Search
Close this search box.

Sangkot Marzuki: Indonesia Pernah Menjadi Pusat Berbagai Penelitian Global

Prof. Sangkot Marzuki sebagai Guest Editor dari PNAS special feature, Prof. Daniel Murdiyarso selaku Ketua AIPI, Chairil Abdini yang merupakan Sekjen AIPI, dan Inaya Rakhmani sebagai Anggota Kehormatan ALMI hadir sebagai pembicara pada diskusi bertajuk Navigasi Inovasi: Membahas Peta Jalan Sains menuju Indonesia Emas 2045" di Perpusatakaan Nasional, Senin (20/5/2024). /visi.news/Youtube@conversationIDN/tangkapan layar

Bagikan :

VISI.NEWS | JAKARTA – Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Daniel Murdiyarso, hari ini menekankan pentingnya kebijakan sains dan teknologi dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Menurutnya, sains Indonesia membutuhkan desain ekosistem yang memungkinkan proses produksi pengetahuan. Hal ini disampaikannya dalam acara “Media Briefing: Navigasi Inovasi: Membahas Peta Jalan Sains menuju Indonesia Emas 2045” yang diselenggarakan oleh AIPI dan The Conversation Indonesia.

Daniel menegaskan bahwa komitmen pemerintah dalam membangun ekosistem sains sangat penting dalam pengembangan sains di Indonesia. Tanpa dorongan pemerintah, akan sulit membangun ekosistem riset dan inovasi yang bisa mengatasi berbagai persoalan. Akan semakin sulit jika tidak ada desain pendanaan riset yang berkelanjutan.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal AIPI, Chairil Abdini, menyoroti peran pemerintah dalam pengembangan ekosistem sains dan riset1. Dia mengatakan peran pemerintah dalam ekosistem riset ada pada konteks aturan dan regulasi. “Tidak akan ada perubahan tanpa leadership, sehingga kita butuh pemimpin yang betul-betul paham pentingnya sains dalam menuju visi Indonesia Emas 2045.

Ilmuwan juga memberikan informasi dan pendidikan publik terkait rekomendasi pembenahan sistem riset, sains dan teknologi di Indonesia. Hal ini tertuang dalam seri artikel special features “Progress and Promise for Science in Indonesia” yang terbit pada April 2024 dalam salah satu jurnal ilmiah terbaik dunia Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS).

Editor tamu yang mengkurasi seri artikel tersebut, Sangkot Marzuki, menyoroti mundurnya sains Indonesia dibandingkan dengan masa Hindia Belanda. Dia menyebut Indonesia pernah menjadi pusat berbagai penelitian global. Sangkot menekankan pentingnya penelitian sains dasar (basic science) di setiap penelitian ilmiah yang dilakukan.

@rizalkoswara

Baca Berita Menarik Lainnya :