Search
Close this search box.

Serunya Para Dosen FIK Telkom University Jadi Chef di Puncak Acara Ramadan Ceria

Aksi para dosen FIK Telkom University saat lomba masak pada puncak acara Ramadan Ceria, Kamis (13/4/2023). /visi.news/bambang melga suprayogi

Bagikan :

VISI.NEWS | BANDUNG – Bertempat di Area Lobby dan Galeri Fakultas Industry Kreatif (FIK) Telkom University (Tel-U), keluarga besar FIK menyelenggarakan acara puncak Ramadan Ceria, Kamis (13/04/2023), yang telah berlangsung sejak minggu pertama awal bulan Ramadan 1444 H.

Beberapa acara yang sudah terselenggara diantaranya, acara unjuk bakat dari para dosen FIK Tel-U, dipertunjukkan dalam lomba nyanyi, baca puisi, cerdas cermat Islami, dan di acara puncak acara dilangsungkan juga lomba memasak, yang chef-nya dosen-dosen FIK dari semua peminatan yang ada disana. Acara digagas oleh tim panitia keceriaan Ramadan yang merupakan gabungan dari semua pegawai dan dosen di FIK.

Dalam sambutannya Dekan FIK Dr. Roro Retno Wulan, S.Sos., M.Pd., menyampaikan ucapan rasa terimakasihnya kepada Dr. Agus Ahmad Suhendra, sebagai penceramah pada acara Ramadan Ceria ini, dan ucapan yang sama  juga kepada sesepuh FIK, Dr. Didit Widiatmoko Soewardikoen dan Dr. Riksa Belasunda.

Keseruan puncak acara Ramadan Ceria FIK Telkom University. /visi.news/bambang melga suprayogi

Ia juga menyampaikan hal yang sama kepada Wakil Dekan 1 Dr. Fajar Ciptandi, dan Wakil Dekan 2 Arini Arumsari, serta kepada para panitia semuanya, yang sudah bekerja keras dalam menyiapkan acara Ramadan Ceria di FIK ini.

“Acara keceriaan Ramadan, baru pertama kali diadakan setelah pandemi, dan Alhamdulillah keluarga besar FIK telah bisa mengadakan acara perdana ini, bisa juga berbagi, menyalurkan donasi yang ada, kepada masyarakat sekeliling kampus, panti asuhan, ke penghapal Al Qur’an, dan santunan, mudah mudahan menjadi keberkahan bagi keluarga besar FIK juara, sehingga ini menjadi refleksi pada kita semua, semoga saat lebaran nanti tiba, kita bisa jadi indah seperti kupu-kupu, dan bisa jadi lebih baik lagi,” ungkap Ketua Prodi FIK ini.

Ada pesan khusus dari Dr. Roro Retno Wulan, S.Sos., M.Pd, perihal dilaksanakannya Ramadan Ceria ini adalah yang pertama dimaksudkan untuk mempererat persaudaraan di antara keluarga besar FIK, seperti lomba masak yang bisa melibatkan semua dosen dengan keyakinan apapun, khususnya untuk membangun rasa kekeluargaan ini, sehingga akan bisa dilihat bakat-bakat yang bisa di ambil nanti, pada saat ada kompetisi Tel-U Cup. “Kedua adalah mensinergikan budaya HEI (Harmony, Excellent, Integrity ) yang harus terus digelorakan, dan yang ketiga adalah membangun semangat buat kita semuanya, “ungkapnya.

Baca Juga :  Perburuan Sirkuit Pengganti untuk MotoGP Valencia 2024: Lima Pilihan Dibatalkan

Sebagai bentuk rasa syukur dari keluarga besar FIK, digelar juga sebelumnya berbagi takjil kepada masyarakat, pemberian donasi ke masjid-masjid terdekat, pembagian sembako kepada masyarakat, dan kepada anak-anak yatim-piatu dari rumah Tahfiz Yatim Dhuafa Baiturrahim, yang dalam pelaksanaan donasinya dikelola oleh Laziz Masjid Kampus Syamsul Ulum.

Acara ini juga merupakan acara kebersamaan di bulan Ramadan, sebelum para dosen, pegawai dan staf kampus Telkom University memasuki persiapan masa cuti, dan mudik bersama, mulai tanggal 19 April, pekan depan, sesuai jadwal cuti bersama seperti anjuran pemerintah.

Ketua panitia pelaksanaan acara Ramadan Ceria, Isnan Purnama kepada VISI.NEWS menyatakan,” Acara ini merupakan acara kebersamaan yang semua panitianya dari berbagai unsur, baik dosen dan pegawai FIK semuanya”.

