Search
Close this search box.

Semarak di Jalan Asia Afrika

Sepanjang Jalan Asia Afrika hingga Jalan Braga yang ikonik, ribuan pengunjung larut dalam nuansa warna-warni pertunjukan, bazar, dan perayaan keberagaman pada Sabtu (18/10/2025). /visi.news/humas

Bagikan :

VISI.NEWS | BANDUNG – Bandung kembali menjadi panggung meriah bagi semangat persatuan lintas budaya lewat Asia Afrika Festival 2025, Sabtu (18/10/2025). Sepanjang Jalan Asia Afrika hingga Jalan Braga yang ikonik, ribuan pengunjung larut dalam nuansa warna-warni pertunjukan, bazar, dan perayaan keberagaman. Kota yang pernah menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika 70 tahun lalu ini, kembali menegaskan jati dirinya sebagai kota dialog dan persaudaraan.

Pagi itu, udara Bandung masih sejuk saat deretan stan bazar mulai dibuka. Aroma kuliner Nusantara tercium menggoda, berpadu dengan deretan produk kreatif mulai dari fesyen, kerajinan tangan, hingga karya seni visual. Seolah tak ingin ketinggalan, pengunjung dari berbagai kalangan—anak muda, wisatawan asing, hingga keluarga lokal—memenuhi area festival sejak siang hari.

Nabila (24), warga Buahbatu, datang bersama teman-temannya. “Acaranya meriah dan menyenangkan. Deretan stan UMKM membuat suasana semakin hidup. Banyak pilihan kuliner dan produk lokal yang menarik,” katanya sembari mencicipi es kopi susu dari salah satu jenama lokal. Ia berharap tahun depan, festival ini lebih besar lagi dan menjangkau lebih banyak warga Bandung.

Tak hanya pasar kreatif, panggung budaya yang membentang di tengah jalan menjadi magnet utama. Satu per satu, pertunjukan dari berbagai kelompok seni tampil memikat. Tarian kreasi SMA Mekar Arum membuka pertunjukan dengan gerak dinamis, disusul Paduan Suara Buleud Voice yang memecah keheningan dengan harmoni suara yang merdu. Kompak Tilu dan Sanggar Tari Jaipong Wandasari pun tak kalah memukau penonton.

Setiap penampilan membawa pesan: bahwa tradisi tak harus tinggal dalam bingkai masa lalu, melainkan bisa terus dihidupkan lewat kreativitas generasi kini. Bahkan kelompok tari Yayasan Harisbaya dan Cakrani menampilkan kreasi kontemporer yang berpadu dengan nilai-nilai budaya lokal. Riuh tepuk tangan mengiringi setiap akhir pertunjukan.

Baca Juga :  Kadena Hentikan Operasi Perusahaan, Jaringan Blockchain Tetap Berjalan Lewat Komunitas

Di antara keramaian, para pelaku ekonomi kreatif saling berjejaring. Beberapa komunitas bertukar gagasan, sementara pelaku usaha kecil berbincang santai dengan pembeli. Festival ini, bagi banyak dari mereka, bukan sekadar panggung hiburan, tapi peluang ekonomi dan ruang kolaborasi nyata.

Hadir pula bintang tamu istimewa—nama-nama yang tak hanya menyemarakkan suasana, tapi juga memperluas jangkauan festival ke khalayak lebih luas. Namun yang paling terasa, adalah atmosfer keakraban yang membaur tanpa sekat. Di tengah denting musik dan tawa anak-anak, Bandung tampil sebagai kota yang terbuka dan hangat.

Lebih dari sekadar perayaan, Asia Afrika Festival 2025 adalah pernyataan. Sebuah tekad bahwa sejarah solidaritas antarbangsa yang tumbuh dari jalanan ini tak akan pudar. Lewat seni, kuliner, dan karya, kota ini terus mempertemukan masa lalu, kini, dan masa depan dalam satu ruang publik yang inklusif.

Malam mulai turun saat festival perlahan usai. Namun semangatnya masih terasa—di langkah kaki yang enggan pulang, di rencana kolaborasi baru, dan di harapan warga seperti Nabila: bahwa tahun depan, Bandung kembali merayakan semaraknya dengan lebih besar, lebih ramai, dan lebih menggembirakan.

@uli

Baca Berita Menarik Lainnya :