Oleh Dede Farhan Aulawi
TERKADANG seorang anak merasa malas atau malah menggerutu saat disuruh orang tuanya.
Biasanya berlindung di balik alasan capek, lelah, bosan disuruh-suruh melulu.
Lalu terkadang dia membandingkan dengan kakak atau adiknya, dimana menurutnya jarang disuruh-suruh.
Sesekali coba perhatikan ibu kita,
Beliau kalau sedih..
Entah mungkin karena berantem kecil dengan bapak. Atau kecewa sama perilaku orang lain.
Yang saya lihat dari ibu adalah..
Seringkali baju-baju di lemari dikeluarkan. Terus disetrika, padahal masih rapi.
Atau kadang beliau nyuci.
Sambil sesekali netes air mata.
Saya tanya.. “Kenapa bu?”
Beliau kadang cerita.. kadang tidak.
Tapi tangan tetap bekerja.
Belakangan saya baru tahu setelah belajar dari banyak literatur. Bahwa ternyata.. mengerjakan sesuatu itu punya dampak besar secara psikologis.,.
Tubuh yang bergerak akan memicu dihasilkannya hormon endorphine yang bisa mempengaruhi kebahagiaan. Dan ini menyehatkan mental.
Oo pantes.. banyak wanita-wanita zaman dulu kalau lagi sedih, biasanya terus bersih-bersih kamar mandi, nyapu pekarangan.
Ngepel lah.. nyuci lah.. setrika lah.
Ini mengurangi sedih ternyata….
Kalau sekarang..??
Sedih update status….
Bukannya bahagia malah tambah galau.
Dan sama saja menyebarkan aib diri…
Maka dari itu.
Kalau kita sedang sedih. bekerjalah untuk mengurangi rasa sedih…
Kerjakan apa saja yang saat ini bisa kita kerjakan. Jangan diam.
Karena ketika kita berhenti bekerja.
Berhenti mengerjakan sesuatu.
Berhenti beraktivitas akan memperburuk mental…
Sebuah Pepatah mengatakan.. “Al harokatu, barokah.” (bergerak itu berkah)
Makin males.. Makin lemes.
Tetap semangat dan terus bekerja.
Jangan mengeluh lelah atau capek.
Karena yang hanya diam saja tak mau bergerak, sebenarnya dia akan lebih capek.
Saat kita lelah karena bekerja, maka itu akan bernilai ibadah.
Tapi kalau lelah karena diam dan hanya berkeluh kesah. sesungguhnya dia hanya menunggu dibungkus kain kafan.
Merenung dan berfikirlah.
Terus action dengan kerja.
Jangan hanya diam lalu menyalahkan orang,
Karena boleh jadi sumber masalahnya adalah diri kita sendiri.
Salam sehat.**
- Penulis, DR. Ir. H. Dede Farhan Aulawi, MM, CHT adalah motivator.