VISI.NEWS | BANDUNG – Menjelang tahun politik 2024, posisi tawar generasi milenial menjadi rebutan semua pihak yang dapat menentukan dukungan politik dan arah kebijakan politik di masa yang akan datang.
Demikian disampaikan Anggota DPRD Jawa Barat (Jabar) Reynaldi, menurutnya peran strategis milenial dalam bidang politik sekarang ini harus dimanfaatkan untuk membangun tatanan demokrasi yang bekeradilan.
“Generasi milenial dipastikan adalah yang melek politik dan terliterasi politik dengan baik, namun tidak sedikit pula milenial yang apriori bahkan apolitis,” katanya.
Politisi muda di Partai Golkar Jabar ini mengungkapkan, tentang tantangan yang dihadapi generasi milenial dalam kehidupan politik dewasa ini.
“Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020 sebesar 69,38 juta jiwa atau 25,87 persen dari jumlah penduduk Indonesia, dan itu akan terus berubah seiring dengan waktu,” ungkapnya.
Melihat jumlah generasi milenial berusia antara 17 sampai 37 tahun, maka posisi generasi milenial tidak bisa dipungkiri bagian utama yang menentukan kondisi kehidupan berpolitik di masa kini dan yang akan dating.
“Generasi milenial menjadi bagian dari penentu kemajuan dan keberhasilan demokrasi dari tingkat daerah hingga tingkat nasional,” ujar Reynaldi.
Atas dasar itu, Reynaldi berpesan dan mengajak generasi milenial untuk tidak apatis atau apriori dengan kondisi di sekitarnya, apalagi jika terjadi sebuah ketimpangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Generasi milenial tidak bisa cukup berdiam diri saja, tetapi paling berkewajiban menjadi pihak yang kritis mengawal jalannya demokrasi di negeri ini,” pungkasnya. @eko