REFLEKSI | Pikiran Buruk

Silahkan bagikan

Oleh Idat Mustari

ALKISAH, ada seorang raja memerintah di suatu negeri. Raja itu sangat dekat dengan salah satu penasehatnya. Kedekatan ini membuat salah seorang temannya itu tidak menyukainya. Lantas ia berpikir buruk mencari cara agar penasihat itu dibenci bahkan dihukum raja.

Dalam satu kesempatan orang itu bertemu raja dan berkata,” Wahai raja, aku ingin menyampaikan sesuatu tentang penasehatmu itu.”

“Apa itu ?,” tanya raja.

“Penasehatmu itu selalu berkata kepadaku, bahwa mulut baginda itu bau sekali. Jika baginda tak percaya, panggillah lagi orang itu esok hari. Jika ia menutup mulutnya, itu pertanda bahwa ia menghindari bau mulut paduka”.

Raja pun tersinggung dan berjanji akan memanggil si penasehat di esok hari.

Orang itu kemudian mengundang sang penasehat untuk makan bersama. Orang itu menjamu dengan makanan yang bawang dan makanan yang berbau tajam, sehingga mulut si penasehat menjadi bau.

Keesokan harinya sang penasehat  dipanggil raja. Raja lalu berkata, “Kemarilah engkau mendekat”.

Sang penasehat yang telah memakan banyak bawang itu lalu mendekati raja dan menutupi mulutnya sendiri karena khawatir aroma mulutnya akan mengganggu sang raja.

Melihat orang itu menutupi mulutnya, raja pun berkesimpulan bahwa orang ini sedang bermaksud untuk menghina dirinya.

Sang raja lalu menulis surat dan memberikannya pada orang itu. “Bawalah surat ini kepada salah seorang menteriku,” ucap raja, “Niscaya ia akan memberimu hadiah”.

Sebetulnya surat yang ditulis raja ini bukanlah surat utuk pemberian hadiah. Raja sangat tersinggung, karena itu ia menulis dalam surat itu, “Hai menteriku, jika engkau bertemu dengan orang yang membawa surat ini, penggallah kepalanya. Kemudian bawalah kepala orang ini ke hadapanku”.

Baca Juga :  Bima Arya: Corona Bukan Sekadar Cobaan Kesehatan

Pergilah si pemberi nasehat itu dari istana. Di pintu ke luar, ia bertemu dengan temannya yang jahat itu. Temannya yang jahat itu bertanya “Apa yang dilakukan baginda kepadamu?”

“Raja menjanjikanku hadiah dari salah seorang menterinya,” ujar si penasehat sambil memperlihatkan surat dari raja. “Kalau begitu biar aku yang membawanya,” kata temannya itu.

Akhirnya, temannya yang berpikiran buruk, itulah yang celaka dan mendapat hukuman mati.

Pesan moral dari kisah itu adalah bahwa jangan pernah punya pikiran buruk, akal busuk bermaksud mencelakakan orang lain, sebab keburukan itu akan kembali pada diri sendiri.

Percayalah-yakinlah bahwa Allah akan membalas orang yang berbuat buruk atau berbuat baik pada orang lain dengan Cara-Nya.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Az-Zalzalah, ayat 7 dan 8 sebagai berikut:

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

Artinya: “Barangsiapa berbuat kebaikan sebesar zaroh pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan keburukan sebasar zaroh pun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya pula”. ***

M Purnama Alam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Next Post

Terima Kunjungan Haedar Nasir, NU-Muhammadiyah Sepakat Tolak Politik Identitas

Jum Mei 26 , 2023
Silahkan bagikanVISI.NEWS | JAKARTA – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah sepakat menolak politik identitas dalam pemilihan umum (Pemilu) 2024 mendatang. Para pimpinan ormas Islam ini memandang politik identitas sangat berbahaya dan berpotensi menimbulkan perpecahan di tengah kehidupan masyarakat. Menurut Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil […]