Search
Close this search box.

REFLEKSI | Umat Pembelajar di Nuzulul Qur’an

Bagikan :

Oleh Bambang Melga Suprayogi M.Sn.

AYAT PERTAMA di Al Qu’ran, yang diturunkan Allah ke muka bumi, yang dibawa oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, di Gua Hira, adalah “Iqro.”

Peristiwa datangnya malaikat Jibril pada Nabi SAW, terjadi, pada saat beliau, Sang Nabi melakukan uzlah, menyepikan diri dari keramaian, untuk melakukan perenungan dengan berkhalwat, sebagai suatu cara, beliau menemukan kedamaian bathin, dan usaha untuk melakukan pendekatan diri, mendekat pada Sang Maha Pencipta.

Hingga ia mendapati malaikat Jibril mendatanginya, dan mengajarkan untuk ber “Iqra” bunyi ayat pertama, yang ada di surat Al’ Alaq, yang berarti, “bacalah”.

Awalnya nabi sendiri merasa ragu, tidak memiliki kemampuan untuk membaca, sampai oleh malaikat Jibril, setelah nabi terus ragu hingga 4 kali, malaikat akhirnya mendekap badan Sang Nabi, hingga Nabi SAW sesak nafas karenanya, dan setelah itu, menegaskan ia (Nabi) pasti bisa.

Dan pada akhirnya, dengan pengajaran malaikat Jibril, Nabi SAW mampu menangkap apa yang diajarkan, dan bisa menyerap apa yang harus ia kuasai.

Dari 19 ayat, yang terdapat pada surat Al ‘Alaq ini, ada poin penegasan yang Allah tekankan, sebagai bekal bagi kita sebagai umat pembelajar, yang terus menerus harus melakukan usaha mencerdaskan dirinya, dengan giat membaca, dan ini terlihat di 5 ayat awal, surat Al’Alaq yang isinya ;

Iqra’ bismi rabbikallażī khalaq
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan

Khalaqal-insāna min ‘alaq
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

Iqra’ wa rabbukal-akram
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha mulia,

Allażī ‘allama bil-qalam
4. Yang mengajar (manusia) dengan pena.

‘Allamal-insāna mā lam ya’lam
5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

Baca Juga :  5 Hal yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Ada Petir di Dalam Rumah

Surat Al ‘Alaq merupakan surat Makkiyah yang terdiri dari 19 ayat. Ayat pertamanya yang mengajak Nabi ber’iqro, membuat surat ini terkadang disebut sebagai surat iqra.

Surat Al ‘Alaq, merupakan wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW pada 17 Ramadan, 13 tahun sebelum hijrah atau tahun 610 M.

Dengan diturunkannya wahyu pertama, surat Al Alaq ini, maka itu menandai awalan pengangkatan Nabi Muhammad SAW, sebagai nabi dan rasul terakhir.

Qur’an surat Al Ma’idah ayat 3;
Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. Tetapi barangsiapa terpaksa karena lapar, bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Sebagai pegangan umat pada hal terkait menimba ilmu, surat Al-Alaq di ayat 1 hingga 5, menjadi landasan dasar yang esensial, terkait ;

1. Harus kuatnya keyakinan, bahwa Tuhan yang maha pencipta, membimbing kita dalam memahamkan apa yang ingin kita tahu, dan kunci pembukanya, kesadaran kita untuk ingat, dan menyebut namaNya, ketika kita siap mulai pembelajaran. Hal ini jika dalam ilmu pendidikan, adalah menanamkan rasa percaya diri di awal pembelajaran, dengan di sugesti, Allah siap membantu kita.

2.Menginggatkan manusia kembali pada proses penciptaan, bahwa sebelum menjadi segumpal darah, sperma terpilih, telah melakukan kompetisi luar biasa, untuk memenangkan dirinya, berlomba dengan belasan juta sperma lainnya, agar ia bisa membuahi sel telur, sehingga itu akan terus berproses menjadi janin, dan manusia yang terlahir ke dunia, adalah merupakan manusia pilihan, yang sejak awal dari masa penciptaannya, ia telah menjadi pemenang di alam rahim.

3. Menginggatkan manusia untuk sadar, tiada yang lebih pintar dari Tuhannya yang Maha Mulia, dan itu memerlukan pemahaman di atas kesadaran rata-rata, sehingga tak ada yang disombongkan dari kepintaran yang ia miliki, dan ilmu yang ia dapat harus mampu menjadi ilmu yang mulia yang bermanfaat bagi umat manusia.

