REFLEKSI | Perjamuan dan Keberkahan

Silahkan bagikan

Oleh Bambang Melga Suprayogi M.Sn.

PERJAMUAN adalah beristiwa sakral, dimana berkumpul banyak orang untuk menikmati suatu hidangan yang dinikmati bersama sama.
Untuk saudara kita yang beragama Nasrani, ada dikenal istilah perjamuan terakhir, perjamuan Kudus, “The last Supper.”

Dimana saat itu baginda Nabi Isa, bersama para sahabatnya, melakukan makan bersama, dengan jamuan yang dihidangkan Allah, spesial, didatangkan jamuan itu, dari perbendaharaan langit, khusus dari surga, yang para koki, dan chief-nya adalah malaikat terampil yang terlatih, sudah mendapat sertifikasi khusus, untuk menangani hidangan-hidangannya, para penghuni surga….luarbiasa.

Apa yang terjadi dari peristiwa makan bersama itu ?
Nah yang terbangun dari acara makan bersama itu, adanya kedekatan batin, hati tertaut dengan hati lainnya, sehingga hubungan keakraban terbangun lebih intens.
Adanya interaksi aktif dalam acara makan-makan, membuat pikiran-pikiran negatif tidak mampu menempel menjadi parasit.

Keimanan para sahabat Nabi Isa bertambah…. keyakinan mereka menguat.
Semua bergembira dalam acara makan bersama itu, semua bersuka cita, ada keriangan dalam canda dan tawa, seperti halnya kalo kita orang Sunda, sedang mengadakan, “botram !”
Ada yang so merasa,” riweh paciweh,” getol sendiri, cape sendiri, tapi semua merasa asik asik saja…
Mereka menyiapkan hidangan, “botram,” untuk tujuan di makan bersama-sama, “ngariung mungpulung,” menikmati, “anu di pika suka,”… Alhamdulillah !
Kata orang Jawa mah, “mangan ora mangan kang penting ngumpul
Hayooo akui, bukankah ini asik ?

Lihat apa yang terjadi untuk memanjakan urusan perutnya orang Sunda, dalam acara kreatif yang dinamakan “botram..!” Itu.
Lihat wajah wajah yang berkumpul disana.
 Lihat bahasa tubuh yang bisa kita saksikan.
 Lihat ekspresi wajah yang sangat natural…
Di peristiwa itu, kita tak melihat adanya kesedihan.
 Apalagi kemuramdurjaan. 
Semua gembira, suasana terbangun ceria, hidup bersama disana seperti menemukan nyawanya.
 Hidup ternyata lebih hidup, dengan acara makan bersama itu.

Baca Juga :  Bupati Sidoarjo Lantik 7 Pejabat Eselon II dan III

Nah, kalo di jaman kita, sekarang ini, kegiatan makan bersama seperti itu, pastinya, menjadi kegiatan yang menyenangkan…
Lantas, bagaimana suasana makan bersama jaman nabi ?
Apa ada bedanya ?
yaaa…nabi pun melakukan hal yang sama seperti cara yang dilakukan orang Sunda dalam hal makan bersama, dengan yang disebut, “botram itu!”

Ini yang jarang diulas !!
 Memang berkumpulnya nabi, dengan para sahabat, hanya untuk bicara bicara masalah serius saja !!
Atau hanya urusan menyampailan persoalan shering ilmu saja ?
Oh ternyata tidak seperti itu Robusta !! 
Eh, tidak seperti itu Ferguso hahaha…
Nah, Nabi ternyata membangun kebersamaan dan keeratan batin dengan para sahabat, melalui jalur diplomasi makan makan bersama…

Malah cara mengajak makan pun, cara nabi bisa mengejutkan si empunya rumah, tuan rumah yang menyediakan jamuannya.
Coba apa ada yang berani menyanggah apa yang penulis tulis ini ?
Artinya apa?
Dakwah Nabi itu kreatif, berdakwahlah beliau, melalui cara, lewat jalur dakwah mengisi perut dengan makan-makan.

Ingat ketika nabi mempersiapkan parit untuk perang Khandaq, dan para sahabat saking kelaparannya mengikatkan batu pada perut mereka sebagai penganjal…
Lalu Nabi di datangi sahabatnya, Jabir, bermaksud ingin membantu agar nabi bisa mendapatkan makan dan tidak kelaparan.

Setelah meminta izin pulang pada Nabi, untuk menemui istrinya, sahabat Jabir ini lalu pergi menyiapkan makanan olehan dari gandum dan menyembelih seekor domba kecil.
Nabi diminta datang ke rumah Jabir, sambil Jabir membisiki, makan yang ia buat hanya cukup untuk menjamu sedikit orang, dan utamanya ia siapkan itu hanya untuk nabi saja.

Lalu ….
Apa yang di lakukan nabi. 
Nabi malah mengundang, dan mengajak seluruh sahabat yang berjumlah 1000 orang untuk datang ke rumah Jabir.
 Masyaallah….dahsyat sekali.
Sungguh yang Nabi perbuat itu sangat membuat khawatir Jabir dan istri, bagaimana bisa 1000 orang bisa menyantap hidangan yang diperkirakan hanya cukup di nikmati 4 orang saja.

Baca Juga :  Buron Dua Bulan, "Si Kuya" Tak Berdaya Diringkus Aparat Polsek Pasirjambu

Ternyata apa yang dimasak sahabat Jabir, masakannya, bisa menjadi jamuan yang mampu dinikmati oleh 1000 orang sahabat nabi yang datang…. subhanallah.
Bayangkan 1000 orang berkumpul !!
 Lalu mereka bisa makan-makanan enak, roti gandum dan kari daging domba muda…
Masyaallah….sampai membuat penulis jadi pengen makan juga ini.

Keramaian acara botram ala nabi yang besar-besaran itu, sungguh sangat spektakuler!!
Jika kita mampu membayangkan saat itu, kita bisa merasakan, bagaimana kebahagian, rasa suka cita, dan cinta luar biasa dari sahabat pada nabi, itu memancar dari wajah-wajah lelah para sahabat, yang terpuaskan dengan bisa kenyang bersama, dari sebelumnya, perut mereka diganjal semua dengan batu… sebagai pengganjal rasa lapar.
 Subhanallah!!

Seperti mata air, yang memancarkan air yang tak ada habis habisnya… kari dan roti gandum yang dimakan oleh semua sahabat tak ada habis-habisnya !!

Kari dikuali si sahabat, ternyata tak pernah berkurang!
Dan roti yang diambilpun sama, jumlahnya tetap seperti semula.

Yaaa berkat ke ikhlasan Jabir dan istri, nabi dan para sahabat bisa kenyang bersama, makan bersama, dan kumpul dalam suasana ceria, ditambah keimanan yang akhirnya menjadi kokoh dan ketaqwaan padaNya yang semakin menguat.

Alhamdulillah.***

M Purnama Alam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Next Post

Tentang Potensi Beda Awal Ramadan 1443 H, Kemenag: Tunggu Hasil Sidang Isbat

Jum Apr 1 , 2022
Silahkan bagikanVISI.NEWS | JAKARTA – Ada kemungkinan terjadi perbedaan Awal Ramadan 1443 H karena metode penetapan yang digunakan tidak sama. Ada yang akan mengawali Ramadan pada 2 April 2022 dan kemungkinan ada pula yang mulai puasa pada 3 April 2022. Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag Adib mengajak […]