Oleh Idat Mustari
ADA seorang laki-laki yang ditinggal mati oleh istrinya. Ia menangis saat melihat tubuh istrinya yang sudah terbujur kaku. Air matanya terus mengalir hingga ke tempat peristirahatan terakhir istrinya. Selang beberapa bulan dari itu, laki-laki itu menikah lagi.
Ada juga orang yang tubuhnya nampak sehat, tiba-tiba meninggal dunia. Istri, anak-anak dan keluarganya menangis oleh musibah yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Tetapi tidak begitu lama, mereka seperti sudah melupakannya.
Ada juga satu keluarga yang mempunyai anak beranjak dewasa. Sewaktu pulang dari aktivitasnya, sang anak itu merasa pusing. Anak itu dirawat di rumah sakit hingga akhirnya meninggal dunia. Semua keluarganya menangis menderita dengan kejadian itu. Namun selang beberapa lama, mereka seperti melupakannnya begitu saja.
Siapapun orangnya bertahta atau tidak, berharta atau tidak, ketika meninggalkan dunia ini, tidak selang berapa lama akan dilupakan oleh orang-orang bahkan oleh keluarga terdekatnya sendiri.
Saat orang-orang melupakan, namun ada yang tidak akan melupakannya yakni teman sejati.
Teman sejati adalah amal kebaikan yang ditanam di dunia ini. Ia lah yang akan menemani kita di alam kesendirian.
Amal saleh akan mewujud sebagai sosok yang rupawan, indah dan harum. Kehadirannya akan membuat kita bahagia. Sedangkan amal buruk akan mewujud sebagai sosok yang menakutkan, kotor dan bau. Kehadirannya membuat kita ketakutan. Begitu kata Alm KH. Jalaluddin Rakhmat, dalam bukunya, The Road to Allah.***