VISI.NEWS – Jiwa muda adalah jiwa yang menyimpan dan memiliki potensi tinggi dan berharga untuk mengabdikan diri kepada negeri ibu pertiwi, untuk bisa membawa ke perubahan sesuai dengan tuntutan zaman di era globalisasi yang kompleks.
Itulah sosok Sekretaris Camat (Sekmat) Pageurageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Asep Priayatin Saputra, S.STP., MM yang baru berusia 33 tahun. Ia dipromosikan jadi sekmat pada September 2019 lalu.
Sebelum dipromosikan menjabat sekmat, Asep Priayatin Saputra yang akrab dipanggil Pak Sekmat menuturkan, jabatan sebelumnya adalah di sekretaris daerah (sekda) dan memegang kendali di bagian organisasi.
“Saat itu saya sudah merampungkan evaluasi struktur organisasi perangkat daerah (SKPD),” ungkap Pak Sekmat via WhatsApp pribadinya ke VISI.NEWS, Jumat (26/6).
Tantangan dan rintangan terus datang silih berganti. Terpaan pendidikan yang didapatnya saat di Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) sebelas tahun lalu, adalah modal dasar dalam sebuah pengabdian dirinya sebagai ASN (aparatur sipil negara).
Tak mudah meniti karier di jenjang pegawai negeri sipil. Ragam cibiran yang diterima, “dimakannya” dengan lahap. Dan dianggapnya sebagai “hidangan” pembelajaran untuk pematangan mental.
Dalam melengkapi serta menjawab tantangan yang lebih kompleks dan modern di masa mendatang, pria berkulit sawo matang berdarah Grogot, Kabupaten Pasir, Provinsi Kalimantan Timur, terus mengasah kemampuan skillnya dengan menimba ilmu di S 2 Unversitas Siliwangi (Unsil) tahun 2011.
“Saat itu saya mendapatkan lulus cumlaude,” tandasnya.
Awal bergabung di Pemkab Tasikmalaya usai lulus di STPDN adalah di bagian Pemerintahan Setda Kabupaten. “Sebelumnya sempat magang beberapa bulan di BKD, ” jelas pria berdarah keturunan asli Tatar Sukapura ini.
Dikatakannya, jika dilihat dari latar belakang dirinya bukanlah seorang pendatang atau perantau berada di dataran Kota Kabupaten yang di latar belakangi Gunung Galunggung ini, tetapi asli pribumi.
“Sebenarnya Ibu saya asli dari Jatiwaras dan ayah orang pribumi Parungponteng, Kabupaten Tasikmalaya, ” tandasnya.
Ia dibesarkan dan menimba ilmu di Kalimantan hingga SD, tepatnya di kawasan Grogot karena sang ayah bertugas di Provinsi Kalimantan Timur. Sedangkan SMP di Bandung, dan SMA di Singaparna, Tasikmalaya.
Lalu menempuh pendidikan tinggi di STPDN (sekarang IPDN, red.) Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Dan kini mengabdikan dirinya di tanah leluhur orang tua.
“Ya itulah garis kehidupan yang harus dilakoni. Dan pada akhirnya kembali ke tanah leluhur untuk pembuktian dalam sebuah pengabdian,” tandasnya. @budi s. ombik