Search
Close this search box.

SKETSA | Sains

Bagikan :

Oleh Syakieb Sungkar

SAINS itu hebat tetapi bukan segala-galanya atau solusi terhadap segala sesuatu. Dunia kedokteran yang demikian maju, tidak bisa menjawab mengapa kepala saya suka pusing mendadak. Sudah di MRI ternyata tidak ditemukan sesuatu yang aneh pada kepala saya. Jadi, dokter cuma memberi obat pusing saja. Ada macam-macam obat pusing: Stugeron, Panadol, Betasec, dan sebagainya. Memang obat-obat itu bisa menghilangkan rasa pusing. tetapi dokter tidak bisa menjawab kenapa saya tiba-tiba pusing. Di mana itu sains?

Demikian pula telinga. Dalam 5 tahun terakhir, telinga saya sering berdengung. Sudah dicheck ke beberapa ahli telinga. Setiap dokter memberikan teorinya masing-masing tentang penyebabnya. Tetapi mereka semua tidak punya obat penghenti dengung yang suka datang tiba-tiba di telinga saya itu. Dokter terakhir yang paling saya suka jawabannya, bilang begini: “memang kalau sudah tua telinga suka begitu.” (Walau saya sebenarnya cukup tersinggung bila dibilang tua).

Tahun 2000, setelah selesai lari pagi, posisi badan saya tidak bisa kembali tegak. Teman-teman merebahkan saya di trotoar agar posisi bisa normal. Kemudian saya ke Singapura, dan ternyata pada tulang rangka yang dekat dengan tulang ekor, ada pengapuran. Kapur itu menusuk syaraf kalau saya melakukan gerak-gerak yang cepat seperti lari atau melompat-lompat. Jadi sejak itu saya tidak bisa olahraga lari lagi.

Dokter yang memeriksa saya itu ada 2 orang, dokter tulang dan dokter syaraf. Setelah berdiskusi setengah jam di depan saya, akhirnya mereka memutuskan bahwa kapur itu tidak bisa dipotong, karena resiko lumpuhnya besar kalau operasi dilakukan. Saya kecewa. Istri saya mengusulkan agar saya ke dokter Padmosantjoko, dokter yang pernah membelah kepala bayi kembar gempet di tahun 80an.

Baca Juga :  3.500 Porsi Makanan Disalurkan dalam Program MBG di Kecamatan Banjarsari, Ciamis

Setelah diperiksa, dokter itu bilang, “saya ga berani”, ditambah bonus nasehat: “sebaiknya anda menikmati saja kecacatan yang diberikan Tuhan itu. Kan jalan santai anda masih bisa, ga perlu lari.” Dokter itu meminta saya memperhatikan wajahnya. Ternyata wajahnya cacat, karena waktu kecil ia mengalami infeksi telinga yang tidak diobati, sehingga sebagian otot wajahnya ketarik oleh kuman-kuman telinga itu. “Saya terima saja apa yang telah diberi Tuhan”, katanya.

Gambar 1 – Pengapuran pada tulang belakang (sumber: Institute for Chronic Pain).

Itu soal dunia kedokteran ya. Yang katanya sains kedokteran demikian maju, ternyata tidak bisa menjawab urusan di kepala, telinga, dan pinggang saya. Ada soal lain lagi, yaitu saya pernah beberapa kali ‘dikunjungi’ oleh makhluk yang bukan manusia. Dia ada suaranya, ada derap dan jejak langkahnya, tetapi tidak ada wujudnya.

Itu terjadi di tahun 1987 ketika saya ditempatkan di Jatiluhur. Kata orang kompleks, rumah itu ada hantunya (banyak pegawai kantor tidak betah kalau dipinjami rumah itu). Jadi, saya meyakini, banyak hal-hal di dunia ini yang tidak semuanya dapat disingkap oleh sains. Seperti urusan setan atau jin itu. Masih banyak yang merupakan misteri, karena jangkauan sains itu terbatas.

Gambar 2 – Ketika manusia berkutat dengan sains (sumber: Dotdash Meredith).

Sains itu juga tidak bisa menjawab kehidupan yang dialami sehari-hari: bagaimana mekanisme perasaan bekerja, rasa suka, rasa benci, hati nurani, mood, dan sebagainya. Saya rasa, orang yang suka mengagung-agungkan sains itu adalah orang yang dangkal atau kurang pengalaman hidup.***

Baca Berita Menarik Lainnya :