SKETSA | Minyak Goreng

Silahkan bagikan

Oleh Syakieb Sungkar

SAYA mendapat kiriman video menarik dari para diaspora yang tinggal di Jerman. Video pertama bercerita tentang stok minyak goreng di hampir seluruh kota besar di Jerman tidak tersedia pada supermarket. Sehingga harus berburu minyak goreng di kota-kota yang lebih kecil agar mendapatkan sekantong minyak goreng. Video kedua bercerita bagaimana bapak-bapak berebut minyak goreng seperti berebut barang yang sangat berharga. Apakah di Eropa terjadi pula penimbunan minyak goreng? Memang kita perlu mengirim petugas BIN untuk menemu kenali aktor-aktor yang telah menimbun minyak goreng tersebut.

Beruntung jawaban bisa didapat dengan segera sehingga anggota BIN tidak perlu susah payah menyelidikinya. Sejak tahun lalu memang terjadi anomali cuaca sehingga terjadi kekacauan produksi bunga matahari, yang menjadi bahan baku minyak goreng Eropa. Akibatnya mereka beralih kepada minyak goreng Asia yang berbahan baku kelapa sawit. Lihatlah grafik yang indah itu, ternyata kelangkaan minyak goreng di dunia telah sukses menaikkan harga minyak goreng sawit sejak bulan Mei tahun lalu. Terjadi lonjakan harga yang hampir 100%.

Gambar 1 – Harga minyak goreng dunia sejak Mei 2021 sampai Maret 2022.

Rusia dan Ukraina adalah negara penghasil bunga matahari terbesar di dunia, di mana minyak goreng Eropa sangat tergantung pada pasokan kedua negara tersebut. Ketika terjadi perang Rusia – Ukraina, maka pasokan minyak bunga matahari akan berubah status dari semula langka menjadi terhenti sama sekali. Akibatnya menjadi sangat urgen untuk mengimpor minyak sawit (sebagai ganti minyak bunga matahari) sebanyak-banyaknya dari Malaysia dan Indonesia. Harap diketahui, hobi makan gorengan orang Sunda saat ini sudah menyebar luas menulari ibu-ibu di Eropa. Di sore hari, ibu-ibu bule itu juga hobi makan Cornbread (bakwan jagung), Fried Tempeh (tempe mendoan), Monila Sitophila (combro), dan tentu saja French Fries. Itulah akibatnya kalau Sunda Empire sudah merambah Eropa.

Baca Juga :  Ramadan ini, Tak Ada I'tikaaf, Buka Puasa Bersama, dan Sahur di Masjid Arab Saudi
Gambar 2 – Ibu-ibu sedang antri minyak goreng.

Kalau sudah begini, maka pengusaha minyak goreng akan menggenjot produksi sebanyak-banyaknya untuk diekspor ke Eropa. Kita ingat 3 tahun yang lalu, MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa) pernah memboikot minyak goreng Indonesia, sampai tidak laku dan over produksi. Alasan Eropa memboikot karena Indonesia aktif menebang hutan demi perkebunan sawit. Kemudian para pengusaha sawit itu minta tolong Jokowi agar melobi Eropa. Karena boikot orang Eropa ini aneh: mereka hanya melarang produksi CPO dari Indonesia saja, sedangkan CPO dari Malaysia dibebaskan. Padahal orang Malaysia itu menanam sawitnya di Indonesia dan mengekspornya melalui Kuala Lumpur. Coba bayangkan, tanah Malaysia yang seuprit itu, tidak seberapa luas dibandingkan dengan Sumatra dan Kalimantan, kenapa bisa mengekspor minyak goreng jauh lebih banyak dari Indonesia? Memangnya mereka menanam sawitnya di mana? Begitu kebun sawit Indonesia terbakar, nama Malaysia selamat. Padahal kebun yang terbakar di Sumatra itu milik pengusaha Malaysia. Orang Eropa sekarang sudah mahfum akan akal bulus Malaysia, sehingga upaya Jokowi menembus Eropa mendatangkan hasil.

Kerja keras Jokowi untuk menyelamatkan pengusaha sawit tidak sampai di situ saja, ia juga mengusahakan agar sawit dipergunakan untuk bahan bio diesel. Pemerintah telah mengeluarkan Program B30, maksudnya dalam solar yang beredar di Indonesia itu bahan bakunya terdiri atas 30% sawit dan 70% minyak bumi jenis solar. Sehingga penyerapan produksi kebun sawit terjamin. Sedangkan sawit untuk minyak goreng itu sendiri, produksinya adalah 8 juta ton per tahun, sementara kebutuhan domestik hanya 5 juta ton per tahun. Kelebihan produksi yang 3 juta ton itu silahkan diekspor ke Eropa. Hitung-hitungan ini sebetulnya akan membuat Indonesia tenang-tenang saja, tidak akan kekurangan minyak goreng di pasar. Ibu-ibu tidak usah antri minyak goreng di mana-mana, karena itu suatu peristiwa yang mengenaskan. Ibarat kita kelaparan di lumbung beras.

Baca Juga :  Asyik Berpesta Juara Bersama Liverpool, Rumah Fabinho Malah Dibobol Maling

Namun kerakusan manusia tidak ada batasnya. Daripada minyak goreng dikasi ke ibu-ibu di pasar, mendingan diekspor sebanyak-banyaknya ke luar negeri, karena harga CPO dunia sedang naik 100%. Perbuatan seperti itu melukai hati Jokowi yang telah bersusah payah membuat pengusaha sawit hidup dan makmur kembali. Karenanya seruan DPR agar Pemerintah menyetop ekspor minyak goreng harus kita dukung. Penuhi kebutuhan domestik dulu, kalau ada sisa barulah diekspor. Kalau anjuran DPR dilaksanakan, maka ibu-ibu akan dapat menikmati Cireng kembali tanpa hambatan.***

M Purnama Alam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Satpol PP Kec. Ibun Giatkan Lingkungan Bersih dan Sehat

Sen Mar 28 , 2022
Silahkan bagikanVISI.NEWS | IBUN – Bersih dan sehat menjadi moto penting bagi seluruh pegawai di lingkungan Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung. Dengan moto tersebut, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) disana memberi teladan para pegawai dan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. “Saya sangat mengapresiasi dan mendukung kegiatan rutin yang dilakukan […]