Bulan Transformasi

Pada kajian Ramadan Ceria, penceramah Dr. Ir. Agus Achmad Suhendra, M.T. membawakan tema, “Ramadan Sebagai Bulan Transformasi Diri Menuju FIK Jawara.”

Ia menyampaikan tausiah terkait puasa Ramadan memiliki yang memiliki keutamaan, diantaranya, sebagai ujian yang hanya bisa di sambut oleh orang yang memiliki iman. “Hanya orang yang berimanlah yang bisa melaksanakan puasa, dan itu merupakan bentuk eksaminasi kesungguhan keimanan kita, bahwa iman itu tidak berhenti di tataran bicara, tapi harus di implementasikan. Artinya orang yang beriman itu tidak sebatas di mulut saja, tapi harus ada ujian keimanan, karena Allah sangat benci sekali pada mereka yang hanya bicara saja, tanpa bisa mengimplementasikannya”.

Jika kita ingin mengaktualisasikan nilai nilai spiritual, katanya, FIK juara ini jangan berhenti di slogan, tapi harus diimplementasikan dan dijalankan, harus diperbuat, dan harus di wujudkan. “Karena kita mengacu pada keimanan yang sesungguhnya, aktualisasinya,” ujar Agus.

Baca Juga :  Penurunan Harga Tiket Pesawat Masih Dibahas, Pemerintah Terus Dorong Program Indonesia Berwisata

Makna dari bukan Ramadan itu, katanya lebih lanjut, sebagai bulan transformasi, yang mengharuskan kita sampai pada laallakum tattaqun. Yang menunjukan kualitas yang berbeda, puasa itu mengantarkan kita pada transformasi dari mukmin ke mutaqien. “Dan proses transformasi harus di jalani dengan menskenariokan diri kita, harus sampai ke manusia muttaqien, yang bukan konsep abstrak tapi di implementasikan ke operasional variabel, dan dimensi variabel itu ada tiga, iman, Islam, ikhsan. Indikator dari taqwa, beriman pada yang ghoib, menegakkan salat, dan dia menyisihkan rezekinya, berzakat, mengimani Al Qur’an, dan yakin pada akhirat.

“Orang yang bertaqwa itu yang bisa mengendalikan amarah.
Dan indikator dari keberhasilan, bertambahnya keimanan dan ketaqwaan, ada pada saat setelah selesai ia berpuasa, dan mampu menjaga emosinya, ” ungkapnya.

FIK juara, tandanya, harus di turunkan ke level operasional, harus di sandarkan, karena Allah mencontohkan agar itu di dioperasionalkan, sehingga kita tahu bahwa FIK Jawara bisa di laksanakan.

“Allah merancang kita tanpa kita sadari kita masuk ke skenarioNya, di programkan Allah, kita ini ke program taqorub, seolah olah kita melihat Allah, dan puasa kita itu melatih diri pada ketaqaruban. Sehingga kita yakin, ada Allah yg melihat, dan ada malaikat yang mencatatkan apa yang kita lakukan pada saat puasa ini, dan dengan itu, kita mengimani hal yang Ghoib.”

Program yang kedua, katanya, yang diskenariokan Allah adalah kita di ikutkan ke program Qiamul lail, melakukan amalan ibadah, melakukan salat malam, atau taraweh di dalamnya, dengan mendirikan salat-salat tarawih yang Allah programkan.”

“Program berikutnya adalah berzakat, tidak akan sempurna ibadahnya jika tidak melaksanakan zakat. Kita harus mau berbagi, Jangan rezekinya bertambah tapi zakatnya tidak bertambah.

Baca Juga :  Dukung Makan Bergizi Gratis, DPR: Bermanfaat Bagi Kesehatan dan Ekonomi Rakyat

“Program tilawah Qur’an, juga di laksanakan pada bulan Ramadan ini, yang merupakan program dari Allah, dengan skenario kepada kita, supaya kita meraih ketaqwaan. Kita dilarang mengumbar nafsu mengumbar amarah, dalam bulan Ramadan ini, dan pengendalian amarah pada bulan puasa agar kita bisa masuk ke indikator manusia Muhsinin. FIK juara harus menyiapkan program untuk bisa di sitasi banyak pihak agar FIK menjadi juara.” Papar Dr. Agus Ahmad Suhendra mengakhiri tausiahnya.

@bambang melga suprayogi

Baca Berita Menarik Lainnya :