga kehormatan nama yang kita sandang, dan selalu menginggatkan kita jika kita lupa.

Sehingga pada akhirnya kita bisa menjaga nama baik diri, nama baik keluarga, nama baik agama, nama baik institusi dimana kita bekerja, nama baik organisasi dimana kita berkiprah, dan nama baik kita sebagai warga bangsa yang tahu diri… aamiin.

Alhamdulillah.***

Baca Berita Menarik Lainnya :