Baca Juga :  Calon Bisa Gugat Hasil Pilkada ke MK Maksimal 3 Hari Usai Pengumuman

4.Mengingatkan manusia, yang mengajarkannya dengan pena (ilmu pengetahuan yang terhimpun) sehingga apa yang sudah ada, bisa dipelajari untuk membuat ilmu semakin tersebar dan berkualitas.

5. Mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya, merupakan bahasa simbolis, dimana Allah tidak pelit dalam masalah membagikan ilmuNya, ia akan memberi perbendaharaan ilmuNya, pada mereka yang selalu mengingatnya, dan selalu menyebut namaNya, dalam setiap kondisi, dan keadaan. Sehingga lisannya Allah penuhi hikmah.

Dalam sejarah Islam, Nuzulul Qur’an adalah peristiwa pertama kali diturunkannya wahyu Allah SWT berupa Al Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW…dan itu kita peringati setiap tanggal 17 Ramadan.

Diturunkannya Al Qur’an merupakan babak baru bagi umat Muslim membuka lembaran bab, dari kebodohan menuju Muslim yang cerdas, terdidik, terpelajar, banyak paham, dan Muslim kritis yang tidak bisa di bodohi dan diperdaya.

Umat harus bangkit dengan kesadarannya sendiri, mengejar ketertinggalan, dan harus menjadi umat Muslim yang wajib paling berbahagia.

Walaupun Nabi SAW telah menenggelamkan zaman kejahiliyahan, tapi masih ada umatnya yang berkubang di kejahiliyahan modern sekarang ini, dan itu harus kembali ditengelamkan, dan umat siap menuju Muslim berkeadaban, moderat, dan berkemajuan.

Kita tinggalkan kegelapan perselisihan khilafiyah, menuju, zaman yang terang benderang dalam khilafiyah yang tak harus diperdebatkan, karena semuanya baik…

Perbedaan pandangan dalam Islam harus disikapi sebagai sebuah rahmat, sebagai sebuah kebaikan, yang kita harus syukuri.

Umat kita tidak bisa dipungkiri, telah terbagi dalam golongan dan kelas kelasnya.
Seperti halnya di jenjang pendidikan umum yang harus kita ikuti, seperti itulah analoginya kita memahami kondisi umat Islam kita saaat ini.

Biarkan setiap umat belajar untuk mulai cerdas, dan membangun semangat intelektualnya.

Baca Juga :  Angin Kencang di Jabodetabek Diperkirakan Berlangsung sampai Akhir Tahun

Sehingga ia bisa naik ke jenjang level yang lebih tinggi…
Lebih baik, lebih perpemahaman, dan mampu menjadi umat yang lebih berkualitas, dan bukan buih.

Semua individu dalam umat ini harus saling bantu, saling memberi paham, dan yang yang tidak paham jangan berbesar kepala seperti yang sudah benar.

Jauhi pertentangan dan perbedaan.
Dekatkan kesamaan sebagai sebuah ikatan, dan kekuatan.

Dan syaratnya untuk menggapai itu semua, umat Muslim ini harus terus menerus belajar, terus membaca, “Iqro” seperti yang malaikat Jibril amanatkan dan tegaskan kepada Nabi kita, Muhammad SAW.

Ber “Iqro” berarti mau membuka nalar, memakai pikir, dan menyelaraskan pemahamannya, dengan kata hati, jauh dari mengedepankan emosi.
Iqro adalah masuk kepada kebutuhan ibadahnya batin, ibadah dalam mencari ilmu, yang harus dibangun dengan menata niat suci kita, yang niat mencari ilmunya itu, semata-mata untuk mencari ridhanya Allah.

Iqro kita berarti, kita mau membuka cakrawala pemahaman, keimanan, dan kebermanfaatan diri, untuk kebaikan umat.

Mari sambut Nuzulul Qur’an yang sebentar lagi akan kita jelang, umat “Pembelajar,” adalah umat yang akan menggapai kemenangan hidup di dunia, maupun kemenangan hidup di akhiratnya kelak, tentunya dengan penuh bahagia, dan penuh kemenangan yang gilang gemilang.
Bahagia dengan “Iqro,” berarti kita bahagia sebagai pribadi Muslim yang selalu memiliki semangat Islam yang kaffah, insyaAllah.***

Baca Berita Menarik Lainnya :