Oleh Syakieb Sungkar
J. K. ROWLING pernah mengatakan bahwa ia hanya membuat 7 buku Harry Potter saja, sesuai yang direncanakan sejak awal. Pernyataan itu pernah membuat para penggemarnya kecewa. Namun kemudian ia membuat cerita yang ke 8, judulnya “Harry Potter and the Cursed Child”. Berbeda dengan ketujuh karya sebelumnya yang berbentuk buku dan kemudian difilmkan, karya yang ke delapan ini tidak dalam bentuk buku atau film, tetapi bentuknya sebuah drama teater. Perbedaan yang lain adalah, skrip drama ini tidak dibuat sendirian, tetapi bersama-sama dengan dramawan Inggris Jack Thorne dan sutradara teater John Tiffany. Drama ini kemudian dipentaskan pada tanggal 30 Juli 2016 di Palace Theatre, London. Apakah akan ada kisah Harry Potter yang ke-9 ?
Sejak itu Rowling tidak pernah melanjutkan Harry Potter, tetapi membuat lakon lain yang masih berkutat pada dunia sihir, yaitu serial Fantastic Beasts, dengan periode waktu yang berbeda, yaitu awal tahun 1920an. Di tahun itu sekolah sihir Hogwarts sudah ada, dan Albus Dumbledore yang menjadi Kepala Sekolahnya, masih muda. Kalau dalam Harry Potter yang bersetting tahun 1990an, Dumbledore sudah menjadi kakek gemuk berjubah hitam dan berjenggot panjang. Rowling akan membuat serial Fantastic Beasts menjadi 9 buku, yang sudah difilmkan baru tiga, dan cerita ketiga ini diberi judul “Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore”. Hari pertama pemutaran film, telah membuat bioskop XXI penuh sesak. Memang film ini mengasyikkan untuk ditonton sambil ngabuburit.
Tokoh utama dalam Fantastic Beasts adalah pemuda kurus jago sihir yang bernama Newton Scamander, dengan nama panggilan Newt, yang dalam film ini dimainkan oleh Eddie Redmayne. Newt ini mempunyai spesialisasi sihir yang berhubungan dengan binatang, karenanya ia dijuluki magizoologist. Dalam jas Newt setidaknya tersimpan 2 binatang, yaitu Niffler – semacam landak namun mempunyai paruh mirip bebek ada di kantung dalam, dan seekor Cengcorang yang bersarang pada kantung atas.
Dalam serial ketiga Fantastic Beasts ini, Newt ingin menggagalkan aksi penjahat bernama Grindelwald yang berambisi menjadi Ketua Konfederasi Penyihir Internasional. Pemilihan Ketua biasanya dilakukan di Buthan dan dilenggarakan oleh Lembaga KPU yang bernama Supreme Mugwump. Dalam memilih Ketua, Supreme Mugwump akan meminta bantuan binatang yang bernama Qilin. Qilin dapat mengetahui isi hati mana yang paling bersih, sehingga manusia itu cocok menjadi Ketua Konfederasi. Agar Qilin dapat memilih Grindelwald yang seorang buronan pembunuh, maka ia dipenggal terlebih dahulu dan dihidupkan kembali sehingga dapat dikendalikan.

Memang benar, setelah Qilin yang sudah menjadi zombie itu memilih Grindelwald, maka kekejamannya muncul, ia memerintahkan para pendukungnya untuk memusnahkan Muggle, yaitu manusia biasa yang tidak mempunyai ilmu sihir. Grindelwald mengidamkan sebuah dunia yang hanya dihuni oleh para penyihir saja, sementara orang awam tidak berhak hidup di bumi ini. Bukankah cerita ini merupakan alegori sekelompok orang yang tidak menerima perbedaan? Suatu kecenderungan yang sedang berkecamuk di dunia nyata akhir-akhir ini. Film ini selanjutnya menceritakan bagaimana Dumbledore, yang sebenarnya pernah menjadi sahabat lama Grindelwald, dapat menghentikan usaha pembasmian Muggle dan mengulang kembali Pemilu agar terpilih Pemimpin Konfederasi Sihir yang lebih cocok, atau berhati baik. Ternyata tanpa diketahui Grindelwald, Qilin mempunyai saudara kembar yang masih hidup karena diselamatkan oleh Newt.

Walau ia bertekad tidak mau melanjutkan kisah Harry Potter, tangan J.K Rowling tidak bisa diam untuk tidak menulis. Karena ia sudah terlatih menciptakan fantasi sejak usia dini. Ia lahir di Gloucestershire, 31 Juli 1965. Setelah lulus dari universitas di kotanya, ia pindah ke London untuk menjadi peneliti pada Lembaga Amnesty Internasional, suatu organisasi yang melindungi hak asasi manusia di seluruh dunia. Pengaruh dari pekerjaannya terlihat dalam tema cerita yang ia ciptakan, yang pada hakekatnya memperjuangkan soal kebebasan dan persamaan. Ide cerita Harry Potter tercetus tahun 1990, ketika Rowling menunggu kereta api yang tertunda dalam perjalanannya dari Manchester ke London. Ketika buku itu mulai ditulis, ibunya meninggal, sehingga ia memasukkan karakter kehilangan orang tua dalam jiwa Harry Potter secara mendalam. Dengan sadar ia mensublimasikan dirinya ke dalam jiwa Harry Potter sehingga cerita terlihat hidup. Hal itu terlihat bagaimana banyak adegan terjadi di King Cross, stasiun tempat Harry Potter naik kereta ke sekolah, yang merupakan tempat Rowling sering melewatinya.
Rowling pernah bekerja sebagai guru bahasa Inggris di Portugal, dan sebagai orang tua tunggal, ia membawa putrinya pindah ke Edinburgh, Scotlandia. Selama di sana ia hidup susah karena tidak punya pekerjaan. Ketika akhirnya buku Harry Potter selesai, ia mengirimkan naskahnya ke 12 penerbit yang berbeda, namun semua penerbit itu menolaknya. Di tahun 1997, penerbit Bloomsbury akhirnya mau menerbitkan bukunya itu. Nama depan Rowling adalah Joanne, tetapi ia tidak mempunyai nama tengah, seperti kebiasaan orang bule pada umumnya. Akhirnya Joanne menambahkan nama Kathleen – yang sebetulnya nama neneknya – di tengah namanya. Jadilah J.K. Rowling, nama yang kita kenal sekarang, sebagai penulis terkaya di Inggris. Buku Rowling telah diterjemahkan ke dalam 65 bahasa di dunia.
Bagi yang ingin merasakan pengalaman sebagai Harry Potter, kita bisa mengunjungi Museum Harry Potter yang didirikan Warner Bros di London pada tahun 2001. Di sana kita dapat melihat studio penciptaan film, kostum, dekor, lengkap dengan sekolah Hogwarts, stasiun kereta api, dan ikut bermain peran sebagai Harry Potter dalam permainan Quidditch, yaitu bermain sepak bola sambil mengendarai sapu terbang. Kita diajak dalam proses shooting film dan berfoto sebagai kenang-kenangan. Saya pernah berkunjung ke Museum itu di tahun 2019. Sayangnya, sapu terbang tidak boleh dibawa pulang. Tadinya saya sempat berangan-angan menggunakan sapu terbang saja untuk kembali ke Jakarta.***