Search
Close this search box.

SKETSA | Rokok

Bagikan :

Oleh Syakieb Sungkar

KETIKA 15 Januari 1974 itu, hujan besar. Saya kelas 1 SMP. Jalan Pejompongan macet total karena PDAM sedang menggali gorong-gorong dan ada pengalihan arus dari Jl. Sudirman yang sedang ditutup tentara. Katanya, gedung ASTRA dibakar oleh mahasiswa. Saya dan 2 teman saya, Muji dan Agus, yang rumahnya di Tanah Abang, kesal. Sekolah tiba-tiba dibubarkan tetapi susah pulang: gerimis, becek dan tidak ada kendaraan umum. Akhirnya kami berteduh pada warung kopi di pinggiran Kuburan Karet Bivak. Agus dan Muji mengeluarkan rokok dari tasnya, disodorkan sebatang untuk saya, sejak hari itu saya mulai merokok.

Kegiatan merokok yang iseng di siang itu, kemudian berlanjut sampai tahun 1995. Lumayan, pengalaman merokok saya 21 tahun. Karir saya dimulai dari Gudang Garam, Djarum, Djie Sam Soe, Marlboro, dan berakhir dengan Sampoerna A Mild. Rekor saya merokok Sampoerna itu 4 bungkus sehari. Padahal 1 bungkus isinya 16 batang. Jadi paru-paru saya setiap hari mengkonsumsi 64 batang rokok. Saya tidak merokok ketika sedang tidur saja. Itu berarti 16 jam sehari, paru-paru disemprot dengan nikotin. Kalau 16 jam dibagi 64 batang, artinya setiap 15 menit saya menyalakan rokok.

Setelah 21 tahun merokok, saya mulai merasakan akibatnya. Di tahun 1995 saya batuk sepanjang hari dan malam. Segala macam obat batuk saya coba, tidak ada yang mempan. Akhirnya saya ke dokter spesialis paru, namanya Prof. Dr. Tadjoedin, dia juga Kepala Rumah Sakit Sumber Waras. Paru-paru saya dirontgen dan didapati ada belt (lapisan) putih di sekujur paru-paru saya. “Paru-paru anda korengan”, katanya dengan nada dingin. “Anda boleh pulang”, ia melanjutkan.

Saya rada bingung ketika itu, kok langsung pulang, padahal dokter itu belum menuliskan resep. “Obatnya apa dokter?” saya bertanya sambil sedikit menghiba. “Oh itu pneumonia karena merokok, tidak ada obatnya, anda mati saja,” katanya dengan datar. “Kalau mau sembuh satu-satunya obat adalah berhenti merokok selama-lamanya.” Dokter itu setengah berdiri sebagai isyarat untuk mengusir, maklum di luar kamar praktek sudah banyak pasien menunggu.

Baca Juga :  Hari Agama Sedunia 2025: Rayakan Keharmonisan antar Agama

Ternyata berhenti merokok tidak mudah. Saya sampai membaca sebuah buku cara berhenti merokok. Dalam buku itu disebutkan ketika pertama kali merokok, nikotin mencongkel jaringan syaraf di kepala untuk menanamkan dirinya di sana. Sehingga waktu pertama kali merokok ada sedikit rasa pusing. Namun kalau kegiatan merokok itu diteruskan, jumlah nikotin yang bersembunyi dalam kepala itu bertambah besar dan beberapa hari kemudian nikotin memberi kita hadiah rasa nyaman. Ketegangan otak dan pikiran diredam, sehingga muncul kenikmatan dan ketenangan ketika merokok. Syaraf di otak itu seperti daun putri malu, ia berdiri tegak ketika kita sedang terjaga, dari sana muncul rasa ketegangan pikiran. Fungsi nikotin adalah menyentuh daun putri malu tersebut, sehingga rebah. Akibatnya kita merasa relax. Karena tubuh melepaskan dopamin, suatu zat penenang alami yang diproduksi otak.

Gambar 1 – Buku cara berhenti merokok (sumber: amazon).

Namun nikotin itu penumpang yang cerdas di dalam kepala manusia, ketika kita tidak merokok, volume nikotin dalam otak berkurang. Sehingga ia menendang-nendang otak kita, berteriak, agar otak memerintahkan kita untuk segera merokok. Demikian seterusnya sampai kita menjadi kecanduan. Kalau tidak merokok, nikotin mengganggu kita dengan tidak menyentuh putri malu, sehingga kepala menjadi tegang, tidak enak.

