SKETSA | Kue

Silahkan bagikan

Oleh Syakieb Sungkar

SEMINGGU sebelum Lebaran, kue mulai banyak berkeliaran di rumah. Kiriman dari relasi dan tetangga. Istri saya juga aktif memberi kue balasan. Terjadi tukar-menukar bingkisan. Kue yang disukai akan singgah lebih lama, sedangkan yang tidak favorit akan dioper ke teman atau saudara. Kue-kue itu menyenangkan sekaligus mengerikan. Menyenangkan karena ibu tahu kue apa saja yang menjadi kesukaan saya, misalnya kue nastar dan talam sekaut. Ada banyak kue nastar tersedia di toko, dari yang murah sampai yang mahal. Tetapi nastar buatan ibu saya itu lebih besar volume nanasnya sedangkan kulitnya tipis dan gembur. Kalau buatan toko seringkali lebih banyak terigu, kurang lezat. Demikian pula talam sekaut, resepnya disembunyikan ibu, agar cuma dia saja yang bisa membuatnya.

Namun itu semua mengerikan karena pada akhirnya akan membuat gemuk. Penurunan berat badan selama sebulan menjadi musnah dalam waktu sehari. Itulah Lebaran. Hari di mana ketupat, opor ayam, sambal goreng hati, semur, dan lodeh pepaya dihidangkan. Balas dendam setelah 1 bulan tidak boleh makan siang. Tentu saja semua itu adalah sayur yang tinggi kalori karena berisi santan, minyak, dan lemak. Ditambah karbohidrat dari ketupat serta kudapan kue lebaran, hancur sudah perut ini, kembali buncit.

Nampaknya puasa bukanlah menahan nafsu, lebih tepat kalau dikatakan hanya mendelay hasrat. Karena di kala berpuasa, yang dipikirkan adalah mau buka di mana dan makanan apa yang akan dicoba sore nanti. Terbukti mall penuh, semua kursi restoran fully book. Satu jam sebelum magrib para pengunjung sudah ready di kursi masing-masing, membuka menu, membayangkan rasanya, dan kemudian memesan makanan sesuai gambar. Bedug itu mirip peluit untuk lomba makan, karena beberapa menit sebelumnya, semua makanan sudah terhidang dengan rapi di meja, tangan sudah siap dengan sendok dan garpu. Kita tidak melihat lagi adanya sulit ekonomi, rakyat terbukti makmur, gemuk-gemuk, dan makan cukup.

Baca Juga :  Mayat Bocah Bercelana Seragam SD yang Ditemukan Tewas di Terminal Indihiang, Ternyata Denar Wayhu Siswa SD di Cicalengka

Demikian pula perbincangan dalam WAG, isinya adalah videoclip cara memasak, makanan lezat, restoran baru, lengkap dengan presenter yang memanas-manasi melalui adegan makan lahap. Begitu juga foto-foto makanan, didesign oleh ahli foto produk lulusan sekolah seni rupa, sehingga makanan terlihat menarik dan membuat orang ngiler untuk mencoba. Tanpa disadari, puasa merupakan bagian dari industri tata boga, karena merupakan rezeki nomplok pengusaha kuliner, yang siap siaga memasok kebutuhan orang berpuasa.

Sesuatu yang ironis, justru di bulan puasa lah kebutuhan akan bahan makanan meningkat. yang menyebabkan kenaikan harga. Jadi letak puasanya di mana? Puasa bukannya menjadi cara belajar untuk prihatin malahan disalahtafsirkan menjadi pesta ketika berbuka. Wajar kalau banyak orang justru bertambah berat badan setelah Lebaran. Karena asupan gizi ekstra akan terus berlangsung sampai toples-toples kue itu tandas. Belum lagi acara halal-bihalal yang berlangsung setiap hari dalam 2 minggu ke depan setelah Lebaran. Antar instansi saling mengundang bergantian. Acara yang penuh kudapan. Salam kurma !. ***

M Purnama Alam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Next Post

REFLEKSI | Yang Mata Hatinya Jauh dari Ilmu

Sab Apr 30 , 2022
Silahkan bagikanOleh Bambang Melga Suprayogi, M.Sn. QUR’AN, Surat Al Hajj Ayat 46 “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah […]