Oleh Idat Mustari
SATU SAAT Jalaluddin Rumi berkisah, di sebuah kota ada seorang pria yang menanam pohon berduri di depan luar halaman rumahnya.
Pemimpin lingkungan sudah berulang-ulang memperingatkannya agar memotong pohon berduri itu. Setiap kali diingatkan, orang itu selalu mengatakan bahwa ia akan memotongnya keesokan hari.
Namun, orang itu tidak juga memenuhi janjinya. Setelah beberapa tahun, orang itu bertambah tua, tapi pohonnya yang berduri belum dipotong juga. Pohon itu bahkan bertambah besar, tumbuh seiring dengan waktu.
Cabang-cabangnya yang tajam menutupi hampir semua bagian jalan. Duri itu tidak saja melukai orang yang melalui jalan, tapi juga melukai pemiliknya. Sang pemilik kini ingin memotong pohon itu. Tapi apa daya, usianya sudah sangat tua. Ia menjadi amat lemah sehingga tidak mampu lagi untuk menebas pohon yang ia tanam sendiri.
Di akhir kisah itu Rumi memberikan nasihatnya, “Dalam hidup ini, kalian sudah banyak sekali menanam pohon berduri dalam hati kalian. Duri-duri itu tidak saja menusuk orang lain, tapi juga dirimu sendiri. Ambillah kapak Haidar, potonglah seluruh duri itu sekarang sebelum kalian kehilangan tenaga sama sekali.”
Yang dimaksud Rumi dengan pohon berduri dalam hati adalah penyakit-penyakit hati kita. Bersamaan dengan bertambahnya umur, meningkat pula kekuatannya. Tak ada lagi waktu yang lebih tepat untuk menebang pohon berduri di hati kita selain saat ini. Esok hari, penyakit hati itu akan semakin kuat sementara tenaga kita bertambah lemah. Tak ada lagi daya kita untuk menghancurkannya.
Jangan heran jika ada orang yang semakin tua usianya, tidak berubah wataknya, sifatnya, angkuhnya angger, sombongnya angger, dengkinya angger, padahal seharusnya semakin tua umurnya seharusnya angkuhnya berubah jadi tawadhu, hatinya yang sempit berubah jadi lapang, itu semua dikarenakan saat tenaganya masih kuat tidak dimaksimalkan untuk memotong duri-duri yang ada di hatinya.
Semoga kita adalah orang-orang yang mampu memotong pohon berduri dalam hati sebelum kehilangan kemampuan memotong pohon berduri itu.***