Gambar 2 – Nikotin mentrigger pelepasan dopamin dari otak (sumber: adoc.pub).

Menurut buku itu, cara berhenti merokok adalah bertanding dengan teriakan nikotin yang ada dalam kepala. Kalau kita kuat, nikotin akan kalah. Pada hari pertama berhenti merokok, nikotin akan mengingatkan kita dengan baik-baik agar segera merokok. Hari kedua tidak merokok, nikotin akan lebih galak memberi rasa tidak nyaman, mungkin ia akan memberi kita perasaan resah. Hari ketiga nikotin memberi gangguan tambahan, bisa jadi kita menggigil seperti orang kena influenza. Hari keempat nikotin mulai berteriak, badan kita sangat tidak enak, tidak bisa tidur. Hari kelima adalah teriakan nikotin yang paling kencang, kepala kita dibikin pusing, demam, sakau. Tetapi, kalau hari kelima itu berhasil kita lewati, maka teriakan nikotin akan melemah, badan kita akan membaik, kita menang perang.

Baca Juga :  MK Suhartoyo Bingung Cabup Bogor Mencabut Gugatan, Tapi Cawabup Tetap Lanjut

Agar ketegangan kita berkurang tanpa bantuan nikotin, buku itu mengajarkan untuk mengerok punggung dan memijat kepala. Dikerok karena ketika kita tidak merokok, ada perasaan seperti masuk angin. Dengan dikerok, rasa sakit tidak merokok dikaburkan dengan rasa sakit (atau rasa nikmat) ketika dikerok. Dengan dikerok, peredaran darah kita menjadi lancar, sehingga ketegangan syaraf di kepala berkurang. Demikian pula ketika kepala dipijat, sebenarnya kita sedang memencet daun putri malu agar dia tunduk. Memijat kepala juga melancarkan peredaran darah agar ketegangan syaraf berkurang.

Setelah dipijat kita harus mandi dan keramas. Airnya juga khusus, seember air panas dan seember air dingin, diguyur gantian dari kepala sampai sekujur badan. Karena kombinasi air panas – air dingin itu membuat pipa-pipa darah membesar dan mengkeret, akibatnya aliran darah dalam tubuh mengalir lebih lancar sehingga ketegangan syaraf berkurang. Dengan badan dikerokin dan mandi air panas – dingin, akan muncul perasaan relax secara alami, tanpa bantuan nikotin.

Buku itu juga menjelaskan, kita harus minum obat-obat pusing atau analgesik agar segera tidur setelah habis dikerok, mandi dan keramas. Dan ketika bangun pagi, ada perasaan segar. Tubuh kita akan lupa dengan nikotin selama 4 jam, jadi waktu pertarungan melawan nikotin akan berkurang. Saya sendiri ketika itu menenggak 4 tablet Decolgen agar segera tidur.

Ada hal-hal yang harus ditinggalkan saat kita sedang bertarung melawan nikotin, yaitu untuk 2 bulan pertama jangan makan dan minum yang memancing kita untuk merokok kembali. Adapun makan dan minum yang harus kita hentikan sementara waktu adalah: kopi, beer, wine, makanan pedas, makanan gurih, makanan asin, sayur kental, dan sayur bersantan. Jadi selama berhenti merokok, makanan harus yang santai saja: sayur bening.

Baca Juga :  Truk Mogok di Perlintasan Sidoarjo Sebabkan Gangguan Perjalanan Kereta Api

Juga tubuh kita harus bersih dari bekas rokok: kuku digunting, bercak-bercak kuning pada kuku harus dimanicure, gigi discalling, habis sudah nikotin yang menempel pada tubuh bagian luar kita. Demikian pula rokok yang tersisa di laci, di atas lemari, di lobang atas dari pintu, dan tempat-tempat tersembunyi lain, agar dibuang atau dikasi orang. Nasib yang sama dengan korek api, kasi orang saja. Say goodbye to cigarette and his friends.

Demikian cerita perpisahan saya dengan rokok. Perpisahan kami awet sampai sekarang, sudah 27 tahun tidak merokok ….***

Baca Berita Menarik Lainnya :